KAPOLRI BENARKAN M JIBRIL TERKAIT ALQAEDAH

Friday 28 August 2009
Tim Densus 88 Mabes Polri masih bekerja keras mengungkap dugaan bahwa Muhammad Jibril terlibat menyalurkan dana untuk operasi teroris. Salah satunya, dengan meneliti alur pendanaan situs Ar Rahmah yang didirikan oleh putra Abu Jibril itu.

"Ini baru didalami, situs (Arrahmah.com) baru kemarin. Tentu membuat situs diperlukan biaya. Biaya pulsa dan pegawai, kita akan tanyakan dana itu," ujar Kabareskrim Komjen Susno Duadji usai acara diskusi di gedung DPR RI kemarin ( 27/08).

Jenderal bintang tiga itu menjelaskan, penangkapan M Jibril didasari setelah adanya bukti awal. "Setelah ada bukti nanti diperiksa. Setelah cukup bukti-buktinya akan dipublikasikan," ujar mantan Kapolda Jawa Barat itu.

Menurut Susno, M Jibril diperiksa dalam kasus terorisme. Karena itu, penanganan berbeda dengan tindak pidana biasa. "Dalam penangkapan teroris, polisi diberi waktu tujuh hari. Berbeda dengan tidak pidana biasa yang diberi waktu 1x24 jam. Tidak pidana terorisme tersangkanya agak panjang," paparnya.

Saat ditanya apakah benar M Jibril terkait aliran dana teroris, Susno menjawab, "Belum bisa dikatakan benar atau tidak, semua masih dalam prediksi."

Kabareskrim juga menjelaskan, perkara M Jibril dan Ali Muhammad (warga Arab Saudi) yang sudah ditangkap lebih dulu saling terkait. "Tapi bentuknya seperti apa itu yang masih didalami," tambahnya.

Sumber harian ini di Mabes Polri menjelaskan, seri mata uang Dollar AS yang digunakan oleh pengebom JW Marriott identik dengan seri Dollar yang beredar di Timur Tengah. "Kami berani menangkapnya (Jibril, Re­d) salah satunya karena itu," katanya.

Dalam pengeboman JW Marriott dan Ritz-Carlton pada 17 Juli, pelakunya memang menginap di kamar 1808 Marriott. Dia membayar dengan uang Dollar AS.

Apa hubungan uang Dollar AS dengan Jibril? Menurut sumber itu, polisi meyakini tamu yang datang dan dijemput Jibril pada Juni 2009 adalah orang yang menitipkan dolarnya pada Saefudin Jaelani alias Syaifudin Zuhri yang kini masih buron. Syaifudin adalah perekrut dua pengebom bunuh diri Marriott dan Ritz-Carlton.

"Sekarang ini sedang dikembangkan, apakah Jibril tahu kalau uang itu digunakan untuk operasi Marriott. Kita masih punya lima hari," kata sumber itu.

Bagaimana soal situs Ar Rahmah? Menurut sumber itu, sebagai sebuah media informasi situs Ar Rahmah mempunyai sistem pendanaan dari sumbangan sukarela atau donasi. "Karena itu, tidak ada audit. Kita sedang meneliti apakah ada keterkaitannya dengan kelompok-kelompok Noordin," katanya.

Dalam laporan International Crisis Group berjudul Jamaah Islamiyah Publishing Industry tertanggal 28 Februari 2008, Ar Rahmah Media disebut sebagai perusahaan yang terkait secara tidak langsung lewat pemakaian penterjemah dan agen distributor yang sama. Perusahaan ini merintis penjualan dan pemasaran VCD-VCD dari Al-Qaeda dan situs jihadis lain secara komersil di Indonesia.

Menurut laporan ICG itu Ar-Rahmah Media adalah perusahaan milik Muhammad Jibril, bekas anggota sel JI di Karachi, Pakistan, bernama Al-Ghuroba. Ia adalah anak dari Fihiruddin alias Abu Jibril, yang tinggal cukup lama di Malaysia di dekat rumah para pendiri Jamaah Islamiah (JI), yaitu Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir.

