Tsunami Hingga Setinggi Pohon Kelapa di Pagai Utara,Mentawai

Saturday 30 October 2010

Dusun Muntei Baru-Baru, Desa Batumonga merupakan kampung terparah diterjang tsunami. Ini kemungkinan karena sumber tsunami berada di depan Pulau Pagai Utara tersebut.

Brenti, 40 tahun, dan seorang tetangga lelakinya dengan susah payah berjalan melewati hutan sejauh 30 km lebih 2 jam dari dusunnya menuju Sikakap, ibukota Kecamatan Sikakap di Pulau Pagai Utara pada Selasa (26/10/2010) siang.

Ia meninggalkan dusunnya, Muntei Baru-Baru, Desa Batumonga, juga di Pulau Pagai Utara karena hancur diterjang tsunami pada Senin (25/10/2010) malam. Puluhan mayat masih bergelatakan di antara puing-puing kampung yang rusak. Belum ada yang mengurus. Lebih seratus warga hilang dibawa ombak.

"Hanya sekitar 40 orang yang selamat, seluruh rumah 73 unit dan sebuah SD, semalam kami yang hidup termasuk yang luka dan bayi tidur di tengah hujan di perbukitan di belakang kampung," ujarnya Brenti seperti dikutip Supri, jurnalis Tabloid Puailiggoubat yang bertugas di Sikakap.

Brenti kehilangan istri dan dua anaknya. Mereka terseret ombak tsunami dan belum ditemukan. Tsunaminya datang dua gelombang. Gelombang pertama setidaknya setinggi 5 meter mengenai separuh kampung. Gelombang kedua jauh lebih tinggi, melewati pucuk kelapa yang tinggi. Mungkin lebih 8 meter. 

Gelombang kedua menghancurkan seisi bangunan kampung hingga ombak menghantam ke darat sejauh 800 meter dari pantai. Kedua gelombang sempat bertemu di tengah kampong, seperti tepukan tangan. Karena masing-masing menghantam dari kiri dan kanan.

Warga yang selamat, katanya, karena lari saat gelombang pertama. Ada juga yang sudah lari setelah gempa. Sedangkan warga yang tewas dan hilang karena dihantam kedua gelombang. Ada yang terseret ombak, ada yang tertimpa pohon dan runtuhan rumah.

Gempa 7,2 SR tidak begitu keras dirasa warga. Namun goyangannya lama, mereka memperkirakan 9 menit. Warga Muntei Baru-Baru sempat kembali masuk rumah karena sedang hujan. Sebagian besar merasa gempa tidak akan menimbulkan tsunami.

Tapi mereka terkejut setelah mendengar dentuman seperti pecahan ombak yang sangat keras sekitar 15 menit setelah gempa. Tiba-tiba tsunami menyapu desa mereka.

Dusun Muntei Baru-Baru hanya tinggal nama. Tak ada lagi bangunan. Rabu (27/10/2010) sore baru 80 korban tewas ditemukan dan 102 masih hilang. Hanya 40 orang yang selamat. 

Tim evakuasi sudah menguburkan jenazah para korban Rabu sore. Juga membawa sejumlah bantuan.


sumber:PK
»»  READMORE...

Bayi Tsunami



Bayi korban Tsunami,dua hari dalam selokan ditemukan selamat
Seorang bayi berusia tiga bulan di Pulau Pagai, Mentawai, ditemukan selamat dari sapuan tsunami. Selama dua hari bayi tersebut berada di dalam selokan, sementara ibu bayi ditemukan tewas tenggelam dan ayahnya masih hilang.

»»  READMORE...

Video Berita terkini



Korban gempa dan tsunami Mentawai belum mendapatkan penanganan yang memadai. Ditengah permukiman porak-poranda dan harta benda yang sirna, para korban selamat histeris melihat anggota keluarga mereka yang tewas.

»»  READMORE...

KORBAN TSUNAMI MENTAWAI CAPAI 1083 ORANG

Friday 29 October 2010
MENUNGGU: Berteduh menggunakan bekas material bangunan, para korban tsunami ini menunggu bantuan pangan.

Jumlah korban akibat tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai sampai siang kemarin, sesuai data yang berhasil dihimpun Pemkab Mentawai mencapai 1.083 orang. Rinciannya, 347 orang tewas, 332 orang hilang, 264 orang luka berat, dan luka ringan 140 orang. Rumah yang rusak berat 436 unit, dan yang rusak ringan 190 unit.

Diperkirakan jumlah itu akan terus bertambah seiring sejumlah tim dari TNI, Polri, dan beberapa lembaga lainnya mulai ke Kecamatan Sikakap untuk mencari korban hilang dan tewas. Sebelum masuknya tim tersebut, jenazah warga korban ditempatkan di pinggir jalan.

Danrem 032 Wirabraja Kolonel Inf Mulyono mengatakan, saat ini jumlah personel TNI yang berada di Mentawai telah mencapai 300 orang. Mereka disebar ke semua tempat yang dihantam Tsunami.

“Anggota TNI yang masuk telah mulai melakukan evakuasi, dan membantu warga mencari sanak keluarga mereka yang belum ditemukan. Beberapa jenazah yang ditemukan kemarin, kebanyakan di pinggir pantai dan tersangkut dalam hutan,” ujar Mulyono.

Kapolda Sumbar Brigjen Andayono mengatakan, anggotanya juga telah masuk ke Mentawai. “Nantinya mereka akan bergabung dengan anggota TNI untuk membantu warga dan mencari korban yang dinyatakan hilang,” ujarnya.

RIBUAN DI BUKIT

Sementara itu sekitar 24.341 warga Kabupaten Kepulaun Mentawai, yang mengungsi masih menunggu bantuan. Kebanyakan dari warga yang rumahnya hancur masih tinggal di perbukitan.

Selama tinggal di perbukitan, mereka terpaksa makan buah dan ubi-ubian. Setelah bantuan, mereka baru mendapatkan mie instan, dan biskuit, serta makanan lainnya. Itu pun tidak seimbang dengan kebutuhan mereka. Warga yang mengungsi, sangat mengharapkan adanya air bersih yang belum bisa masuk ke kawasan mereka, karena tingginya gelombang dan angin kencang.

Pantauan Padang Ekspres (Grup Jawa Pos) di Dusun Puraurougat, Kecamatan Pagai Selatan sekitar pukul 09.00 WIB kemarin (28/10) puluhan warga yang selamat berbondong-bondong turun dari perbukitan. Mereka seakan tidak percaya desa mereka luluh lantak. Di desa yang diterjang ombak setinggi delapan meter tersebut, tidak menyisakan satu pun rumah warga. Ombak yang disertai dengan batu karang itu menghancurkan ratusan rumah warga.

“Yang kami dengar hanya deruman, lima belas menit setelah gempa berlalu. Kami tidak menyangka bahwa itu Tsunami. Saat mendengar deruman semakin kuat, warga ada yang menyelamatkan diri naik pohon kelapa, dan sebagai lari ke perbukitan,” ujar Rusmi (34), yang kemarin berada di bekas puing-puing rumahnya.

Ditambahkan Rusmi, gelombang datang sekitar pukul 21.00 WIB di saat sebagian warga mulai istirahat tidur. Umumnya warga yang sedang tidur itulah yang menjadi korban.

“Di dusun kami sekitar 30 orang warga tewas. Dari 30 orang yang tewas itu, sekitar 20 orang telah ditemukan tersangkut. Semua yang ditemukan telah kami kubur, di kuburan masal,” jelas Rusmi.

Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kemarin mendatangi dusun yang mengalami kerusakan paling parah itu. Dia mendesak pemerintah Provinsi Sumut dan Kabupaten Mentawai, segera membangun perumahan warga yang masih tinggal di pengungsian.

SBY yang mengaku baru pulang dari Vietnam karena bencana di Mentawai memerintahkan untuk segera mengirimkan obat-obatan dan memberikan perawatan maksimal bagi para korban.

”Saya perintahkan untuk melakukan kegiatan siang dan malam, karena saat ini masyarakat sangat membutuhkan bantuan. Jangan sampai masyarakat menjadi terabikan karena alasan-alasan,” ujar SBY di hadapan warga Dusun Purourougat.

sumber : KP
»»  READMORE...

Mbah Marijan ditemukan tewas dalam posisi sujud dan tertimbun abu merapi

Jenazah Mbah Maridjan dalam kondisi sujud.

Mulai kemarin (27/10), Gunung Merapi yang disebut-sebut sebagai gunung berapi paling aktif di dunia itu tak lagi dijaga juru kunci yang sangat legendaris, Mbah Maridjan. Lelaki berumur 83 tahun yang bergelar Mas Panewu Surakso Hargo tersebut ditemukan meninggal di kamar pribadi kediamannya di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, akibat terkena awan panas Merapi.

