KAPOLRI BENARKAN M JIBRIL TERKAIT ALQAEDAH

Friday 28 August 2009
Tim Densus 88 Mabes Polri masih bekerja keras mengungkap dugaan bahwa Muhammad Jibril terlibat menyalurkan dana untuk operasi teroris. Salah satunya, dengan meneliti alur pendanaan situs Ar Rahmah yang didirikan oleh putra Abu Jibril itu.

"Ini baru didalami, situs (Arrahmah.com) baru kemarin. Tentu membuat situs diperlukan biaya. Biaya pulsa dan pegawai, kita akan tanyakan dana itu," ujar Kabareskrim Komjen Susno Duadji usai acara diskusi di gedung DPR RI kemarin ( 27/08).

Jenderal bintang tiga itu menjelaskan, penangkapan M Jibril didasari setelah adanya bukti awal. "Setelah ada bukti nanti diperiksa. Setelah cukup bukti-buktinya akan dipublikasikan," ujar mantan Kapolda Jawa Barat itu.

Menurut Susno, M Jibril diperiksa dalam kasus terorisme. Karena itu, penanganan berbeda dengan tindak pidana biasa. "Dalam penangkapan teroris, polisi diberi waktu tujuh hari. Berbeda dengan tidak pidana biasa yang diberi waktu 1x24 jam. Tidak pidana terorisme tersangkanya agak panjang," paparnya.

Saat ditanya apakah benar M Jibril terkait aliran dana teroris, Susno menjawab, "Belum bisa dikatakan benar atau tidak, semua masih dalam prediksi."

Kabareskrim juga menjelaskan, perkara M Jibril dan Ali Muhammad (warga Arab Saudi) yang sudah ditangkap lebih dulu saling terkait. "Tapi bentuknya seperti apa itu yang masih didalami," tambahnya.

Sumber harian ini di Mabes Polri menjelaskan, seri mata uang Dollar AS yang digunakan oleh pengebom JW Marriott identik dengan seri Dollar yang beredar di Timur Tengah. "Kami berani menangkapnya (Jibril, Re­d) salah satunya karena itu," katanya.

Dalam pengeboman JW Marriott dan Ritz-Carlton pada 17 Juli, pelakunya memang menginap di kamar 1808 Marriott. Dia membayar dengan uang Dollar AS.

Apa hubungan uang Dollar AS dengan Jibril? Menurut sumber itu, polisi meyakini tamu yang datang dan dijemput Jibril pada Juni 2009 adalah orang yang menitipkan dolarnya pada Saefudin Jaelani alias Syaifudin Zuhri yang kini masih buron. Syaifudin adalah perekrut dua pengebom bunuh diri Marriott dan Ritz-Carlton.

"Sekarang ini sedang dikembangkan, apakah Jibril tahu kalau uang itu digunakan untuk operasi Marriott. Kita masih punya lima hari," kata sumber itu.

Bagaimana soal situs Ar Rahmah? Menurut sumber itu, sebagai sebuah media informasi situs Ar Rahmah mempunyai sistem pendanaan dari sumbangan sukarela atau donasi. "Karena itu, tidak ada audit. Kita sedang meneliti apakah ada keterkaitannya dengan kelompok-kelompok Noordin," katanya.

Dalam laporan International Crisis Group berjudul Jamaah Islamiyah Publishing Industry tertanggal 28 Februari 2008, Ar Rahmah Media disebut sebagai perusahaan yang terkait secara tidak langsung lewat pemakaian penterjemah dan agen distributor yang sama. Perusahaan ini merintis penjualan dan pemasaran VCD-VCD dari Al-Qaeda dan situs jihadis lain secara komersil di Indonesia.

Menurut laporan ICG itu Ar-Rahmah Media adalah perusahaan milik Muhammad Jibril, bekas anggota sel JI di Karachi, Pakistan, bernama Al-Ghuroba. Ia adalah anak dari Fihiruddin alias Abu Jibril, yang tinggal cukup lama di Malaysia di dekat rumah para pendiri Jamaah Islamiah (JI), yaitu Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir.