VCD-VCD produksi Ar-Rahmah mulai muncul tahun 2005 dengan judul-judul antara lain Iraq Strikes Back (Iraq Balas Menyerang) dan Escape from Baghram (Lari dari Baghram). Tidak seperti buku-buku JI, yang kelihatannya dijual dengan harga di bawah ongkos produksi, VCD-VCD ini dijual dengan harga yang jauh lebih tinggi, yaitu Rp 30.000 hingga Rp 40.000 padahal isi VCD-VCD tersebut mereka dapat dari internet.

Pada tahun 2007, Ar Rahmah merambah ke percetakan buku-buku, dan buku pertama yang mereka terbitkan yaitu Tiada Khilafah Tanpa Tauhid wal Jihad oleh Abu Bashir, adalah artikel yang pernah muncul di situs alqoidun, diterjemahkan oleh Aman Abdurrahman alias Abu Sulaiman.

Hingga akhir tahun 2007, Ar Rahmah memiliki katalog yang terdiri dari tujuh judul buku, buku yang paling baru adalah sebuah biografi tentang Mullah Omar, pemimpin Taliban di Afghanistan.

Menurut ICG, pada Februari 2008, ar-Rahmah mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan majalah jihad yang pertama kali, yaitu Jihad Magz, pada tanggal 1 Maret di Jakarta Islamic Book Fair, dan dihadiri oleh Abu Bakar Ba’asyir dan Abu Jibril. Publisitas pra-peluncuran majalah ini melupakan fakta bahwa sudah pernah ada majalah jihad di Indonesia sejak awal 1980an, dan paling sedikit sudah ada majalah tigabulanan atau duabulanan mengenai jihad.

TERKAIT

Ditemui usai buka puasa bersama SBY di Istana Merdeka, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso membenarkan kalau Muhammad Jibril pernah terkait Al Qaeda. "Iya. Tapi ini sedang dikembangkan. Kita masih punya waktu sesuai ketentuan undang-undang," kata Kapolri.

Namun, paman Muh Jibril Irfan S Awwas membantah keras jika keponakannya terkait terorisme. Menurut Irfan, Jibril memang pernah menimba ilmu di Pakistan selama 3 tahun dan aktif di Al Ghuroba. Tapi Al Ghuroba bukan organisasi terlarang dan tidak ada kaitan dengan terorisme.

"Dia pernah belajar nyantri di Pakistan. Ada 3 tahun. Saya lupa tahunnya," ujarnya usai bertemu dengan Kepala Densus 88 Brigjen Saut Usman Nasution di Rutan Bareskrim Mabes Polri Jakarta kemarin.

Menurut Ketua Tanfidz Laznah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) itu, keluarga tahu segala aktivitas M Jibril. M Jibril seperti halnya mahasiswa biasa bisa bergaul dengan siapa saja. “Pertanyaannya apa Al Ghuroba suatu gerakan teroris? Kemudian apakah bergabungnya sebagai mahasiswa di sana atau seperti organisasi di sini kita bisa bergabung dengan organisasi apa saja. Yang di Pakistan, Al Ghuroba bukan suatu larangan," katanya.

Irfan yang mendampingi Abu Jibril itu meminta polisi tidak memprovokasi masyarakat terkait isu terorisme. "Kami akan menuntut pihak-pihak yang mengkaitkan jihad dan Islam dengan teroris misalnya Pak Hendropriyono (mantan Ka BIN), Pak Ansyad Mbai (Kepala Desk Antiteror Menkopolhukam), Pak Anton Tabah (staf ahli Kapolri) dan Suryadarma Salim (mantan Kadensus 88)," katanya.

Saat ditanya soal tamu yang sering dibawa oleh M Jibril, Abu Jibril mengaku tak pernah tahu. “Tentang tamu dari Arab saya tidak tahu, tidak pernah datang ke rumah saya," katanya.

Dia menegaskan M Jibril sering ke rumahnya di Pamulang. "Tapi, kalau anak saya pulang ke rumah, dia tidak pernah membawa orang," ujarnya.