Jasad Mbah Maridjan itu ditemukan kemarin (27/10) pukul 06.30 WIB oleh para relawan dari tim SAR dan PMI. Saat ditemukan, tubuhnya tertimbun abu Merapi. Setelah diangkat, posisinya dalam keadaan bersujud. Diperkirakan, Mbah Maridjan terkena wedhus gembel atau semburan awan panas, Selasa (26/10) pukul 17.45 WIB.

Evakuasi jenazah Mbah Maridjan agak sulit dilakukan. Sebab, medan yang harus dilalui tertutup pohon-pohon tumbang dan abu vulkanik setebal 30 sentimeter yang saat itu masih panas. Oleh para relawan, jasad Mbah Maridjan langsung dibawa ke RSUP dr Sardjito Jogja untuk diidentifikasi lebih lanjut.

Lafal tahlil selalu didengungkan para evakuator saat mengangkat jenazah Mbah Maridjan, mulai dikeluarkan dari kamarnya hingga menuju ambulans.

Keyakinan bahwa jasad yang sedang bersujud itu adalah Mbah Maridjan disampaikan Asih, anaknya. "Inna lillaahi wa inna ilaihi raajiun," tutur Asih kepada Radar Jogja (Jawa Pos Group) setelah menerima kabar penemuan bapaknya oleh relawan dan tim SAR.

Berita meninggalnya Mbah Maridjan tersebut membuat istri, anak, menantu, serta cucu-cucunya syok. Di kediaman Agus Wiyarto, salah seorang kerabat dekat Mbah Maridjan, di Jalan Kaliurang, Jogja, mereka memanjatkan doa untuk sang juru kunci. "Subhanallah. Mbah Maridjan mudah-mudahan khusnul khatimah," ujar Agus yang selalu mendampingi Asih.
 
Ucapan belasungkawa terus mengalir dari kerabat, sanak saudara, dan teman melalui handphone yang dibawa Asih. Setelah dirapatkan, keluarga memutuskan melaksanakan salat jenazah pukul 16.00 WIB. Waktu itu dipilih karena menunggu kedatangan Widodo, anak Mbah Maridjan yang selama ini tinggal di Jakarta.

Pukul 16.05 WIB, Widodo dan istrinya tiba di rumah Agus. Isak tangis mengiringi kedatangan Widodo. Pria berkacamata tersebut menangis sejadi-jadinya di depan ibunya. Sementara itu, istrinya berpelukan dengan Murni, menantu Mbah Maridjan. Pemandangan sore itu pun penuh haru.

Setelah itu, keluarga dibawa dengan tiga mobil menuju RS Sardjito. Setiba di rumah sakit, mereka langsung menuju tempat jasad Mbah Maridjan disemayamkan. Semula, keluarga akan menyalati jenazah Mbah Maridjan di masjid rumah sakit itu. Namun, rencana tersebut berubah setelah pihak rumah sakit belum mengizinkan Mbah Maridjan dibawa keluar. Keluarga pun menunggu. Kepada Radar Jogja, Asih menyampaikan permintaan maaf kepada siapa pun yang pernah bertemu dan berhubungan dengan Mbah Maridjan.

"Saya mewakili keluarga menyampaikan permohonan maaf bila ada salah yang dilakukan bapak," ungkap Asih dengan suara parau.

Dia mengungkapkan, bapaknya akan dimakamkan di Pangukrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman. Lokasi itu berjarak sekitar dua kilometer di bawah Kinahrejo. Pemakaman dilaksanakan pukul 10.00 WIB hari ini (28/10).

Masyarakat yang ingin ikut menyalati jenazah Mbah Maridjan diberi kesempatan hingga pukul 09.00 WIB pagi ini. Sebab, sejak kemarin hingga pukul 09.00 WIB hari ini, jasad Mbah Maridjan berada di rumah sakit. Setelah pukul 09.00 WIB, jenazah almarhum dibawa ke Pangukrejo untuk dimakamkan.

RAJA KEHILANGAN

Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang juga Gubernur DI Jogja Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan turut merasa kehilangan atas meninggalnya Mbah Maridjan. "Ya jelas kehilangan. Mbah Maridjan itu orang yang mengerti tanggung jawab," ungkap Sri Sultan.

Dia mengisyaratkan segera mencari pengganti Mbah Maridjan sebagai juru kunci Merapi. Namun, tidak dalam waktu dekat ini. "Belum akan diganti dulu, wong kondisinya masih seperti ini," katanya.

Gubernur Jogja tersebut berharap tak ada lagi korban bencana Merapi, baik yang terkena awan panas maupun lava. Karena itu, Sri Sultan memohon dengan sangat kepada masyarakat di lereng Merapi untuk memahami situasi."Kalau disuruh turun, ya turun," tegasnya.
 
Sultan mengingatkan, bencana tsunami atau gempa tidak bisa diprediksi. Namun, gunung meletus bisa diprediksi sebelumnya sehingga seharusnya tidak ada korban. "Jadi, kalau ada yang meninggal, itu karena lenane orang," ucapnya.

Mbah Maridjan adalah salah seorang di antara 26 orang korban meninggal yang diumumkan resmi oleh Pemkab Sleman kemarin. Selain juru kunci Merapi itu, seorang wartawan Vivanews.com bernama Yuniawan Wahyu Nugroho turut menjadi korban amuk Merapi. Pria asal Cibinong tersebut tewas terkena awan panas saat berada di rumah Mbah Maridjan.

Selain itu, seorang anggota PMI Bantul yang ikut membantu evakuasi, Tutur Priyono, pun tak luput dari maut. Oka Hamid, salah seorang anggota PMI, mengatakan bahwa Tutur sempat menjalin kontak melalui telepon seluler sekitar pukul 18.30 WIB, Selasa (26/10). Kontak tiba-tiba putus di tengah percakapan. "Saat itu Tutur bilang mau menjemput Mbah Maridjan. Lalu, dia teriak api-api dan senyap. Kami mencoba menghubungi ponsel Tutur, namun sudah tak bisa tersambung," ungkapnya kemarin.

Kerabat Keraton Jogja GBPH Yudhaningrat menambahkan karena gugur kala menjalankan kewajiban sebagai abdi dalem, pria yang terkenal dengan iklan roso-roso itu kini dipertimbangkan oleh keraton untuk diberi kenaikan pangkat luar biasa. Kenaikan pangkat tersebut bisa diberikan setingkat atau beberapa tingkat lebih tinggi. "Semua bergantung kebijakan Ngarso Dalem (Sultan Hamengku Buwono X, Red). Itu sepenuhnya hak prerogatif beliau," ungkap salah seorang adik Sultan Hamengku Buwono (HB) X tersebut.

Menurut Yudhaningrat, pangkat yang disandang Mbah Maridjan, mas penewu, masuk kategori kliwon atau semacam perwira pertama di lingkungan TNI dan Polri. Bila diberi kenaikan setingkat, pangkatnya berganti menjadi mas wedono.

Berdasar rekam jejak, Mbah Maridjan mengawali karier sebagai abdi dalem dari pangkat terendah. Dia mendapatkan tugas menjaga Merapi dari mendiang HB IX. Sedangkan SK pengangkatannya dikeluarkan pada masa kepemimpinan HB X. Sesudah erupsi Merapi pada 2006, Mbah Maridjan mendapatkan kenaikan pangkat dari HB X. Pangkatnya semula mas ngabehi, lalu naik satu tingkat menjadi mas penewu hingga meninggal sebagai salah seorang korban erupsi Merapi pada 26 Oktober 2010. Selamat jalan, Mbah Maridjan.  

sumber:KP
»»  READMORE...

Bantuan Mentawai Terkendala Transportasi


Distribusi bantuan bagi korban tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar),terkendala masalah transportasi. 
Akibatnya, bantuan belum tersalurkan secara merata ke beberapa wilayah di Kabupaten Kepulauan Mentawai. “Bantuan berupa beras, makanan, obat-obatan, tenda serta kantong mayat kini menumpuk di Posko Penanggulangan Bencana Mentawai di Kecamatan Sikakap. Bantuan belum bisa disalurkan secara merata karena minimnya speedboat,”ujar Masrial,relawan di Posko Sikakap. Dia menuturkan,Posko Satkorlak Penanggulangan Bencana Gempa dan Tsunami Mentawai di Kecamatan Sikakap memerlukan lebih banyak speedboat untuk menyalurkan bantuan dan mengirimkan petugas evakuasi ke lokasi bencana. 


