Sumber Dana Teroris Diselidiki

Friday 21 August 2009
Markas Besar Polri mengakui Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror telah menangkap Iwan Herdiansyah, 27, dan Ali Muhammad di Kuningan, Jawa Barat, dengan dugaan keterlibatan mendanai jaringan teroris.

Ali Muhammad bahkan diduga sebagai warga negara asing. ”Ali dan Iwan dalam pemeriksaan tim, sejauh mana keterlibatannya, kaitannya dengan negara lain soal pendanaan,” kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna saat konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, kemarin.

Dia memaparkan, sebenarnya Iwan dan Ali belum akan ditangkap oleh tim Densus 88.Anggota Densus 88 berada dalam posisi menguntit keduanya agar bisa diketahui secara jelas masalah pendanaan jaringan teroris. Namun, dengan alasan media sudah mengekspos, tim terpaksa melakukan penangkapan agar yang bersangkutan tidak kabur. ”Karena teman-teman sudah kadung mengekspos, kita bawa,”ujar Nanan. Menurut dia,tim di lapangan sedang mengintai gerak-gerik serta kepadasiapasajakeduanya melakukan komunikasi.

Sebelum ditangkap, keduanya sempat menutup semua hubungan komunikasi. Nanan mengatakan,Ada yang mencurigakan dari pernyataan Iwan, yaitu dia menyatakan hendak membuka warung internet (warnet), sementara lingkungan sekitar adalah persawahan. ”Yang bersangkutan mengatakan mau buka warnet di tengah sawah. Kita selidiki sejauh mana keterlibatannya dalam masalah pendanaan,”katanya.

Sementara Ali, kata Nanan, juga ditangkap karena diduga terlibat dalam jaringan teroris. Namun dalam hal apa keterlibatannya, Nanan belum bisa menjelaskan. Saat ini Polri sedang menyelidiki Ali yang diduga warga negara asing itu.Ali Muhammad diduga ditangkap bersama penerjemahnya, Solihat, warga negara Indonesia. Solihat diketahui mantan tenaga kerja yang pernah bekerja di Arab Saudi.”Kami sedang menyelidiki identitasnya, apakah asli atau palsu. Karena berdasarkan pemeriksaan yang bersangkutan, identitasnya warga negara Arab Saudi,”bebernya.

Untuk melacak apakah ada dana terorisme yang masuk melalui transfer,polisi sudah berkoordinasi dengan Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK).”Bagaimana kalau uangnya dibawa (cash), itu tak bisa dilacak PPATK,”katanya. Sebagaimana diberitakan,Iwan ditangkap anggota Densus 88/Antiteror pada Sabtu,15 Agustus,sekitar pukul 07.00 WIB. Iwan ditangkap saat hendak membuka tokonya di Pasar Cibingbin, Kuningan, Jawa Barat.

Sementara Ali diciduk bersama penerjemahnya Solihat di Nagrek, Jawa Barat,Selasa,18 Agustus. Saat ini keduanya masih menjalani pemeriksaan apakah benar punya peran dalam mendanai teroris.

Pelaku Teror Diburu

Kemarin Markas Besar Polri juga mengumumkan empat orang yang masuk daftar pencarian orang (DPO) kasus terorisme. Mereka antara lain Syaifudin Zuhri bin Jaelani alias Udin alias Soleh perekrut bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton; Bagus Budi Pranoto alias Urwah yang pernah divonis 3 tahun 6 bulan pada 2004 karena menyembunyikan Dr Azahari dan Noordin M Top.

Ada pula Muhammad Syahrir alias Aing yang juga kakak kandung Syaifudin Zuhri dan Ario Sudarso alias Suparjo Dwi Anggoro alias Aji alias Dayat alias Mistam Husamudin. ”Keempatnya terlibat dalam pengeboman di JW Marriott dan Ritz Carlton,”kata Nanan. Nanan lalu memaparkan keterlibatan masing-masing dalam peledakan bom pada 17 Juli lalu. Syaefuddin Juhri bin Jaelani, perekrut orang yang akan dijadikan pelaku bom bunuh diri—dalam peledakan dua hotel di Mega Kuningan Syaifudin merekrut Dani Dwi Permana dan Nana Ikhwan Maulana.

”Dia dianggap terlibat merekrut suicide bomber di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton pada 17 Juli lalu. Syaifudin punya ciri-ciri khusus, ada kantong mata berwarna hitam,”katanya. Bagus Budi Pranoto alias Urwah yang lahir di Kudus 2 November 1978 juga terlibat dalam peledakan tersebut. Namun sebagai apa, Nanan tidak menjelaskan. Dia hanya menunjukkan ciriciri Bagus,yaitu tinggi badan lebih dari 165 cm, kepala oval warna, mata hitam,bentuk alis tebal,bentuk bibir tebal.