Usai dari Mabes Polri, Abu Jibril yang didampingi Ketua Tim Kuasa Hukumnya Muhammad Haryadi Nasution dan Ketua Lajnah Tanfidzyah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Irfan S Awas, kemarin, meminta dukungan dari DPR. Namun, rombongan hanya diterima anggota Komisi I dari Partai Bulan Bintang (PBB) Ali Mochtar Ngabalin.

sumber : kp
»»  READMORE...

Malaysia menghina Indonesia

MALAYSIA tak henti-hentinya bikin masalah. Tak berhasil mengklaim Pulau Ambalat, tari reog, batik, dan yang terakhir Tari Pendet dari Bali sebagai miliknya, kini tindakannya sangat serius. Bahkan layak disebut sebagai penghinaan terhadap bangsa Indonesia.

Lagu Indonesia Raya yang begitu sakral, syairnya diubah dengan kata-kata bernada menghina. Ini dilakukan di forum diskusi di dunia maya. “Perang” komentar pedas antara Indonesia dan Malaysia pun terjadi.

Pos­ting-an tertanggal 28 Juli 2009 memuat soal lagu kebangsaan Indonesia Raya yang diplesetkan. Dalam forum yang diberi judul Lagu Kebangsaan Indonesial tersebut, seseorang dengan nama Indonsial mem-posting teks lagu Indonesia Raya yang diplesetkan menjadi Indonesial.
“Keterlaluan sekali yang membuat thread ini. Perasaan forumer Indonesia tidak sampai menghina lagu kebangsaan Malaysia. Yang membuat thread ini bukannya membuat Indonesia marah tetapi yang aku lihat malah seorang yang sedang menjelek-jelekkan negaranya sendiri. Tidak beretika,” komentar AHa asal Bogor, Indonesia yang mem-posting ulang teks lagu tersebut.

Meski topik tersebut diposting sejak bulan lalu, namun beragam komentar masih terus mengalir menanggapi topik tersebut. Hingga kemarin sudah ada sekira 2.607 posts yang berisi perang komentar antara Indonesia dengan Malaysia.

“Lagu tadi berniat meniru lagu Kebangsaan kita. Tiruan yang sangat buruk, jauh dari indah dan sama sekali tidak menarik. Apa saja mereka berusaha tiru, bahkan sampai ke forum ini pun mereka masih berusaha,” ujar salah satu pemberi komentar lain.

Para pendukung Malaysia juga turut memberikan komentarnya dengan postingan ini. Sehingga tak ayal, forum ini menjadi ajang saling balas komentar dan cacian.

Dalam daftar topik forum itu juga terdapat sederet topik lain yang mengusik forumer Indonesia untuk mengecamnya. Di antaranya, Malaysia Klaim Tari Pendet Bali, Densus 88 vs Nordin M Top Densus Indon Kalah, dan topik terbaru saat artikel ini dibuat berjudul Sorry Indon! Cendol Juga Milik Malaysia.

sumber: kp
»»  READMORE...

Islam di Amerika dan Ketakutan Akan Islam

Thursday 27 August 2009
Berbicara mengenai Islam di negeri yang mayoritas penduduknya bukan pemeluk agama Islam seperti di Amerika Serikat (AS) memang menarik. Banyak sisi humanis, namun tak sedikit pula tragis terdapat di sana. Begitulah sekiranya pengalaman yang diceritakan oleh mahasiswa program doktor di Harvard University, Ulil Abshar Abdalla.

Bagi Ulil, begitu penggagas Jaringan Islam Liberal (JIL) ini disapa, menjadi seorang muslim di negeri Paman Sam tidak serumit seperti yang orang kira. Namun
juga tidak mudah seperti layaknya menjadi seorang muslim di Indonesia. Misalkan, saat bulan Ramadan tiba, di sekolah anaknya yang masih duduk di sekolah dasar,
cuma putranya saja yang berpuasa. Rasa was-was sempat terbersit dalam hati.