Menurutnya, di Sikakap hanya ada dua unit speedboat dan kendaraan tersebut sudah dioperasionalkan bolak-balik mengambil bantuan dari kapal besar di tengah laut dan mendistribusikannya ke masingmasing lokasi bencana. “Lokasi bencana yang seluruhnya dikelilingi laut menambah kesulitan petugas untuk mendistribusikan bantuan itu,”katanya. Data posko mencatat jumlah korban bencana gempa dan tsunami Mentawai terus bertambah. Hingga kemarin pukul 17.00 WIB, korban tewas sudah mencapai 347 orang.Adapun 332 orang masih dinyatakan hilang. Rumah masyarakat yang rusak berat tercatat 436 unit, sarana pendidikan sekolah dasar 4 unit, serta sekolah menengah atas (SMA) 1 unit.Adapun fasilitas umum berupa rumah dinas sebanyak 6 unit,rumah ibadah 6 unit,jembatan 5 unit,resor 2 lokasi, dan kapal pesiar 1 unit.

Pencarian korban terus dilanjutkan tim gabungan dengan menelusuri perairan di kawasan desadesa yang terkena dampak tsunami. Korban luka-luka dari sejumlah desa sudah dievakuasi ke pengungsian di Sikakap untuk mendapatkan pertolongan pengobatan. Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI George Toisutta mengatakan, prajurit TNI AD akan diterjunkan bersama bantuan logistik untuk daerahdaerah yang masih terisolasi akibat tsunami di Mentawai. “Untuk pendistribusian bantuan perbekalan seperti bahan makanan, tenda, dan obat-obatan akan menggunakan pesawat Hercules karena banyak wilayah yang terisolasi akibat tsunami di Mentawai.

Penerjun free fall dari Kostrad akan mendampingi bantuan perbekalan yang diterjunkan,” kata George Toisutta seusai membuka seminar “Pembangunan Moral dan Karakter Bangsa” kemarin di Jakarta. George juga menambahkan, TNI AD mengerahkan dua batalion dari satuan kesehatan dan bantuan perbekalan untuk membantu korban gempa bumi dan tsunami tersebut. Satu batalion dari wilayah timur berangkat kemarin,sedangkan dari wilayah barat disiagakan untuk berangkat.

Presiden ke Mentawai

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono siang kemarin meninjau lokasi bencana gempa bumi dan tsunami di Pagai Selatan, Mentawai. Presiden SBY didampingi para menteri terkait berangkat ke Mentawai dari Bandara Minangkabau, Padang dengan menggunakan dua helikopter milik TNI AU dan satu helikopter TNI AD. Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan, di Mentawai, Presiden langsung mendatangi para korban yang berada di pengungsian.“Atas nama pemerintah dan negara, Presiden menyampaikan belasungkawa dan rasa prihatin yang dalam atas musibah gempa bumi dan tsunami di kepulauan Mentawai,” ujar Julian kepada SINDO tadi malam.

Pagi hari sebelum melihat bertolak ke Mentawai, Presiden terlebih dahulu melakukan rapat tertutup sekaligus mendengarkan pemaparan dari Gubernur Sumbar Irwan Prayitno tentang kondisi terakhir di Mentawai. Saat meninjau lokasi, Presiden sempat berdialog dengan warga dan terharu saat mendengar keluhan warga yang kehilangan keluarganya. “Pemerintah akan berupaya sekuat tenaga membatu penyelamatan dan pengobatan para korban serta terus mencari mereka yang masih belum ditemukan,” ujar Julian mengutip pernyataan Presiden SBY. Kepada Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Presiden menginstruksikan agar TNI AU,AD dan AL bisa memaksimalkan dukungan dengan membantu membawa logistik ke Mentawai.

Presiden kemarin juga memberikan bantuan 4 ton makanan dan bahan pokok, yang diangkut melalui container delivery system, melalui Lanud TNI AU Padang. Selain itu juga dikirimkan 14 ton bahan pokok makanan yang diangkut dengan pesawat Hercules dari Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta. Presiden juga berharap agar pemerintah daerah segera membangun kembali fasilitas kesehatan, sekolah,dan fasilitas umum lain, setelah selesainya tanggap darurat. “Pemerintah pusat tentu akan membantu rehabilitasi dan rekonstruksi di Mentawai,”ujar Julian. 

sumber: SI



»»  READMORE...

Dikubur Massal korban Merapi

Aparat TNI bersama warga mengangkat peti jenazah korban letusan Gunung Merapi yang akan dimakamkan secara massal di Desa Umbulharjo, Kabupaten Sleman, kemarin. 

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas.Kemarin,gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta itu dua kali memuntahkan materi yang biasa disebut wedhus gembelitu. 

Awan panas pertama muncul pada pukul 16.13 WIB selama 3 menit dan kedua pada 19.54 WIB selama 2-3 menit.Keduanya mengarah ke s e l a t a n dengan jarak luncur sekitar 2,5 km. Kemu n c u l a n awan panas yang kedua ini kemudian dit a n d a i dengan munculnya titik api diam yang menjadi tanda menurunnya aktivitas Merapi. Namun,Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM Surono meminta masyarakat tetap bersabar di pengungsian. Dia menandaskan bahwa pihaknya belum mencabut status Merapi meski mengalami penurunan intensitas kegempabumian. 

“Penurunan hanya intensitas kegempabumian, tapi bukan menurun aktivitasnya, masih awas,”katanya. Saat memberikan keterangan pers di Kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta tadi malam, Surono menegaskan bahwa rekomendasi PVMBG belum diubah, yakni daerah yang masuk kawasan rawan bencana (KRB) III harus bebas dari aktivitas penduduk. Wakil Presiden Boediono juga meminta masyarakat tetap waspada karena pengetahuan dan teknologi memiliki keterbatasan dalam mendeteksi gejala alam. 

Mantan Gubernur Bank Indonesia ini juga meminta masyarakat mematuhi berbagai imbauan pemerintah karena memiliki maksud yang baik. Setelah kondisinya nanti berangsur menurun, warga baru bisa kembali pada kehidupan normal. Permintaan ini disampaikan Wapres saat meninjau lokasi pengungsian letusan Gunung Merapi di Desa Keputran,Kecamatan Kemalang, Klaten,Jawa Tengah,kemarin. Dalam kunjungannya, Boediono didampingi istri dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, di antaranya Menteri Pendidikan Nasional M Nuh,Menteri Agama Suryadharma Ali,Menpora Andi Mallarangeng,serta Menteri Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak Linda Gumelar. Seruan agar warga tetap di pengungsian pun disampaikan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo. 

Bibit meminta warganya tetap waspada karena sebagian warga telah memutuskan meninggalkan lokasi pengungsian dan kembali ke rumah mereka yang berada di ring kawasan rawan bencana. Untuk diketahui, jumlah pengungsi di tiga kabupaten di Jawa Tengah sebanyak 37.754 jiwa dengan jumlah pengungsi sebagian besar berada di Kabupaten Magelang. Pengungsi dari Kabupaten Magelang berasal dari 28 desa berjumlah 28.809 orang, 3.970 pengungsi dari tiga desa di Boyolali,dan 4.975 pengungsi dari empat desa di Klaten. Mantan Pangkostrad itu memastikan tidak banyak kerugian material dialami para warga akibat erupsi Merapi di Jawa Tengah. 

Menurutnya, keberhasilan antisipasi jatuhnya korban dalam bencana Merapi tidak lepas dari upaya pembuatan protap oleh pemerintah provinsi pascapenetapan status waspada gunung tersebut pada pertengahan September lalu. Surono berharap munculnya titik api diam itu sebagai tanda-tanda proses pembentukan kubah lava, lalu aktivitas Merapi menurun seperti menjadi tradisi gunung teraktif di dunia tersebut.Hanya, lanjutnya, bukan berarti bahaya menurun.“Sekarang sistemnya sudah terbuka, arahnya sudah semakin kelihatan ke mana kalau terjadi (letusan),”jelasnya. Artinya, lanjutnya, jika keluar sumbat lava maka akan terbentuk kubah sehingga lama-lama aktivitas berhenti.

“Bisa kemungkinan setelah ini (titik api diam) muncul lelehan lava, tetapi mudah-mudahan hanya pembentukan kubah baru. Selama ini pembentukan kubah selalu didahului adanya titik api diam,”paparnya. Kepala BPPTK Yogyakarta Subandriyo menambahkan bahwa kebiasaan Gunung Merapi setelah erupsi adalah membentuk kubah baru. Dia menyebutkan, letusan Merapi pada 1994, 1997, 1998 sampai 2006 selalu memunculkan kubah baru. “Namun yang jelas, sampai saat ini bahaya masih terjadi. Status tetap level IV atau awas,”ungkapnya. Dia juga memprediksi posisi kubah lava baru akan mengganggu kubah tapal kuda dengan volume delapan juta meter kubik. 

