Osama bin Laden di Mata Seorang Istrinya

Tuesday 13 October 2009
Omar Osama bin Laden, kanan, dan isterinya, Jane Felix-Brown, seorang perempuan Inggris yang telah berganti nama menjadi Zaina Alsabah (52), dalam sebuah wawancara di Mesir tahun 2008.

Osama bin Laden adalah seorang tiran yang tega melatih anak-anaknya sendiri menjadi pelaku bom bunuh diri. Istri pertamanya, Najwa Ghanem, mengungkapkan hal itu dalam sebuah memoar yang akan segera diterbitkan.

Dalam buku baru tentang kehidupannya bersama Osama bin Laden, Najwa mengungkapkan bagaimana dia melahirkan 11 dari 14 anak Bin Laden karena Bin Laden mengatakan, Islam membutuhkan banyak laskar. Najwa juga mengungkapkan, Bin Laden yang jutawan tidak mengizinkan adanya perabot modern di rumahnya. Ia bahkan menolak memberikan obat untuk putranya yang menderita asma.

Pada suatu kesempatan, Najwa ingat bagaimana, pada tahun 1990-an, Bin Laden membawa empat istri dan 14 anaknya ke sebuah acara camping keluarga di padang pasir Sudan. Setelah menemukan sebuah tempat yang terpencil, Bin Laden memerintahkan putra-putranya untuk menggali parit di pasir dan semua anak-anaknya, termasuk seorang yang masih berusia dua tahun, dipaksa merangkak di parit itu.

Latihan berat itu dimaksudkan sebagai persiapan untuk menghadapi perang masa depan antara Barat dan Muslim. "Anda harus berani," katanya. "Jangan pikirkan rubah-rubah atau ular-ular. Tantangan akan menghadang kita."

Ketika anak-anak mengeluh bahwa mereka kedinginan, Bin Laden dengan enteng menyuruh mereka untuk melumuri diri dengan lumpur. Ia mengatakan, mereka akan merasa hangat dengan apa yang telah disediakan oleh alam.

Dailymail, Selasa, melaporkan bahwa kisah hidup bersama orang yang paling dicari di dunia itu ditulis bersama oleh Najwa dan putra keempatnya, Omar, dalam memoar mereka berjudul Growing up bin Laden yang akan terbit bulan depan.

Omar tahun lalu mengajukan permohonan untuk masuk ke Inggris, tetapi permohonan itu ditolak Pemerintah Inggris di tengah spekulasi bahwa dia masih setia kepada ayahnya. Omar sebelumnya mengakui, dia mengikuti latihan teror yang diberikan pemimpin Al Qaeda di Afganistan. Namun, ia kemudian meninggalkan Al Qaeda setelah dia menolak keyakinan ayahnya. Dia berencana tinggal di kawasan Cheshire, Moulton, Inggris, bersama istrinya, Jane Felix-Browne, seorang perempuan Inggris. Namun, permohonan visanya ditolak.

Najwa merupakan sepupu pertama Bin Laden. Mereka menikah ketika Najwa berusia 15 tahun dan Bin Laden 17 tahun. Ketika Najwa pertama kali bertemu Bin Laden, dia melihatnya sebagai 'seorang pemuda yang serius dan teliti'. Najwa menulis, "Dia membanggakan diri, tetapi tidak sombong. Dia lembut, tetapi tidak lemah. Dia bersedih, tetapi itu tidak membuatnya hancur."

Tarian, lelucon, dan tertawa merupakan hal-hal yang dilarang pada hari pernikahan mereka. Lebih dari 30 tahun, Najwa hidup di dalam kungkungan (purdah). Dia hanya diizikan bertemu dengan anggota keluarganya. Dalam kehidupan rumah tangga Bin Laden, AC, televisi, dan telepon dilarang. Mainan yang diberikan kepada anak-anak pun dirusak. Bahkan, binatang piaraan anak-anak tidak aman dari fanatisme keagamaan Bin Laden. Dia pernah memerintahkan agar seekor kera yang sangat disayangi anggota keluarga ditabrak karena itu sebenarnya bukan kera, tetapi seorang Yahudi yang dijadikan kera oleh kuasa Allah.

Bin Laden tidak ragu sedikit pun dalam melatih putra-putranya untuk menjadi pelaku bom bunuh diri ketika mereka tumbuh dewasa. "Dengarkan, putra-putraku. Ada sebuah surat pada dinding masjid. Surat ini ditujukan kepada orang-orang Muslim yang baik, yang dengan sukarela menjadi pelaku bom bunuh diri," kata Omar, mengingat apa yang dikatakan ayahnya kepadanya berulang kali.

Salah seorang putra termuda Bin Laden lari ke masjid untuk mendaftar; sang ayah sama sekali tidak menghalanginya. Ketika Omar marah atas rencana ayahnya itu, Bin Laden mengatakan kepadanya dengan suara dingin, "Kami tidak mendapat tempat yang lebih dalam hati saya dibanding orang atau pemuda lain di seluruh negeri."

Sekali waktu, Omar bertanya kepada ayahnya, "Ayahku, kapan pembunuhan dan perang ini akan berakhir?" Bin Laden menjawab, "Apakah kamu bertanya kepada seorang Muslim kapan dia akan berhenti berdoa kepada Allah? Saya akan bertempur hingga hari kematian saya. Saya akan bertempur hingga saya mengembuskan napas terakhir. Saya tidak akan pernah menghentikan perjuangan saya untuk keadilan. Saya tidak akan pernah menghentikan jihad ini."

Meski masih menjadi istri Bin Laden, Najwa mengatakan, dia tidak lagi berbicara dengan Bin Laden sejak serangan 9/11 dan dia tidak tahu di mana Bin Laden sekarang berada. Najwa sekarang tinggal di sebuah lokasi rahasia di Timur Tengah dengan putranya, Omar.