"Tapi untungnya mereka sangat mengapresiasi. Guru anak saya dengan sangat simpatik sekali menjelaskan kepada anak-anak lain tentang puasa. Anak-anak yang
lain juga sangat apresiasif dan menghormati," cerita Ulil saat berdiskusi tentang 'Islamophobia di Amerika Serikat' yang berlangsung di Gedung Komunitas
Salihara, Jl Salihara, Jakarta, Rabu (26/8/2009) malam.

Tak cuma itu, saat Ulil mengajak anak-anaknya ke perpustakaan umum kota Boston, Amerika Serikat pun, dia dibikin terheran-heran. Bukan buku kartun Batman atau Superman yang didapatkan, tetapi di sana banyak buku-buku Islam yang dikemas dalam bentuk kartun.

Bahkan, Ulil nyaris tidak merasakan adanya Islamophobia di lingkungannya. Sebab memang menurutnya tidak ada pembedaan-pembedaan dalam setiap lini kehidupan di sana. "Bagi saya nyaris tidak ada phobia terhadap Islam," ujarnya.

Namun, ternyata tak sedikit pula pihak-pihak yang 'tidak suka' dengan Islam. Dengan berbagai cara, mereka selalu menjelek-jelekan agama Samawi ini. Robert Svensen, salah seorang penulis terkenal di AS, selalu membuat propaganda-propaganda untuk menjelek-jelekkan Islam melalui buku-buku
yang dia karang.

"Dalam beberapa karyanya, Islam 'ditelanjangi'," cerita menantu KH Mustofa Bisri alias Gus Mus ini.

Sekelompok orang di depan kampus Harvard, imbuhnya, juga membuat tenda besar, menyebarkan pamflet dan mengeluarkan jargon-jargon anti-Islam. Hal ini mereka lakukan cuma karena menolak kebijakan kampus Harvard, yang mengabulkan permintaan mahasiswi muslim untuk diberi waktu dua jam sehari seminggu tiga kali untuk melakukan olah raga fitness di kampus itu tanpa berbaur dengan mahasiswa pria. "Kebijakan ini dikritik keras," ungkap Ulil.

Media-media setempat juga ada beberapa yang dianggap anti-Islam. Sebut saja Fox. Menurut Ulil media ini dalam semua hal selalu bersikap konservatif. "Jangankan
soal Islam, soal olah raga saja mereka konservatif," ujarnya sambil tertawa.

Tak cuma itu, banyak radio setempat yang menyebarkan kebencian terhadap Islam. Bahkan Ulil menceritakan, seorang narasumber muslim yang diundang di salah satu radio tersebut saat mengudara langsung diputus siarannya dan dimaki-maki pula oleh host-nya lantaran pendapatnya dianggap tidak berkenan.

Gejala Islamo phobia ini, menurut Ulil, bukan sepenuhnya kesalahan orang Amerika. Namun kadang orang Islam sendiri juga perlu introspeksi. "Orang Islam tidak bisa dekat dengan orang setempat, sehingga kadang ada kecurigaan-kecurigaan," kata pria yang kabarnya bakal ikut dalam bursa pencalonan Ketua PBNU ini.

Masalah inilah yang menjadi tantangan besar kaum muslim di AS. Banyak juru dakwah di AS yang kurang tahu benar dan fasih berbahasa Inggris layaknya orang Amerika asli. Saat ini umumnya para imam masjid di AS berasal dari Timur Tengah, dan bahasa Inggrisnya kurang lancar. "Kayak Inggrisnya Amien Rais lah," canda Ulil disambut tawa sekitar 50 peserta diskusi yang hadir.

Namun terkait masalah ini, seorang muallaf AS, Hamzah Yusuf, saat ini sedang gencar merintis imam-imam lokal, yang mahir bahasa Inggris, dan paham betul akan
Islam melalui pesantren yang dia bangun di AS.