“Apabila itu sampai terjadi, sisi barat daya Gunung Merapi atau ke arah wilayah Kabupaten Magelang (Jawa Tengah) harus waspada karena longsoran material vulkanik dari kubah tapal kuda berpotensi menimbulkan bencana di sepanjang aliran Kali Krasak,Kali Putih,Kali Sat,dan Kali Senowo,”katanya. 
»»  READMORE...

Jenazah Mbah Maridjan Ikut Dimakamkan Secara Massal

Thursday 28 October 2010

Juru Kunci (kuncen) Gunung Merapi Mbah Maridjan bersama para korban tewas bencana Gunung Merapi akan dimakamkan secara bersamaan pada pukul 09.00 WIB.
 
Alasan penguburan para jenazah lebih pagi dikarenakan jasad para korban sudah mengeluarkan bau tidak sedap.
 
"Para jenazah sudah mulai mengeluarkan bau tak sedap sehingga pukul 09.00 WIB harus sudah dikubur, paling lama pukul 10.00 WIB,” ujar salah satu Tim Tagana yang enggan disebutkan namanya kepada okezone, Kamis (28/10/2010).
 
Sementara itu, sebelum dikubur secara masal, para jenazah juga akan disalatkan terlebih dahulu di Mesjid RS Sardjito. "Dijadwalkan pukul 08.00 WIB nanti akan disholatkan di masjid RS Sardjito, 21 jenazah yang salah satunya diduga Mbah Marijan itu akan dimakamkan secara besamaan,” tambahnya.
 
Untuk lokasi pemakaman sendiri rencananya berada diperbatasan antara Desa Umbul Harjo dengan Kacamatan Cangkringan. "Mungkin ditengah-tengah akan dibuat dibuat tempat pemakaman masa,” tandasnya.
 
Menurutnya, RS Sardjito sendiri sedang kesulitan untuk membawa para jenazah ke lokasi, karena jumlah mobil yang ada sangat terbatas. "Sekarang pihak RS Sardjito membutuhkan 21 mobil ambulans untuk membawa para jenazah," pungkasnya.


sumber: OZ
»»  READMORE...

Korban Tewas Letusan Merapi Menjadi 25 Orang

Wednesday 27 October 2010

Jenazah korban awan panas Gunung Merapi saat dievakuasi ke rumah sakit di Sleman, Yogyakarta.

Jumlah korban letusan Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Selasa (26/10/2010) petang hingga saat ini bertambah dari 19 orang menjadi 25 orang.


Menurut Humas Rumah Sakit (RS) Dr Sardjito Yogyakarta Heru Trisno Nugroho, Rabu, korban meninggal dan luka bakar kini berada di rumah sakit ini.

Menurut dia, korban meninggal akibat letusan Gunung Merapi yang berada di RS Dr Sardjito Yogyakarta mencapai 25 orang dan luka bakar 15 orang, termasuk satu jenazah yang diduga Mbah Maridjan. 

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Sleman Mafirindati mengatakan semua korban tewas ditemukan saat tim evakuasi melakukan penyisiran di desa terdekat gunung teraktif di Indonesia itu.

Menurut dia, semua korban tewas itu ditemukan di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman oleh tim evakuasi. "Semua korban tewas saat ini sudah berada di Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta untuk diidentifikasi," katanya.

Ia mengatakan, penyisiran untuk mencari korban akibat letusan Gunung Merapi saat ini masih terus dilakukan tim evakuasi. "Tim masih akan terus melakukan penyisiran hingga semua korban tewas ditemukan," katanya

Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (26/10) sekitar pukul 17.00 WIB, menyemburkan asap awan panas atau oleh warga setempat dikenal dengan sebutan wedus gembel.

sumber: TK
»»  READMORE...

Jenazah Korban Tsunami di Mentawai Banyak yang Belum Dievakuasi


Dua hari setelah diguncang tsunami, masih banyak jenazah warga di Mentawai, khususnya di Pulau Pagai, yang belum dievakuasi. Hal ini dikarenakan sulitnya menembus medan dan kurangnya kantong jenazah.

"Jenazah banyak yang belum dievakuasi. Akses untuk ke sana sulit, karena cuaca juga tidak mendukung," kata Satgas Penanggulangan Bencana di Mentawai, Joskamatir, saat dihubungi detikcom, Rabu (27/10/2010).

Hari ini, lanjut dia, dikirim 50 relawan ke dua daerah yakni di Munte Baru-baru dan Malakopak. Selain membawa bahan bantuan untuk para pengungsi, mereka juga akan melakukan evakuasi jenazah.

"Mayat masih bertebaran, belum terkumpul di satu tempat," sambung Joskamatir.

Disampaikan dia, hingga pukul 08.00 WIB ini, warga di Pulau Pagai yang tewas akibat tsunami ada 81 orang. Sedangkan orang hilang tercatat ada 106. 179 Bangunan, termasuk 4 sekolah rusak berat.

"Warga di pinggir pantai lari ke gunung. Mereka butuh obat-obatan, makanan, dan tenda. Ada yang sudah mulai flu. Bantuan dari luar masih belum masuk," terang Joskamatir.

Sementara itu, data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mentawai hingga pukul 08.00 WIB ada 112 warga meninggal, 109 orang hilang, dan 502 KK yang mengungsi. 179 Rumah rusak berat, 300 unit rusak ringan, dan 4 rumah ibadah juga rusak.

"Hari ini evakuasi, dan pengiriman bantuan akan coba dilakukan lagi. Cuaca hari ini cerah sehingga mendukung proses itu," terang Sinaga, petugas BPBD.

Gempa 7,2 SR melanda Mentawai pada 21.40 WIB, Senin (25/10). Gempa ini menyebabkan tsunami di kawasan Mentawai. Tinggi gelombang mencapai 3 meter yang menyapu kawasan di pinggir pantai. Korban kemungkinan akan terus bertambah.



sumber:DC
»»  READMORE...

Tsunami Sapu Mentawai 112 Tewas 502 Hilang


Bencana alam silih berganti melanda Indonesia.Setelah banjir bandang di Wasior, Papua Barat,tsunami setinggi tiga meter menghantam Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar),Senin malam (25/10). 



Bencana alam yang diawali gempa bumi berkekuatan 7,2 Skala Richter (SR) itu mengakibatkan 112 orang tewas dan 502 hilang. Data jumlah korban itu terungkap dalam rapat koordinasi penanggulangan gempa dan tsunami Mentawai yang dipimpin Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dan dihadiri Bupati Mentawai, Edison Saleuleubaja, di Padang tadi malam. Ribuan warga Mentawai dilaporkan mengungsi ke berbagai lokasi yang lebih aman. Pengiriman bantuan ke lokasi bencana masih terkendala cuaca buruk di perairan Laut Mentawai. Upaya pencarian terhadap korban tsunami masih dilakukan,sehingga kemungkinan data jumlah korban masih bisa berubah.

“ Tim gabungan masihberupaya mencarikorban yang hilang di titiktitik yang diduga terkena dampak bencana tsunami,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar Harmensyah saat dihubungi SINDOtadi malam. Gempa bumi berkekuatan 7,2 SR mengguncang Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar), Senin (25/10) malam pukul 21.42 WIB. Pusat gempa berada di 3.61 Lintang Selatan - 99.93 Bujur Timur dan berkedalaman 10 km.Gempa berlokasi 78 km barat daya Pagai Selatan,Mentawai. Kondisi Kabupaten Kepulauan Mentawai pascagelombang tsunami kemarin memprihatinkan.

Menurut keterangan Ketua DPRD Mentawai Hendri Dori, masyarakat di Kepulauan Mentawai, khususnya di Kecamatan Pagai Utara dan Pagai Selatan sudah kehabisan makanan karena persediaan yang ada di rumah dan di warung lenyap tersapu tsunami.“Untuk menyambung hidup mereka harus makan ubi, talas, dan dedaunan. Mereka juga butuh kantong mayat,”katanya. Sampai saat ini tim dari Basarnas, dibantu TNI, masih berusaha menembus lokasi kejadian yang cukup sulit dijangkau. Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mudjiarto menyatakan kemarin sore telah memberangkatkan Tim Kesehatan Sumbar sebanyak 12 orang dan perlengkapannya menuju Kepulauan Mentawai.

