Merapi di Ambang Meletus

Tuesday 26 October 2010
 Warga Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, mulai diungsikan ke lokasi-lokasi yang aman seiring peningkatan status Gunung Merapi dari siaga menjadi awas, kemarin. 

Kondisi Gunung Merapi kian kritis.Mulai pukul 06.00 WIB kemarin,Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menaikkan status Merapi dari siaga menjadi awas. Keputusan status awas diambil berdasar data yang diperoleh melalui pengamatan seismik maupun visual terhadap puncak gunung yang menunjukkan gejala peningkatan aktivitas vulkanik. Gejala itu mengarah pada erupsi yang bisa terjadi sewaktu-waktu. 

“Perkembangan cukup signifikan untuk menaikkan status dari siaga menjadi awas. Terjadi peningkatan jumlah dan energi gempa bumi sejak 22 Oktober,”ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Surono, di Kantor BBPTK Yogyakarta kemarin. 

Atas kondisi ini, BPPTK merekomendasikan berbagai pihak seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Gubernur DI Yogyakarta,Gubernur Jawa Tengah, Bupati Sleman, Bupati Magelang, Bupati Klaten, dan Bupati Boyolali untuk segera mengungsikan penduduk dari daerah rawan bencana.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberi perhatian pada peningkatan status gunung api tipe strato tersebut.Sebelum melakukan lawatan kenegaraan ke China dan Vietnam,Presiden meminta Wapres Boediono beserta pejabat terkait untuk segera memantau perkembangan aktivitas Gunung Merapi. Kepala Negara berharap,semua langkah tanggap darurat bisa segera dilakukan bila aktivitas merapi mulai meningkat. “Pada prinsipnya gunung berapi itu bisa diantisipasi karena ada tanda-tanda apabila akan terjadi letusan.

Oleh karena itu,kita harus melakukan langkah-langkah yang antisipatif dan proaktif,”ujar Presiden SBY di Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta. Secara khusus Presiden SBY menginstruksikan Menko Kesra Agung Laksono dan Ketua BNPB Syamsul Maarif segera berkunjung ke DI Yogyakarta dan Jawa Tengah melihat kondisi perkembangan masyarakat di wilayah Merapi. 

“Aktivitas di Gunung Merapi di Yogyakarta dan perbatasan Jawa Tengah memerlukan antisipasi tindakan proaktif sekaligus persiapan tempat-tempat pengungsian yang berkaitan dengan letusan Gunung Merapi tersebut,”jelasnya. Sejak Merapi ditetapkan statusnya menjadi siaga pada 21 Oktoberlalu, aktivitasMerapiterusmenunjukkan peningkatan yang signifikan, terutama aktivitas kegempaanvulkanik, multi-phase(MP) dan guguran, serta deformasi (pemendekan tubuh Merapi). 

Begitu pula peningkatan energi Merapi. Dari pemantauan kegempaan, pada 24 Oktober terjadi gempa vulkanik sebanyak 80 kali, meningkat dari tanggal 22 Oktober yang hanya 52 kali. Gempa multiphase (gempa fase banyak) terjadi 588 kali dari sebelumnya 514 kali. Adapun gempa frekuensi rendah yang menunjukkan peningkatan aktivitas aliran fluida magma dalam gunung terjadi tiga kali. 

Data pemantauan deformasi (pembengkakan) puncak gunung yang dilakukan dengan electric distance measurement (EDM) menunjukkan bahwa telah terjadi pembengkakan dengan laju 42 cm per hari hingga 24 Oktober.Angka ini meningkat sangat signifikan jika dibandingkan pada 21 Oktober yang hanya mencapai 10,5 cm/hari, apalagi jika dibandingkan dengan periode akhir September 2010 yang hanya mencapai 6 mm per hari. 