Soal imigran muslim di AS, Ulil membawa kabar gembira. Pemerintah setempat membebaskan imigran muslim untuk tidak dipaksakan berasimilasi dengan budaya
setempat. Sehingga banyak didirikan sekolah-sekolah Islam yang khusus diperuntukkan bagi imigran Islam asal Timur Tengah, juga Pakistan atau Bangladesh. Tapi kenapa kedua anak Ulil tidak disekolahkan di sana? "Bukan berarti saya tidak suka Islam. Tapi karena saya tidak punya uang," selorohnya lagi-lagi disambut tawa
hadirin.

Satu hal yang ingin disampaikan oleh Ulil dalam diskusi tersebut. Ketakutan-ketakutan akan Islam di mana pun berada bukan melulu kesalahan orang nonmuslim, tapi memang kadang kaum muslim sendiri yang kurang berbaur, dan bersikap eksklusif. Sebuah kritikan dari dalam yang perlu ditelaah bersama.

sumber : dn
»»  READMORE...

Assegaf Dituding Dalangi Penangkapan M Jibril

Ditangkapnya Muhammad Ricky Ardhan alias Mohammad Jibril dirasakan janggal oleh pihak keluarga dan kuasa hukumnya. Haryadi, selaku Ketua Tim Kuasa Hukum Abu Jibril mencurigai kalau Habib Abdurrahman Assegaf berada dibalik penangkapan putra kliennya oleh Tim Densus 88.

"Ini ada yang janggal, malam Jumat tanggal 20 Agustus lalu kan klien saya mengadakan pengajian di Masjid Al Munawarah, saya dengar orang-orangnya Abdurrahman Assegaf dan salah satu ormas mau menyerbu pengajian itu," terang Haryadi kepada okezone via telepon, Kamis (27/8/2009).
Mohamad Jibril
Malam Jumat itu, lanjut dia, Mohammad Jibril sempat meliput dan memotret acara pengajian tersebut. Di malam yang sama, kata dia, Mohammad Jibril sudah diincar oleh Densus 88.

"Saya curiga ini ada kaitannya dengan konflik mereka berdua, karena ada yang aneh dari kejadian ini, ada indikasi yang nggak enak," tambahnya.

Habib Abdurrahman Assegaf dan Abu Jibril memang tengah dilanda konflik pribadi dominasi dakwah di masjid. Abu Jibril dipercaya oleh warga setempat untuk menjadi Imam Masjid Al Munawarrah, Tangerang. Sebagai penduduk lama, rupanya Abdurrahman Assegaf kurang berkenan atas jabatan yang diemban oleh Abu Jibril.

Konflik keduanya pun berbuntut panjang dan menimbulkan kerusuhan. Warga sekitar yang mendukung Abdurrahman Assegaf menilai pengajian Abu Jibril eksklusif dan tidak mau sosialisasi. Tetapi, Abu Jibril menilai Habib Abdurrahman Assegaf tidak pantas mengatakan itu karena dia tidak pernah aktif di masjid.
Saat Abu Jibril dan Kuasa Hukumnya menggelar konferensi pers mengenai penangkapan Mohammad Jibril oleh Tim Densus 88 kemarin, puluhan massa dari Barisan Muda Betawi (BMB) menyerbu tempat Abu Jibril menggelar konfrensi pers. Meraka berteriak-teriak bahwa Abu Jibril pembohong dan teroris

sumber : oz
»»  READMORE...

Discovery Channel Tarik Iklan Tari Pendet

Tuesday 25 August 2009
Setelah menimbulkan kontroversi, pihak Discovery Channel akhirnya menarik iklan Visit Malaysian Year yang di dalamnya terdapat sequel Tari Pendet, pada Senin (24/8/2009).

"Penarikan mulai hari ini atas inisiatif mereka sendiri," ujar Dirjen Nilai Budaya, Seni, dan Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Tjetjep Suparman kepada wartawan di Jakarta.

Seperti diketahui, pihak discovery bertindak selaku pembuat iklan tersebut. Saat ini Pemerintah Malaysia masih melakukan penyelidikan mengapa Tari Pendet bisa masuk dalam iklan Visit Malaysian Year.