Mereka terdiri atas satu dokter ahli bedah, dua asisten dokter bedah, satu ahli anestesi, satu perawat anestesi,dua perawat gadar, satu dokter umum, satu ahli gizi, satu orang surveilan, dan dua staf logistik. “Bersama itu juga dikirimkan obat-obatan dan 200 kantong mayat,” ujarnya lewat pesan singkat kepada SINDO. Berbeda dengan data BPBD Sumbar, menurut Kementerian Kesehatan, data sementara yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Sumbar hingga pukul 20.00 WIB tadi malam menyebutkan jumlah korban tewas akibat gempa dan tsunami di kabupaten Kepulauan Mentawai mencapai 113 orang. Rinciannya, 20 orang di Kecamatan Pagai Selatan,58 orang di Kecamatan Pagai Utara,18 orang di Kecamatan Sipora Selatan, dan 7 orang di Kecamatan Sikakap.

Total korban hilang sebanyak 150 orang,dengan angka terbanyak di Pagai Utara (140 orang).Sisanya 5 orang di Sipora,4 orang di Pagai Selatan, dan 1 orang di Sikakap. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) langsung melakukan koordinasi dan pendampingan kepada BPBD Sumbar untuk melakukan evakuasi pengungsi dan korban tewas.“Kami menggerakkan tim dari pusat untuk melakukan pendampingan dan koordinasi penanggulangan, termasuk mengoordinasikan pemberian bantuan. Untuk bencana Mentawai ini,Pak Kepala (Syamsul Maarif) sudah langsung ke sana,” kata anggota tim reaksi cepat BNPB Furqon Hafidz yang menjaga posko BNPB di Jakarta kemarin.

Personel BNPB yang dikerahkan ke Mentawai sampai saat ini belum ditentukan karena masih melihat kebutuhan pendampingan dan koordinasi.BNPB juga terus memonitor bencana yang terjadi secara berantai. Dari longsor di Wasior, Papua Barat; Letusan Gunung Merapi di Yogyakarta; maupun bencana gempa dan tsunami di Mentawai. Dari luar negeri, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mempertimbangkan untuk mempersingkat kunjungan kerjanya di Vietnam lantaran bencana tsunami di Mentawai dan letusan Gunung Merapi. Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan bahwa Presiden terus memantau perkembangan di Tanah Air,terutama tentang penanganan tanggap darurat di Mentawai.

“Sampai saat ini Presiden masih menunggu laporan dari Wapres, terutama setelah Wapres berkunjung ke Mentawai Rabu pagi. Jadi sampai sekarang masih jadi pertimbangan untuk kembali ke Jakarta dengan cepat,”ujar Julian yang berada di Hanoi kepada SINDO tadi malam. Presiden SBY dan rombongan Senin (25/10) lalu bertolak ke China dan Vietnam dalam rangka kunjungan kerja dan menghadiri KTT ASEAN.Gempa bumi berkekuatan 7,2 SR yang disertai tsunami di Mentawai membuat Presiden segera menggelar rapat koordinasi terbatas di hotel tempat rombongan menginap. Dalam rapat tersebut Presiden juga secara langsung berkomunikasi dengan Wapres Boediono.

Julian mengatakan, Presiden SBY mendapatkan kabar dari Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif tentang korban tsunami di Mentawai dan meletusnya Gunung Merapi saat Presiden masih dalam penerbangan dari China menuju Hanoi, Vietnam. Rapat tadi malam berlangsung selama hampir 1,5 jam dan diikuti oleh seluruh menteri yang ikut dalam rombongan. Presiden menginstruksikan TNI Angkatan Udara segera menerjunkan bantuan ke Mentawai agar proses evakuasi korban bisa berjalan dengan baik. “Mentawai wilayah yang agak sulit terjangkau selain dengan angkutan laut dan udara. Karena itu bantuan ke Mentawai harus dipercepat melalui udara dan TNI AU diinstruksikan untuk sepenuhnya membantu,”paparnya.

Sulit Diprediksi

Kepala Pusat Seismologi Teknik dan Geopotensial Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Soehardjono mengatakan, salah satu kelemahan dalam memprediksi terjadinya gempa di Indonesia adalah kurangnya info dan analisis sejarah gempa yang terjadi sejak puluhan maupun ratusan tahun sebelumnya.Padahal, info sejarah sangat penting mengingat bencana gempa adalah proses yang terus terjadi di kawasan seperti Pulau Sumatera yang mempertemukan lempeng Asia dan lempeng Australia.

“Yang jelas di Pulau Sumatera ada potensi gempa karena pertemuan dua lempeng tadi.Hanya,kapan dan berapa besar gempa yang terjadi tentu harus kita analisis dari sejarah karena pergeseran lempeng umumnya terjadi secara periodik,” ujarnya. Lebih jauh dia menjelaskan, terjadinya rentetan bencana gempa di Pulau Sumatera sangat mungkin sebagai ulangan kejadian serupa pada ratusan bahkan ribuan tahun sebelumnya.Karena itu, upaya yang dilakukan BMKG saat ini adalah menganalisis sejarah dan terus mencatat setiap kejadian terkait gerak lempeng tersebut.

Sebagai langkah penanggulangan BMKG memberi informasi cepat dalam hitungan empat sampai lima menit untuk menyampaikan kemungkinan kerusakan dan bencana susulan yang bisa ditimbulkan. Baik berupa kemungkinan kerusakan rumah dan gedung dilihat dari kerasnya guncangan, maupun potensi air pasang ataupun tsunami jika gempa tersebut terjadi di laut.

sumber : si
»»  READMORE...

MBAH MARIJAN DAN 11 LAINNYA TEWAS AKIBAT AWAN PANAS MERAPI

Mbah marijan

.Gunung Merapi akhirnya meletus kemarin.Letusan terjadi pada pukul 17.02 WIB, saat gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah-DI Yogyakarta ini mulai mengeluarkan awan panas. 

Letusan kembali terjadi pada 17.03 WIB dan disusul keluarnya awan panas secara terus menerus. Berdasar aktivitas tersebut, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG),Badan Geologi, dan Kementerian ESDM menyatakan Gunung Merapi sudah erupsi. Bahkan,Kepala Pusat PVMBG Surono memastikan bahwa letusan pukul 17.02 WIB lebih besar dibanding tiga erupsi yang terjadi sebelumnya. “Erupsi kali ini bersifat eksplosif dan lebih besar dibanding tiga letusan sebelumnya,”jelas Surono di Yogyakarta kemarin.Karena besarnya energi yang dikeluarkan, pada pukul 18.00 WIB terdengar letusan tiga kali yang terdengar dari Pos PGM di Jrakah dan Pos PGM di Selo, Kabupaten Boyolali, disusul dengan asap membubung setinggi 1,5 kilometer mengarah ke selatan. 

Hingga tadi malam letusan Merapi dilaporkan merenggut sekitar 14 nyawa. Dari jumlah tersebut 11 di antaranya ditemukan di dalam dan di sekitar kediaman Juru Kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan, di Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman. Sedangkan tiga orang lainnya meninggal di rumah sakit. Relawan saluran komunikasi sosial bersama Giyanto membenarkan berita ditemukannya 11 korban meninggal di sekitar kediaman Mbah Maridjan. Mereka meninggal akibat disapu awan panas letusan Gunung Merapi. Giyanto tidak bisa dikonfirmasi secara detail mengenai data korban tewas karena dia disibukkan oleh proses evakuasi. 

Hingga berita ini diturunkan jenazah belum bisa dievakuasi karena jalur sekitar lokasi penemuan mayat rusak dan dipenuhi pohon tumbang akibat letusan Merapi. Satu identitas korban tewas diketahui sebagai wartawan media online, Vivanews, Jakarta,Yuniawan W Nugroho; lainnya belum jelas. Adapun keberadaan Mbah Maridjan masih misterius,namun dipastikan dia bukan termasuk 11 korban tewas. Bahkan tadi malam beredar kabar yang menyebutkan tokoh yang bergelar R Ng Surakso Hargo itu selamat. Seperti diketahui, Mbah Maridjan memilih tidak mengungsi,walaupun dia meminta warga di Kawasan Rawan Bencana III mematuhi instruksi pemerintah untuk segera mengungsi.

Mbah Maridjan menjelaskan, dia tidak mau mengungsi lebih karena khawatir nanti warga salah menanggapi,sehingga mereka kecele. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menyatakan sejumlah warga yang terjebak di Kinahrejo diusahakan untuk dievakuasi.“ Tanggap darurat dalam musibah ini akan ditangani pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten,” ujar Raja Keraton Yogyakarta ini. Sebelumnya, PVMBG telah membunyikan sirene sebagai tanda Merapi meletus dan peringatan kepada warga yang berada di kawasan rawan bencana (KRB) III agar secepatnya mengosongkan daerahnya menuju ke barak-barak pengungsian. Sirene bahaya di Kaliurang, Sleman,berbunyi pada pukul 17.57 WIB dan pada 18.05 WIB Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menarik semua petugas dari pos PGM. 