”Ciri-ciri khusus memiliki tahi lalat di bawah bibir sebelah kiri. Lalu memiliki noktah pada pelipis sebelah kiri. Dia pernah divonis 3 tahun 6 bulan atas kasus terorisme, yaitu menyembunyikan Dr Azahari dan Noordin M Top,”ungkapnya. Terhadap Muhammad Syahrir alias Aing, Nanan juga hanya menyebutkan ciri-ciri,yaitu tinggi badan lebih dari 165 cm, bentuk kepala bulat,warna mata hitam,bentuk alis tipis dan bentuk bibir tipis. Dia tidak memiliki ciri-ciri khusus, hanya disebutkan nomor paspornya yang masih berlaku: A.167383.

”Dia diduga terlibat dalam peledakan di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton,”tambahnya. Adapun Ario Sudarso berciriciri khusus memakai kacamata. Peranannya sama, yaitu diduga terlibat kasus pengeboman di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Dengan diumumkannya empat pelaku teroris itu Polri berharap masyarakat untuk ikut membantu memberikan informasi jika melihat orang dengan ciri-ciri itu. Dengan begitu, masyarakat tidak terpaku kepada keberadaan Noordin M Top saja, karena jaringan lainnya termasuk empat orang yang menjadi DPO itu tetap menjadi ancaman.

”Masyarakat diminta membantu menemukan yang bersangkutan,”pintanya. Sementara itu, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen Pol Susno Duadji mengatakan bahwa polisi belum menentukan secara jelas peranan keempat buron kasus tersebut. Namun, mereka memiliki peran masing-masing dalam peledakan di dua hotel di Mega Kuningan. ”Karena mereka belum diperiksa. Terlibatnya macam-macam,ada yang kurir,ada yang lain”ungkapnya.

Perburuan di Bogor

Sementara itu,Kepolisian Wilayah Bogor terus menggencarkan perburuan terhadap Saefudin Jaelani dan Muhammad Syahrir, buron aksi teror di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Informasi yang berhasil Seputar Indonesia himpun menyebutkan, keduanya diperkirakan masih ada di wilayah Bogor dan sekitarnya.

Salah satu buronan teroris, Muhammad Syahrir,diketahui bertugas sebagai orang yang menyiapkan rumah bagi pelaku teroris lain untuk tempat tinggal. Seperti rumah di Blok CC Nomor 6,Kompleks Telaga Kahuripan,Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Rumah yang ditempati Saefudin selama tiga tahun itu belakangan diketahui milik Muhammad Syahrir.Namun, warga setempat baru mengetahui bahwa antara Saefudin dan Muhammad Syahrir adalah kakak beradik setelah polisi mengumumkan pelaku bom bunuh diri di JW Marriott adalah Dani Dwi Permana.

Setelah meninggalkan rumahnya di kluster Candraloka Blok CC Nomor 6, Perumahan Telaga Kahuripan, Muhammad Syahrir tidak diketahui lagi. Kuat dugaan Syahrir pula yang menyiapkan rumah kontrakan di Jati Asih, Bekasi, yang kemudian digunakan untuk tempat persembunyian para teroris.Karena perannya sebagai pencari lokasi,Syahrir juga dicurigai sebagai orang yang mencari lokasi penyimpanan bahan baku bom di Kampung Bojong, Kelurahan Cimahpar,Bogor utara.

”Rumah di Candraloka memang rumah pribadi Muhamad Syahrir, kakak Saefudin. Informasi yang kami terima, Muhamad Syahrir pindah ke Bekasi dengan istrinya yang disebut-sebut bernama Nur,” ujar Kapolsek Kemang AKP Agus Widodo. Kapolresta Bogor AKBP Sufyan Syarif menjelaskan, untuk mempersempit ruang gerak pelaku terorisme di Kota Bogor, Polresta Bogor sudah menerjunkan anggotanya untuk melakukan penyelidikan di lokasi yang dianggap rawan teror.

Wakil Kepala Polresta Bogor Komisaris Polisi Arif Rachman mengatakan, wilayah Bogor sering dimanfaatkan pelaku teror sebagai tempat persembunyian. Seperti yang dilakukan Rois, pelaku bom Kedutaan Besar Australia pada 2004 lalu. Rois, yang termasuk tangan kanan gembong teroris Dr Azahari, ditangkap di Warnet Amanah di Dramaga, Kabupaten Bogor.

”Untuk menghindar dari kejaran petugas, dia mengontrak rumah yang berjarak hanya sekitar 50 meter dari Polsek Leuwiliang. Dia berpikir,semakin dekat dengan kantor polisi, gerak-geriknya tidak akan terpantau,”ujarnya. Sementara itu, sejak diumumkannya Saeifudin Jaelani sebagai buron kasus teroris, istri dan keluarganya di Cirebon memilih menutup diri. Pantauan Seputar Indonesia di kediaman istri Syaefudin Zuhri, Kholifah Sari, 28, di RT07/03 Kelurahan Perbutulan,Kecamatan Sumber,Kabupaten Cirebon, kemarin, seluruh keluarga Kholifah lebih memilih menutup diri.Tidak ada satu pun keluarga yang keluar dari dalam rumah.

”Tadi malam saya ke sana. Mereka masih ada di dalam rumah.Namun, pada saat saya datang juga Kholifah tidak mau keluar kamar. Katanya Kholifah masih dalam keadaan shockdan kondisi fisiknya masih lemah,” ujar ketua RW setempat,Kosim.

sumber : ks

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News