"Bahwa ini hanya kekeliruan dan kesalahpahaman. Oleh karena itu, saat ini masih dilakukan penyelidikan agar ditemuakan solusi dari masalah yang timbul, agar hubungan Indonesia dan Malaysia tetap baik-baik saja," ujar kuasa usaha sementara Kedutaan Besar Malaysia, Amran Mohammad Zein.

Pemerintah Indonesia sendiri melalui Mendubpar Jero Wacik sebelumnya telah mendesak agar Discovery Channel menarik tayangan iklan di atas. Namun permintaan tersebut ternyata baru dipenuhi hari ini.

sumber : oz
»»  READMORE...

Nasib Tari Pendet dan Lagu Rasa Sayange yang di klaim sebagai milik Malaysia

SETIAP Malaysia menggunakan tari atau lagu yang berasal dari Indonesia untuk iklan-iklan pariwisatanya, setiap kali pula sebagian pejabat dan masyarakat Indonesia marah. Pernyataan yang dikeluarkan pun hampir-hampir sama, “Malaysia mencuri kebudayaan kita,” “Klaim Malaysia tak bisa ditolerir,” “Kita perlu protes keras,”.

Atau bahkan sampai yang paling tidak masuk akal tapi mengundang senyum,“Ganyang Malaysia, Selamatkan Siti Nurhaliza.” Jika dulu kesenian reog ponorogo, lagu Rasa Sayange,kini yang dipersoalkan adalah tari pendet yang dalam khazanah kesenian Bali merupakan ”tari selamat datang”.

Tari ini dulu amat sakral dan yang paling awal dipelajari oleh mereka yang belajar tari Bali, sebelum anak-anak belajar tari yang lebih rumit seperti tari Panji Semirang, Tenun, Manuk (Cendrawasih), Margapati dan seterusnya. Ungkapan kemarahan itu apa patut kita utarakan kepada Malaysia setiap negeri jiran itu menggunakan kesenian kita untuk promosi pariwisatanya?

Coba kita tengok iklan maskapai penerbangan Singapore Airlines (SQ) yang menggunakan Kris (bahasa kita Keris) sebagai trade marknya. Gaya pelayanannya juga sesuai dengan makna agung Kris tersebut. Namun dalam majalahnya memang maskapai penerbangan itu menyatakan secara terus terang bahwa Kris adalah benda sakral yang merupakan bagian dari khasanah budaya Indonesia.

Iklan-iklan SQ juga banyak menonjolkan Bali dan wilayah Indonesia lain sebagai salah satu tujuan pariwisata yang paling eksotik di dunia.Apa yang dilakukan Singapore Airlines jauh lebih mendunia dibandingkan yang dilakukan oleh Badan Pesiaran/ Pelancongan Malaysia melalui “Visit Malaysia 2007 atau 2009”.

Apalagi dibandingkan dengan iklan pariwisata kita, yang banyak perwakilan kita di luar negeri pun tidak memiliki informasi dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mengenai hal itu. Pernahkah kita berpikir bahwa kesenian Indonesia sesungguhnya tidak bersifat eksklusif dan hanya dapat dimiliki oleh orang Indonesia sendiri?

Mengapa kita tidak bangga jika kebudayaan kita semakin mondial? Tanpa teriakteriak pun orang tahu bahwa tari Bali asalnya dari Indonesia. Saya teringat ketika pada 1988,saat ada Expo 88 di Brisbane dengan tema Leisure at the time of Technology, para mahasiswa asing juga mengadakan acara kesenian di kampus University of Queensland, St Lucia, di tepi Sungai Brisbane yang indah itu.

Saat Ketua Persatuan Pelajar Indonesia,Endang Sukara (kini Deputi Kebumian LIPI), menyatakan kesenian Indonesia antara lain adalah Mahabharata dan Ramayana, kontan seorang mahasiswa India berbisik pada saya, itu kan asalnya dari India.Saya hanya tersenyum seraya menjelaskan memang asalnya dari India, tapi kini sudah mendunia, banggalah Anda jadi orang India.Teman itu tidak jadi marah.