Letusan Merapi juga menimbulkan abu vulkanik yang mengguyur wilayah sekitar Merapi. Seperti dirasakan warga Muntilan, Kabupaten Magelang, hujan abu disertai kerikil kecil terjadi sekitar pukul 19.00 WIB.Akibat hujan abu tersebut,masyarakat yang keluar rumah harus mengenakan penutup kepala dan masker untuk menutup hidung. Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Bakesbang PB Kabupaten Magelang Heri Prawoto menjelaskan bahwa abu vulkanik mencapai radius 40 kilometer, hingga Kabupaten Temanggung. Letusan Merapi kontan membuat warga panik. Bahkan,karena terlambat mengungsi, sejumlah warga harus menjadi korban. 

Salah satu korban tewas adalah balita berusia 6 bulan,Ilham Azza,yang meninggal dunia setelah keluarganya telat melakukan evakuasi. Anak pasangan Sriyanto dan Romlah,warga Dusun Gedangan, Desa Ngargosoko, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, ini meninggal akibat sesak nafas. Di RSUD Muntilan sebanyak 21 warga harus menjalani perawatan karena menderita gangguan pernafasan. Mereka tidak memakai masker saat hujan debu turun cukup tebal. Plt Direktur Utama RSUD Muntilan dr Sasongko menyebutkan, debu vulkanik turun cukup tebal dan mengandung zat belerang yang bisa menimbulkan sakit pernafasan. Dua warga Umbulharjo,Kecamatan Cangkringan, Sleman, masing- masing Pujo, 45 dan Walijan, 40,juga harus dirawat di RS Sardjito Yogyakarta. 

Dua tetangga juru kunci Gunung Merapi Mbah Marijan tersebut mengalami luka bakar yang sangat serius akibat terkena awan panas. Untuk diketahui, desa mereka berjarak hanya sekitar 1,5 kilometer dari puncak Merapi. Sejak status aktivitas Merapi dinaikkan menjadi awas pada Senin (25/10),Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta telah meminta warga segera mengungsi, terutama mereka yang tinggal sekitar kilometer dari puncak Merapi atau dalam kawasan rawan bencana (KRB) Merapi III. Kawasan dimaksud letaknya sangat dekat dengan sumber bahaya, seperti awan panas,aliran lava, guguran batu, dan lontaran batu pijar, baik yang masuk wilayah Jawa Tengah ( Klaten,Boyolali,maupun Magelang) serta di wilayah DI Yogyakarta (Sleman).Namun, sebagian besar warga tidak menggubris instruksi tersebut dan memilih tetap tinggal di rumah. 

Untuk meminimalisasi jatuhnya korban, tim gabungan dari SAR,Tanggap Siaga Bencana (Tagana), Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan Palang Merah Indonesia (PMI) kemarin melakukan penyisiran, di antaranya di jumlah desa di Kecamatan Cangkringan,Pakem, dan Kecamatan Turi,Sleman. Namun, evakuasi yang dilakukan tim penolong baru bisa mencapai kawasan pintu gerbang objek wisata Kaliurang,atau 10 kilometer dari puncak Merapi.Artinya,KRB III belum dapat ditembus petugas dari tim penolong. 

Delapan Luncuran Awan Panas 

Menurut pemantauan di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, terjadi delapan kali luncuran awan panas yang dimulai sejak pukul 17.02 WIB selama sembilan menit,kemudian terjadi luncuran awan panas kedua selama empat menit pada pukul 17.18 WIB. Awan panas ketiga terjadi pada pukul 17.23 WIB selama lima menit, pada pukul 17.30 WIB selama dua menit, 17.37 WIB selama dua menit, dan awan panas yang lebih besar selama 33 menit terjadi pada pukul 17.42 WIB. Pada pukul 18.16 WIB kembali muncul awan panas ketujuh selama lima menit dan diikuti awan panas besar pada pukul 18.21 WIB selama 33 menit.

Dari Pos Pengamatan Selo terlihat nyala api dan kolom asap setinggi 1,5 kilometer (km) dari puncak Merapi. Luncuran awan panas tersebut mengarah ke sisi barat daya, barat, selatan serta tenggara. Pada pukul 18.00–18.45 WIB terdengar suara gemuruh yang terpantau dari Pos Pengamatan Jrakah dan Selo dengan suara dentuman tiga kali yaitu pada pukul 18.10 WIB, 18.15 WIB, dan 18.25 WIB.Aktivitas Gunung Merapi mulai mereda pada pukul 18.54 WIB. “Kami belum dapat menyebut bahwa masa krisis Merapi sudah mereda. Masih harus menunggu perkembangannya,”jelas Surono. Namun,dia belum bisa memastikan ada pembentukan kubah lava baru karena kondisi cuaca yang masih kurang baik dan gelap sehingga tidak memungkinkan melakukan pengamatan dengan sempurna. 

“Seluruh petugas pos pengamatan juga sudah ditarik,supaya tidak ada korban dulu.Yang penting adalah mengamankan masyarakat yang sudah selamat. Jangan coba-coba dulu naik untuk menyelamatkan orang yang masih terjebak di atas,”ujarnya 

sumber :si
»»  READMORE...

Awan Panas Merapi 13 Warga Luka Bakar Dilarikan ke RS Panti Nugroho

Tuesday 26 October 2010

 Awan panas alias wedhus gembel dari aktivitas Gunung Merapi membawa korban. Setidaknya 13 warga mengalami luka bakar dan dilarikan ke RS Panti Nugroho, Sleman, Yogyakarta.

"Informasinya sementara ada sekitar 13 orang yang masuk ke sini, Mbak," ujar Mara, petugas di RS Panti NUgroho saat dihubungi detikcom, Selasa (26/10/2010).

Mereka semua mengalami luka bakar. Namun tingkat keseriusan luka yang dialami warga masih belum dapat diinformasikan.

"Tadi masuk pertama sekitar pukul 18.30 WIB. Pertama ibu-ibu, lalu saya lihat simbah-simbah perempuan. Lalu masuk lagi 3-4 laki-laki. Sementara sekitar 13 orang itu, Mbak," kata Mara.

Ditambahkan dia, orang-orang tersebut merupakan warga Jrakah dan Kinahrejo. "Kinahrejo yang tempatnya Mbah Marijan itu, Mbak. Tapi nama korban belum bisa dikasih tahu, semua masuk UGD. Ada 1 orang yang mau dirujuk ke RS Sardjito, tapi kondisinya saya kurang tahu," ucap dia.



sumber:DC
»»  READMORE...

Tsunami & Gempa Mentawai, 4 Tewas & 79 Hilang

Empat tewas dan 79 orang dilaporkan hilang akibat gempa dan tsunami kecil yang mengguncang wilayah Mentawai, Sumatera Barat, malam tadi.

Informasi tersebut disampaikan oleh Badan Nasional Penanggulangan bencana (BNPB) Wilayah Kecamatan Pagai Utara dan Kecamatan Pagai Selatan, Selasa (26/10/2010).

 "Ini laporan dari kepala dusun yang terparah hilang di dusun Muntei Barubaru, 50 orang hilang," kata Joskamatir, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wilayah Kecamatan Pagai Utara dan Kecamatan Pagai Selatan.

Di Dusun Beleraksok, satu tewas, 23 hilang. Di Pulau Siruso satu orang hilang dan satu tewas. Di Desa Betu Monga, satu orang hilang dan satu tewas dan di Kecamatan Cikakap, satu orang tewas.

"Ada yang tertimpa bangunan ada yang terseret arus saat melaut. Kami masih mengumpulkan informasi dari beberapa dusun," imbuhnya.

Saat ini suasana masih mencekam, warga mengungsi dan sekolah diliburkan. Sejumlah bangunan rusak berat


sumber:OZ
»»  READMORE...

CUACA EKSTRIM LANDA JAKARTA


 Pengendara melintasi genangan air yang muncul di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, kemarin. Hujan deras yang mengguyur Ibu Kota kemarin membuat sejumlah jalan tergenang. Akibatnya lalu lintas macet parah. 


Hujan yang melanda Ibu Kota kemarin sore membuat beberapa ruas jalan tergenang.Genangan tersebut membuat lalu lintas di beberapa ruas jalan mengalami kemacetan parah. Dari data yang dihimpun Traffic Management Centre (TMC) Ditlantas Polda Metro Jaya mencatat, genangan yang mengakibatkan macet terdapat di Jalan Sudirman, tepatnya depan Ratu Plaza.

Di kawasan itu, genangan air mencapai 50 cm dan mengakibatkan arus lalu lintas ke Semanggi terpantau padat.Ruas Jalan Dewi Sartika yang mengarah Cawang juga terlihat macet akibat genangan air. Tidak jauh dari lokasi tersebut genangan juga terdapat di Gedung WikaCawangdenganketinggianair mencapai 30-40 cm, underpass Cawang juga dilaporkan tergenang. Hal ini mengakibatkan lalu lintas dari Jalan Otista, Dewi Sartika, serta Pancoran terlihat padat.