VCD-VCD produksi Ar-Rahmah mulai muncul tahun 2005 dengan judul-judul antara lain Iraq Strikes Back (Iraq Balas Menyerang) dan Escape from Baghram (Lari dari Baghram). Tidak seperti buku-buku JI, yang kelihatannya dijual dengan harga di bawah ongkos produksi, VCD-VCD ini dijual dengan harga yang jauh lebih tinggi, yaitu Rp 30.000 hingga Rp 40.000 padahal isi VCD-VCD tersebut mereka dapat dari internet.

Pada tahun 2007, Ar Rahmah merambah ke percetakan buku-buku, dan buku pertama yang mereka terbitkan yaitu Tiada Khilafah Tanpa Tauhid wal Jihad oleh Abu Bashir, adalah artikel yang pernah muncul di situs alqoidun, diterjemahkan oleh Aman Abdurrahman alias Abu Sulaiman.

Hingga akhir tahun 2007, Ar Rahmah memiliki katalog yang terdiri dari tujuh judul buku, buku yang paling baru adalah sebuah biografi tentang Mullah Omar, pemimpin Taliban di Afghanistan.

Menurut ICG, pada Februari 2008, ar-Rahmah mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan majalah jihad yang pertama kali, yaitu Jihad Magz, pada tanggal 1 Maret di Jakarta Islamic Book Fair, dan dihadiri oleh Abu Bakar Ba’asyir dan Abu Jibril. Publisitas pra-peluncuran majalah ini melupakan fakta bahwa sudah pernah ada majalah jihad di Indonesia sejak awal 1980an, dan paling sedikit sudah ada majalah tigabulanan atau duabulanan mengenai jihad.

TERKAIT

Ditemui usai buka puasa bersama SBY di Istana Merdeka, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso membenarkan kalau Muhammad Jibril pernah terkait Al Qaeda. "Iya. Tapi ini sedang dikembangkan. Kita masih punya waktu sesuai ketentuan undang-undang," kata Kapolri.

Namun, paman Muh Jibril Irfan S Awwas membantah keras jika keponakannya terkait terorisme. Menurut Irfan, Jibril memang pernah menimba ilmu di Pakistan selama 3 tahun dan aktif di Al Ghuroba. Tapi Al Ghuroba bukan organisasi terlarang dan tidak ada kaitan dengan terorisme.

"Dia pernah belajar nyantri di Pakistan. Ada 3 tahun. Saya lupa tahunnya," ujarnya usai bertemu dengan Kepala Densus 88 Brigjen Saut Usman Nasution di Rutan Bareskrim Mabes Polri Jakarta kemarin.

Menurut Ketua Tanfidz Laznah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) itu, keluarga tahu segala aktivitas M Jibril. M Jibril seperti halnya mahasiswa biasa bisa bergaul dengan siapa saja. “Pertanyaannya apa Al Ghuroba suatu gerakan teroris? Kemudian apakah bergabungnya sebagai mahasiswa di sana atau seperti organisasi di sini kita bisa bergabung dengan organisasi apa saja. Yang di Pakistan, Al Ghuroba bukan suatu larangan," katanya.

Irfan yang mendampingi Abu Jibril itu meminta polisi tidak memprovokasi masyarakat terkait isu terorisme. "Kami akan menuntut pihak-pihak yang mengkaitkan jihad dan Islam dengan teroris misalnya Pak Hendropriyono (mantan Ka BIN), Pak Ansyad Mbai (Kepala Desk Antiteror Menkopolhukam), Pak Anton Tabah (staf ahli Kapolri) dan Suryadarma Salim (mantan Kadensus 88)," katanya.

Saat ditanya soal tamu yang sering dibawa oleh M Jibril, Abu Jibril mengaku tak pernah tahu. “Tentang tamu dari Arab saya tidak tahu, tidak pernah datang ke rumah saya," katanya.

Dia menegaskan M Jibril sering ke rumahnya di Pamulang. "Tapi, kalau anak saya pulang ke rumah, dia tidak pernah membawa orang," ujarnya.


Usai dari Mabes Polri, Abu Jibril yang didampingi Ketua Tim Kuasa Hukumnya Muhammad Haryadi Nasution dan Ketua Lajnah Tanfidzyah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Irfan S Awas, kemarin, meminta dukungan dari DPR. Namun, rombongan hanya diterima anggota Komisi I dari Partai Bulan Bintang (PBB) Ali Mochtar Ngabalin.

sumber : kp

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News