Adapun pemantauan secara visual menunjukkan terjadi peningkatan kejadian guguran kubah lava yang dominan ke arah selatan (Kali Gendol) dan barat daya (Kali Krasak).Jika pada tanggal 21 Oktober tercatat sebanyak 100 kali guguran,maka pada 23–24 Oktober terjadi 183 dan 194 guguran kubah lava. Menurut Surono, energi kegempaan yang terjadi sekarang ini lebih besar jika dibandingkan erupsi Merapi pada 2006.Perbedaan lain dengan tipe erupsi tahun 2006 adalah tidak adanya titik api diam. 

Pada tahun titik api diam muncul saat status siaga dan terlihat adanya kubah lava baru. Saat ini hal serupa belum terlihat,karena itu dimungkinkan jika erupsi yang terjadi akan lebih besar dari erupsi tahun 2006 lalu. “Faktor guguran material di puncak yang intens dan semakin keras juga sudah dirasakan oleh masyarakat di lereng Merapi, radiusnya hingga 4 km dari puncak. Kondisi itulah yang membedakan fase kritis Merapi pada tahun sebelumnya,” ujarnya. 

Namun Surono belum bisa memprediksi tipe letusan apa yang akan terjadi pada gunung dengan ketinggian 2980 meter dpl (di atas permukaan laut).Menurut dia, berbagai kemungkinan bisa terjadi seperti tipe eksplosif atau erupsi tipe khas Merapi,yaitu leleran lava. Sementara itu BPPTK juga memprediksi kemungkinan longsoran akan mengarah ke sisi selatan Gunung Merapi.

Selain karena arah deformasi mengarah ke selatan, sisi tersebut merupakan sisi paling tua karena terbentuk dari erupsi tahun 1911. Dengan umur batuan yang relatif lebih tua, sisi selatan akan lebih rapuh sehingga akan mudah runtuh, di atas lava 1911 tersebut masih ada lava 1997. “Tapi belum bisa dipastikan apabila ada longsoran di sisi selatan, material hasil letusan 1997 tersebut akan ikut runtuh ke selatan atau ke barat daya,” kata Kepala BPPTK Yogyakarta Subandriyo.

Diminta Mengungsi 

Peningkatan aktivitas Merapi ini mengancam sekitar 53.639 jiwa warga Jawa Tengah yang berada di Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) Merapi III.Kawasan itu letaknya sangat dekat dengan sumber bahaya yang sering melanda seperti awan panas, aliran lava, guguran batu, dan lontaran batu pijar. 

Subandriyo meminta masyarakat di daerah berbahaya segera mengungsi. Penduduk yang harus diungsikanadalahmerekayangtinggal di permukiman di sekitar alur sungai yang berhulu di puncak GunungMerapimeliputisektorselatantenggaradansektorbarat- baratdaya dalamjarak10kmdaripuncak Merapi. Sungai-sungai tersebut antara lain Kali Boyong, Kali Kuning, Kali Gendol,Kali Woro,Kali Bebeng,Kali Krasak,dan Kali Bedog. Di Kabupaten Sleman yang perlu diungsikan adalah penduduk yang bermukim di Desa Purwobinangun yang meliputi Dusun Turgo,Kemiri, dan Ngepring.

Kemudian Desa Wonokerto, khususnya Dukuh Dusun Tunggularum, serta Desa Girikerto, yaitu Dusun Ngandong,Tritis,dan Nganggring. Masih di Kabupaten Sleman, desa lain yang diwajibkan mengungsi adalah Desa Hargobinangun (Dusun Kaliurang Barat, Boyong, Kaliurang Timur,Ngipiksari),Desa Umbulharjo (Dusun Kinahrejo, Pangukrejo, Gondang), Desa Kepuharjo (Dusun Kaliadem, Petung, Jambu,Kopeng),Desa Glagaharjo (Dusun Kali Tengah Lor,Kali Tengah Kidul, Srunen, dan Singlar). 