Selanjutnya Jalan Permata Hijau Jakarta Selatan juga tersendat akibat genangan air menjelang ITC Permata Hijau.Genangan juga terjadi di Jalan Gatot Subroto setinggi 50 cm.Akibatnya lalu lintas menuju Pancoran padat merayap karena banyak kendaraan melambat ketika melintasi genangan. Genangan air setinggi 50 cm juga terdapat di kawasan SCBD, tepatnya depan Gedung Energi.

Berikutnya di Jalan H Saidi dari arah Ciledug Raya ke Kodam Bintaro, dengan ketinggian air hampir mencapai setinggi betis orang dewasa. Genangan air setinggi 20- 25 cm di depan Kementerian PU Jalan Pattimura berimbas pada lalu lintas dari arah Blok M padat. ”Kami telah tempatkan petugas di titik-titik tersebut. Terutama di perempatan yang diduga menjadi simpul kemacetan,” kata Koordinator Traffic Managemen Centre Kompol Indra Jafar kemarin.

Kemacetan parah juga terjadi di Jalan DI Panjaitan. ”Genangan terpantau di kedua ruas jalan, lalu lintas baik yang di ruas jalan menuju selatan maupun utara lumpuh,” ungkap Petugas Unit Lalu Lintas Polres Jakarta Timur Aiptu Supono Wiyoto. Di Jalan Raya Bekasi di depan Stasiun Jatinegara genangan mencapai 20 cm.”Setiap kali hujan memang muncul genangan di jalan depan stasiun,”ungkap Kepala Stasiun Jatinegara Yuskal Setiawan. Menurutnya, genangan tidak mengganggu perjalanan kereta.

Namun, genangan di rel kereta api di Kampung Bandan menuju Jakarta Kota sempat membuat perjalanan kereta menuju Bekasi dan daerah lainnya terganggu.Akibatnya, Stasiun Jatinegara juga menerima dampaknya hingga terjadi keterlambatan sejumlah keberangkatan kereta. Selain genangan, hujan deras disertai angin kencang yang melanda Ibu kota kemarin juga menumbangkan beberapa pohon.

Petugas TMC Aiptu Kasno menyatakan, pohon tumbang terjadi di Jalan Pakubuwono. Akibatnya lalu lintas yang mengarah ke Gandaria City tidak dilalui. Pohon tumbang juga terjadi di Jalan TB Simatupang. Lokasi berikutnya di Jalan Palmerah di jalur menuju Kebayoran Lama atau tepatnya di depan Kantor Pemadam Kebakaran. Lalu lintas di sana dilaporkan padat merayap.

”Kami sudah meminta bantuan petugas Dinas Pertamanan dan Permakaman DKI,”tegasnya. Di tempat terpisah, rangkaian Kereta Api (KA) jurusan Serpong- Tanah Abang maupun sebaliknya tidak beroperasi akibat banjir yang terjadi di jalur rel sepanjang Stasiun Palmerah,Jakarta Pusat sejak pukul 16.45 WIB.

”Sepanjang jalur rel kereta di Palmerah terendam dengan ketinggian air mencapai 30 cm sehingga mengganggu semua perjalanan kereta api,”kata Kepala Humas Daerah Operasi (Daop) I Jakarta PT KAI Mateta Rizarulhaq. Dia menegaskan, penghentian tersebut agar tidak terjadi risiko kecelakaan. ”Kalau dipaksakan untuk beroperasi saat banjir, gerbong KA berpotensi anjlok karena air banjir bisa menggerus bebatuan yang menyebabkan naiknya jalur rel,”ungkapnya.

Dia mengungkapkan, posisi jalur KA di Stasiun Palmerah itu berada di bawah ruas jalan dan saluran pembuangan air (drainase) sehingga saat terjadi hujan, air menggenangi jalur rel.Akibat penghentian itu, sejumlah penumpang telantar di beberapa stasiun. Mateta menegaskan, pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena tidak mungkin menyedot air yang menggenangi jalur kereta api itu.

Sementara itu, Pemprov DKI Jakarta mengabaikan usulan penebangan pohon yang usianya sudah sangat tua. Sebaliknya, pemprov masih mengandalkan program penopingan (pemangkasan) untuk mengantisipasi pohon tumbang. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan, usulan penebangan pohon yang berusia tua belum bisa dilakukan sebab saat ini masih bisa teratasi melalui penopingan.

”Kalau pohon ditebang, entardiprotes sama Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) jadi sekarang cukup dengan penopingan saja,” kata Fauzi di Balai Kota. Dia menyatakan, Dinas Pertamanan dan Permakaman sudah melakukan perawatan pohon sebagai respons atas cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini.

Perawatan yang dilakukan yakni dengan pemangkasan daun-daun dan ranting pohon yang sudah tua. Kepala Seksi Jalur Hijau Dinas Pertamanan dan Permakaman DKI Jakarta Hermanto mengatakan, dalam kondisi cuaca yang terjadi saat ini penopingan dilakukan sebanyak mungkin.  

sumber : SI
»»  READMORE...

Merapi di Ambang Meletus

 Warga Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, mulai diungsikan ke lokasi-lokasi yang aman seiring peningkatan status Gunung Merapi dari siaga menjadi awas, kemarin. 

Kondisi Gunung Merapi kian kritis.Mulai pukul 06.00 WIB kemarin,Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menaikkan status Merapi dari siaga menjadi awas. Keputusan status awas diambil berdasar data yang diperoleh melalui pengamatan seismik maupun visual terhadap puncak gunung yang menunjukkan gejala peningkatan aktivitas vulkanik. Gejala itu mengarah pada erupsi yang bisa terjadi sewaktu-waktu. 

“Perkembangan cukup signifikan untuk menaikkan status dari siaga menjadi awas. Terjadi peningkatan jumlah dan energi gempa bumi sejak 22 Oktober,”ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Surono, di Kantor BBPTK Yogyakarta kemarin. 

Atas kondisi ini, BPPTK merekomendasikan berbagai pihak seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Gubernur DI Yogyakarta,Gubernur Jawa Tengah, Bupati Sleman, Bupati Magelang, Bupati Klaten, dan Bupati Boyolali untuk segera mengungsikan penduduk dari daerah rawan bencana.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberi perhatian pada peningkatan status gunung api tipe strato tersebut.Sebelum melakukan lawatan kenegaraan ke China dan Vietnam,Presiden meminta Wapres Boediono beserta pejabat terkait untuk segera memantau perkembangan aktivitas Gunung Merapi. Kepala Negara berharap,semua langkah tanggap darurat bisa segera dilakukan bila aktivitas merapi mulai meningkat. “Pada prinsipnya gunung berapi itu bisa diantisipasi karena ada tanda-tanda apabila akan terjadi letusan.

Oleh karena itu,kita harus melakukan langkah-langkah yang antisipatif dan proaktif,”ujar Presiden SBY di Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta. Secara khusus Presiden SBY menginstruksikan Menko Kesra Agung Laksono dan Ketua BNPB Syamsul Maarif segera berkunjung ke DI Yogyakarta dan Jawa Tengah melihat kondisi perkembangan masyarakat di wilayah Merapi. 

“Aktivitas di Gunung Merapi di Yogyakarta dan perbatasan Jawa Tengah memerlukan antisipasi tindakan proaktif sekaligus persiapan tempat-tempat pengungsian yang berkaitan dengan letusan Gunung Merapi tersebut,”jelasnya. Sejak Merapi ditetapkan statusnya menjadi siaga pada 21 Oktoberlalu, aktivitasMerapiterusmenunjukkan peningkatan yang signifikan, terutama aktivitas kegempaanvulkanik, multi-phase(MP) dan guguran, serta deformasi (pemendekan tubuh Merapi). 

Begitu pula peningkatan energi Merapi. Dari pemantauan kegempaan, pada 24 Oktober terjadi gempa vulkanik sebanyak 80 kali, meningkat dari tanggal 22 Oktober yang hanya 52 kali. Gempa multiphase (gempa fase banyak) terjadi 588 kali dari sebelumnya 514 kali. Adapun gempa frekuensi rendah yang menunjukkan peningkatan aktivitas aliran fluida magma dalam gunung terjadi tiga kali. 

Data pemantauan deformasi (pembengkakan) puncak gunung yang dilakukan dengan electric distance measurement (EDM) menunjukkan bahwa telah terjadi pembengkakan dengan laju 42 cm per hari hingga 24 Oktober.Angka ini meningkat sangat signifikan jika dibandingkan pada 21 Oktober yang hanya mencapai 10,5 cm/hari, apalagi jika dibandingkan dengan periode akhir September 2010 yang hanya mencapai 6 mm per hari. 