Elokkah kita marah-marah jika kita menyadari bahwa kebudayaan itu bersifat universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja tanpa harus ribut soal hak cipta. Banggakah kita jika saat transit di Bandara Changi,Singapura,terdengar lagu-lagu Indonesia dari radio yang dipancarkan dari Batam? Tidakkah kita bangga saat kebudayaan Indonesia ternyata begitu merasuk ke Malaysia,bukan karena dibawa para TKI, melainkan melalui stasiun-stasiun TV dan radio se-Malaysia?

Betapa nikmatnya jika kita makan di Kuala Lumpur Tower sambil mendengarkan alunan lagu-lagu Indonesia. Pernahkah terpikirkan oleh kita bahwa sinetron Indonesia yang ditayangkan TV Malaysia ternyata dapat “menunda” sidang kabinet di Malaysia beberapa tahun lalu? Riak-riak kemarahan tampaknya lebih disebabkan oleh pengalaman sejarah dan politik masa lalu antara kita dan Malaysia—seperti Konfrontasi,

Sipadan-Ligitan, dan Ambalat yang masih belum selesai—ketimbang persoalan hak cipta karya seni semata.Tapi marilah kita berpikir jernih mengenai apa makna kebudayaan dan kesenian. Seberapa pun banyak karya anak bangsa kita dicuri oleh Malaysia, ini tidak akan menghabisi khasanah budaya kita yang begitu beragam.

Malaysia hanya berani mengatakan “Malaysia is Truly Asia” untuk menggambarkan khasanah budaya Asia Selatan, Asia Timur Laut, dan Asia Tenggara.Tapi kebudayaan etnik Indonesia adalah yang terkaya di dunia dan tak akan lekang oleh masa. Namun kita juga harus menyadari, tidak semua budaya kita itu asli, dapat saja itu adalah turunan dari nenek moyang kita yang berasal dari Taiwan atau Asia Tenggara Daratan.

Tengok saja “Ayam Tangkap” makanan khas Aceh yang juga dapat kita santap di daerah Golden Triangle (Segitiga Emas) antara Thailand, Laos dan Myanmar. Tengok parade Ogohogoh di setiap menjelang acara Nyepi di Bali yang mewajibkan kita semua yang ada di Bali untuk “amati karya, amati lelungan, dan amati geni” (tidak boleh bekerja, tidak boleh bercakap-cakap atau jalan-jalan, dan tidak boleh menyalakan api).

Bandingkan itu dengan tiga hari upacara Nobuta di Jepang pada setiap musim panas. Nobuta berasal dari kata Nomutai yang kalau dipisah menjadi Nomu (tidur) dan Tai (ingin). Ini adalah setan atau iblis yang selalu datang pada musim panas agar petani Jepang mengantuk dan malas bekerja agar panen mereka gagal. Bentuk, gaya tarian Ogoh-ogoh dan Nobuta mirip sekali yang intinya mengusir setan.

Orang Asia Tenggara secara fisik dan kultur juga sulit dibedakan satu sama lain,kecuali jika mereka bicara.Gaya berpakaian perempuan desa di Asia Tenggara juga mirip, khususnya mereka yang belum terpenetrasi kebudayaan Barat. Jika kita berjalan-jalan di Desa Golden City,Myanmar, jangan heran jika banyak perempuan di sana menggunakan kain (Jawa: jarit) yang bermotifkan batik Jawa kuno.

Mereka juga amat bangga menggunakan “Indonesian motive batik” yang mereka dapatkan dari pasar-pasar di Bangkok, Thailand, atau yang dibarter para pedagang China dan Thailand ke Myanmar. Visi kita mengenai kebudayaan janganlah terlalu sempit. Jika kebudayaan Indonesia mendunia (mondial) lewat internet, website atau iklan pariwisata negeri jiran seperti Malaysia dan Singapura, harusnya kita berterima kasih kepada para pembuatnya.

Orang pasti akan mengunjungi Indonesia karena iklan-iklan itu. Mau menonton tarian Bali pastinya mereka ke Bali. Mau mendengarkan lagu Rasa Sayange (Malaysia: Rasa Sayang He) yang asli pasti orang ke Indonesia, demikian juga jika ingin menonton reog ponorogo dari Jawa Timur. Orang asing belajar membatik pun ke Jawa, bukan ke Kuala Lumpur, Selangor, atau Kedah.