Bin Laden membawa tiga istrinya, salah seorang di antaranya dipilih oleh Najwa sendiri. Najwa mengaku bahwa "sedikit perempuan berbahagia ketika mereka merenungkan telah berbagi suaminya dengan para perempuan lain".

sumber : k
»»  READMORE...

PEREMPUAN PERTAMA ASIA TENGGARA YANG BERHASIL MENAPAKI PUNCAK EVEREST SEKARANG MENGALAMI GEJALA PARANOID DAN DI KUCILKAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGALNYA,

Clara Sumarwati, 44, saat menjalani perawatan di RSJ Prof dr Soerojo, Kota Magelang.

Malang benar nasib Clara Sumarwati,44.Pendaki gunung asal Minggiran, Sleman, DIY, yang pernah membawa nama Indonesia hingga ke puncak gunung tertinggi di dunia, Puncak Everest (8.848 meter),kini terisolisir dari dunia luar lantaran harus mendapat pengobatan di bangsal perawatan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof dr Soeroyo,Kota Magelang, Jateng.

Clara yang diyakini sebagai perempuan pertama Asia Tenggara yang berhasil menapak di puncak Everest 26 September 1996 itu mengalami gejala paranoid. Direktur Medik dan Keperawatan RSJ Prof dr Soerojo, Magelang, Bella Patriajaya,menuturkan bahwa Clara adalah pasien kambuhan yang sudah tiga kali ini menjalani perawatan di RSJ.Gangguan jiwanya kambuh karena Clara diduga tidak rutin mengonsumsi obat. “Namun, sejauh ini, kami belum bisa menyimpulkan faktor pemicu apa yang menyebabkan Clara mengalami gangguan jiwa,” kata Bella.

Clara kali pertama dirawat tahun 1997 dan masuk lagi pada 2000. Dan untuk yang ketiga kalinya, keluarga memasukkan Clara kembali ke RSJ pada 30 Juni 2009. Dia dirawat di bangsal W3 atau Wisma Drupadi. Dokter yang merawat Clara, dr Hariyono Padmosudiro menambahkan, gejala gangguan kejiwaan pasiennya memperlihatkan kekhawatiran dan ketakutan yang berlebih. Dia selalu diliputi rasa curiga yang tidak berdasar dan tidak realistis pada lingkungan. Bahkan, akibat ketakutannya itu, dia cenderung bersikap mengganggu lingkungan sosialnya.

“Meskipun orang lain tidak ada apa-apa tetapi dianggapnya mau mencelakakannya,” jelas Hariyono. Pemicu tekanan jiwa dari wanita yang nama dan prestasinya tercatat di sejumlah buku terbitan asing tentang referensi pendakian Gunung Everest, seperti Everest karya Walt Unsworth (1999), dan Everest: Expedition to the Ultimate karya Reinhold Messner (1999) ini kemungkinan karena kekecewaan atas respons sosial lingkungannya yang menyangsikan prestasinya. Orang-orang di sekitarnya dianggap tidak menghargai perjuangannya membawa nama harum bangsa Indonesia. Perasaan itu dipendam dalam kurun waktu yang cukup lama, hingga menyebabkan frustrasi berkepanjangan.

“Berdasarkan data yang kami miliki tidak ada faktor keturunan. Rasa kecewa sebagai pencetus meskipun ada latar belakang berupa mental yang rapuh,”katanya. Hariyono menambahkan, setelah sekitar dua pekan mendapat perawatan, secara medis kondisi wanita kelahiran Yogyakarta,6 Juli 1967 dari pasangan Marcus Mariun dan Ana Suwarti ini mulai membaik. Dia sudah bisa berinteraksi dengan lingkungannya. Bahkan saat ditemui wartawan di bangsal perawatannya, Clara mampu menuturkan kisah pendakiannya di Everest secara runut.

Lulusan Jurusan Psikologi Pendidikan, Universitas Atmajaya, Jakarta, ini juga mengaku masih mempunyai keinginan untuk menaklukkan gunung tinggi di luar negeri. Sayangnya, membaiknya kondisi Clara tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial asalnya. Pihak keluarga menolak membawanya pulang karena khawatir kumat lagi. Surat penolakan kepulangan tersebut juga dilampiri keterangan dari RT dan RW di tempat Clara tinggal Hariyono sendiri berharap keluarga dan masyarakat sekitar tempat tinggal Clara bersedia menerimanya kembali.

“Petugas kami akan berusaha meyakinkan mereka bahwa Clara sudah bisa berperilaku sosial dengan baik dan hal ini perlu mendapat dukungan dari keluarga maupun masyarakat,” imbuh dia. Kisah pilu Clara yang “terdampar” di RSJ ini terungkap secara tak sengaja.Sekitar seminggu yang lalu,beberapa tim penilai pemuda pelopor dari Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga datang ke RSJ Prof dr Soeroyo.Mereka bermaksud menilai Poppy Safitri, wakil kontingen Jateng untuk lomba pemuda pelopor tingkat nasional, yang diketahui menjadi pengajar tari di RSJ tersebut.

Salah satu tim penilai ternyata masih mengenali sosok Clara yang pernah diberi penghargaan Bintang Nararya karena membawa nama harum Indonesia di kancah internasional. Prestasi Clara sebenarnya cukup membanggakan.Selain pernah menaklukkan Everest,dia juga pernah mendaki Gunung Annapurna (7.535 meter) di Nepal pada 1991.

Sedangkan pada Januari 1993, Clara bersama tiga pendaki putri Indonesia lainnya berhasil menaklukkan puncak Gunung Aconcagua (6.959 meter) di pegunungan Andes,Amerika Selatan.

sumber :si
»»  READMORE...
 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News