Adapun pemantauan secara visual menunjukkan terjadi peningkatan kejadian guguran kubah lava yang dominan ke arah selatan (Kali Gendol) dan barat daya (Kali Krasak).Jika pada tanggal 21 Oktober tercatat sebanyak 100 kali guguran,maka pada 23–24 Oktober terjadi 183 dan 194 guguran kubah lava. Menurut Surono, energi kegempaan yang terjadi sekarang ini lebih besar jika dibandingkan erupsi Merapi pada 2006.Perbedaan lain dengan tipe erupsi tahun 2006 adalah tidak adanya titik api diam. 

Pada tahun titik api diam muncul saat status siaga dan terlihat adanya kubah lava baru. Saat ini hal serupa belum terlihat,karena itu dimungkinkan jika erupsi yang terjadi akan lebih besar dari erupsi tahun 2006 lalu. “Faktor guguran material di puncak yang intens dan semakin keras juga sudah dirasakan oleh masyarakat di lereng Merapi, radiusnya hingga 4 km dari puncak. Kondisi itulah yang membedakan fase kritis Merapi pada tahun sebelumnya,” ujarnya. 

Namun Surono belum bisa memprediksi tipe letusan apa yang akan terjadi pada gunung dengan ketinggian 2980 meter dpl (di atas permukaan laut).Menurut dia, berbagai kemungkinan bisa terjadi seperti tipe eksplosif atau erupsi tipe khas Merapi,yaitu leleran lava. Sementara itu BPPTK juga memprediksi kemungkinan longsoran akan mengarah ke sisi selatan Gunung Merapi.

Selain karena arah deformasi mengarah ke selatan, sisi tersebut merupakan sisi paling tua karena terbentuk dari erupsi tahun 1911. Dengan umur batuan yang relatif lebih tua, sisi selatan akan lebih rapuh sehingga akan mudah runtuh, di atas lava 1911 tersebut masih ada lava 1997. “Tapi belum bisa dipastikan apabila ada longsoran di sisi selatan, material hasil letusan 1997 tersebut akan ikut runtuh ke selatan atau ke barat daya,” kata Kepala BPPTK Yogyakarta Subandriyo.

Diminta Mengungsi 

Peningkatan aktivitas Merapi ini mengancam sekitar 53.639 jiwa warga Jawa Tengah yang berada di Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) Merapi III.Kawasan itu letaknya sangat dekat dengan sumber bahaya yang sering melanda seperti awan panas, aliran lava, guguran batu, dan lontaran batu pijar. 

Subandriyo meminta masyarakat di daerah berbahaya segera mengungsi. Penduduk yang harus diungsikanadalahmerekayangtinggal di permukiman di sekitar alur sungai yang berhulu di puncak GunungMerapimeliputisektorselatantenggaradansektorbarat- baratdaya dalamjarak10kmdaripuncak Merapi. Sungai-sungai tersebut antara lain Kali Boyong, Kali Kuning, Kali Gendol,Kali Woro,Kali Bebeng,Kali Krasak,dan Kali Bedog. Di Kabupaten Sleman yang perlu diungsikan adalah penduduk yang bermukim di Desa Purwobinangun yang meliputi Dusun Turgo,Kemiri, dan Ngepring.

Kemudian Desa Wonokerto, khususnya Dukuh Dusun Tunggularum, serta Desa Girikerto, yaitu Dusun Ngandong,Tritis,dan Nganggring. Masih di Kabupaten Sleman, desa lain yang diwajibkan mengungsi adalah Desa Hargobinangun (Dusun Kaliurang Barat, Boyong, Kaliurang Timur,Ngipiksari),Desa Umbulharjo (Dusun Kinahrejo, Pangukrejo, Gondang), Desa Kepuharjo (Dusun Kaliadem, Petung, Jambu,Kopeng),Desa Glagaharjo (Dusun Kali Tengah Lor,Kali Tengah Kidul, Srunen, dan Singlar). 

Penduduk yang tinggal di Desa Balerante (Sambungrejo, Gondang, Balerante, Ngipiksari),Desa Sidorejo, dan Desa Tegalmulyo juga harus diungsikan. Sementara di Kabupaten Magelang, warga yang perlu diungsikan adalah di Kemiren (Dusun Jamburejo dan Kemiren),Desa Kaliurang (Dusun Sumberejo, Kaliurang Utara, Kaliurang Selatan, dan Dusun Cepagan).“Kami juga meminta semua aktivitas masyarakat di sekitar alur sungai di Kali Bebeng, Krasak, Bedog, Boyong Gendol, dan Woro untuk dihentikan,” ujar Subandriyo. 

Juru kunci Gunung Merapi Ki Surakso Hargo atau Mbah Maridjan meminta masyarakat di Kawasan Rawan Bencana III mematuhi instruksi dari pemerintah untuk segera mengungsi terkait dengan peningkatan status Gunung Merapi dari siaga menjadi awas.“Silakan warga mengungsi ke barak-barak yang sudah disiapkan pemerintah,” kata Mbah Maridjan saat ditemui di rumahnya di Dusun Kinahrejo,Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman,kemarin. 

Ketika ditanya apakah Gunung Merapi akan meletus, Mbah Maridjan mengatakan bahwa dirinya tidak kuasa untuk mengetahuinya. “Saya kan tidak memiliki alat-alat seismograf seperti milik Badan Vulkanologi. Saya tak kuasa, yang kuasa itu Gusti Allah,”katanya. Mbah Maridjan menandaskan, dirinya tidak mau pergi mengungsi lebih karena khawatir nanti warga salah menanggapinya sehingga mereka kecele.

“Kita berdoa bersama saja agar Merapi ini tidak batuk dan memohon keselamatan kepada Yang Maha Kuasa agar tidak terjadi bencana yang tidak diinginkan kalau nantinya Gunung Merapi benar-benar meletus,”katanya. Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo kemarin sudah menggelar rapat koordinasi tanggap bencana Gunung Merapi di Semarang. Dia meminta masyarakat menjalankan instruksi dan tidak panik.“Prosedur tetap untuk menghadapi bencana ini sudah ada sehingga masyarakat tidak perlu panik,”kemarin. 

Selain dihadiri gubernur,rakor juga diikuti perwakilan tiga pemkab di sekitar merapi, Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Edward Aritonang, Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Langgeng Sulistyono, serta jajaran pimpinan DPRD Jawa Tengah. Menurut Bibit, berbagai hal yang dibutuhkan berkaitan dengan tanggap bencana Merapi telah disiapkan seperti posko koordinasi, tempat pengungsian,tenda,dan dapur umum.Dia menggariskan para kepala daerah untuk siap memberi arahan kepada penduduknya.

Meski sudah ada instruksi agar segera mengungsi, warga yang tinggal di kawasan berbahaya ternyata masih adem ayem.Misalnya terlihat di Desa Sidorejo,Kecamatan Kemalang, Kabupaten Sleman yang masuk KRB III,warga masih memilih tinggal di rumah. Kepala Desa (Kades) Sidorejo mengaku sebenarnya telah mengimbau warga untuk mengungsi.Namun warga memilih untuk tetap tinggal di rumah masing-masing. 

Menurutnya, informasi terkait kenaikan status Gunung Merapi menjadi awas tidak cukup manjur menggerakkan mereka untuk mengungsi.Warga mempunyai pertimbangan lain untuk memutuskan tetap tinggal di rumah. Kendati demikian,warga telah berinisiatif menyiapkan 15 truk pasir guna mengangkut pengungsi. Titik kumpul dipusatkan di balai desa setempat dan SDN II Sidorejo.“

Ada 2.400 warga di sini tercatat sebagai calon pengungsi.Truk pasir telah disiapkan untuk mengangkut mereka dari balai desa dan sekolah sebagai titik kumpul,”kata Suroso kemarin. Aktivitas di kawasan Merapi juga masih seperti biasa.Area penambangan galian C di Kecamatan Kemalang,Klaten,justru dibanjiri armada truk pengangkut pasir dan batu (situ) yang datang dari Klaten danYogyakarta.

Peningkatan jumlah truk terlihat sejak dua hari terakhir hingga menimbulkan kemacetan di beberapa ruas jalan. Kondisi ini memperparah arus lalu lintas di jalur evakuasi. Padahal 80% kondisi jalur evakuasi di Klaten sepanjang 36,5 km telah mengalami kerusakan berat. Kemacetan terparah terjadi di Pasar Kembang,Kecamatan Kemalang.




sumber:SI


»»  READMORE...
 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News