Akankah kita selalu ribut dengan Malaysia soal “kebudayaan kita yang dicuri”itu? Mengapa kita mesti ribut jika orang lain menghargai dan mempromosikan budaya Indonesia di luar negeri? Betapa indahnya jika kita juga dapat mengiklankan secara mondial sendratari Ramayana kala bulan purnama menampakkan sinarnya yang begitu eksotik di pelataran Candi Prambanan.

Betapa indahnya pula jika tari yang sama, Rama dan Shinta, yang penuh keagungan cinta, diiklankan dan ditarikan secara massal menjelang Hari Raya Galungan di Bali. Kisah Rama dan Shinta tentunya bukan kisah “Romeo dan Juliet” yang menyedihkan itu, dan tentu pula bukan kisah cinta antara “Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh” dalam novel Supernova, seperti yang Anda baca huruf pertama artikel ini dari atas sampai bawah!

sumber : dn
»»  READMORE...

Sadis, Harimau Dibunuh, Dikuliti, Isi Perutnya Ditinggal

Harimau sumatera (Panthera tigris Sumatrae) betina berusia 25 tahun yang dipelihara di Kebun Binatang Taman Rimba, Kota Jambi, dibunuh, dikuliti, lalu dibawa kabur.

"Harimau bernama Shela itu dibunuh dan dibawa kabur pelaku, dan yang ditinggal di dalam kandangnya hanya isi perut binatang buas tersebut," kata Kasat Reskrim Poltabes Jambi AKP Posma Lubis.

Saat ini Poltabes Jambi sedang mengusut dan mengejar pelaku pembunuhan yang membawa kabur harimau seberat 125 kg tersebut.

Saat ini sudah lima saksi yang diperiksa untuk dimintai keterangannya di polisi, di antaranya Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jambi Ir Hanif Lubis, Kepala Kebun Binatang Taman Rimba Jambi Adrianis, serta petugas kebun binatang, Widodo, M Nasir, dan Madikwan.

Sementara itu, kejadian tersebut pertama kali diketahui Madikwan, petugas kebun binatang yang hendak melakukan perawatan ke kandang harimau tersebut.

Saat hendak masuk ke kandang harimau itu, yang ditemukan di dalam tinggal ceceran darah, isi perut, dan beberapa potong daging binatang buas tersebut.

Adapun semua bagian tubuhnya raib atau hilang, diduga dibawa kabur para pelaku yang diperkirakan lebih dari tiga orang.

Posma Lubis mengatakan, diduga pelaku sudah profesional dalam menjalankan aksinya itu. Hal itu terlihat dari tanda-tanda bekas yang ditinggalkan pelaku yang tidak merusak kandang harimau tersebut.

Harimau sumatera yang juga binatang langka dan dilindungi tersebut memang menjadi incaran pelaku koleksi obset (binatang langka yang diawet dan dikeringkan) dan harganya juga cukup menggairahkan.

"Melihat kejadian ini, polisi sementara menduga para pelaku profesional dan memiliki jaringan luas di internasional (mancanegara)," kata Posma Lubis.

Para pelaku sampai saat ini masih terus dikejar dan Poltabes Jambi berjanji akan mengungkap kasus ini hingga tuntas.

Sebelumnya, harimau sumatera yang ada di kebun binatang Jambi ada tiga ekor, yakni Shela dan pasangannya, Rangga, yang beberapa bulan lalu diduga mati karena sakit dan sudah berusia tua.

Adapun seekor lagi bernama Salma, harimau sumatera jenis betina yang berhasil ditangkap di Kabupaten Muaro Jambi karena diduga telah memangsa manusia beberapa waktu lalu.

Salma setelah sempat dikarantina di kebun binatang Jambi kemudian dilepas kembali ke hutan di Provinsi Lampung pada beberapa bulan lalu.

sumber : kmps
»»  READMORE...
 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News