Penduduk yang tinggal di Desa Balerante (Sambungrejo, Gondang, Balerante, Ngipiksari),Desa Sidorejo, dan Desa Tegalmulyo juga harus diungsikan. Sementara di Kabupaten Magelang, warga yang perlu diungsikan adalah di Kemiren (Dusun Jamburejo dan Kemiren),Desa Kaliurang (Dusun Sumberejo, Kaliurang Utara, Kaliurang Selatan, dan Dusun Cepagan).“Kami juga meminta semua aktivitas masyarakat di sekitar alur sungai di Kali Bebeng, Krasak, Bedog, Boyong Gendol, dan Woro untuk dihentikan,” ujar Subandriyo. 

Juru kunci Gunung Merapi Ki Surakso Hargo atau Mbah Maridjan meminta masyarakat di Kawasan Rawan Bencana III mematuhi instruksi dari pemerintah untuk segera mengungsi terkait dengan peningkatan status Gunung Merapi dari siaga menjadi awas.“Silakan warga mengungsi ke barak-barak yang sudah disiapkan pemerintah,” kata Mbah Maridjan saat ditemui di rumahnya di Dusun Kinahrejo,Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman,kemarin. 

Ketika ditanya apakah Gunung Merapi akan meletus, Mbah Maridjan mengatakan bahwa dirinya tidak kuasa untuk mengetahuinya. “Saya kan tidak memiliki alat-alat seismograf seperti milik Badan Vulkanologi. Saya tak kuasa, yang kuasa itu Gusti Allah,”katanya. Mbah Maridjan menandaskan, dirinya tidak mau pergi mengungsi lebih karena khawatir nanti warga salah menanggapinya sehingga mereka kecele.

“Kita berdoa bersama saja agar Merapi ini tidak batuk dan memohon keselamatan kepada Yang Maha Kuasa agar tidak terjadi bencana yang tidak diinginkan kalau nantinya Gunung Merapi benar-benar meletus,”katanya. Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo kemarin sudah menggelar rapat koordinasi tanggap bencana Gunung Merapi di Semarang. Dia meminta masyarakat menjalankan instruksi dan tidak panik.“Prosedur tetap untuk menghadapi bencana ini sudah ada sehingga masyarakat tidak perlu panik,”kemarin. 

Selain dihadiri gubernur,rakor juga diikuti perwakilan tiga pemkab di sekitar merapi, Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Edward Aritonang, Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Langgeng Sulistyono, serta jajaran pimpinan DPRD Jawa Tengah. Menurut Bibit, berbagai hal yang dibutuhkan berkaitan dengan tanggap bencana Merapi telah disiapkan seperti posko koordinasi, tempat pengungsian,tenda,dan dapur umum.Dia menggariskan para kepala daerah untuk siap memberi arahan kepada penduduknya.

Meski sudah ada instruksi agar segera mengungsi, warga yang tinggal di kawasan berbahaya ternyata masih adem ayem.Misalnya terlihat di Desa Sidorejo,Kecamatan Kemalang, Kabupaten Sleman yang masuk KRB III,warga masih memilih tinggal di rumah. Kepala Desa (Kades) Sidorejo mengaku sebenarnya telah mengimbau warga untuk mengungsi.Namun warga memilih untuk tetap tinggal di rumah masing-masing. 

Menurutnya, informasi terkait kenaikan status Gunung Merapi menjadi awas tidak cukup manjur menggerakkan mereka untuk mengungsi.Warga mempunyai pertimbangan lain untuk memutuskan tetap tinggal di rumah. Kendati demikian,warga telah berinisiatif menyiapkan 15 truk pasir guna mengangkut pengungsi. Titik kumpul dipusatkan di balai desa setempat dan SDN II Sidorejo.“

Ada 2.400 warga di sini tercatat sebagai calon pengungsi.Truk pasir telah disiapkan untuk mengangkut mereka dari balai desa dan sekolah sebagai titik kumpul,”kata Suroso kemarin. Aktivitas di kawasan Merapi juga masih seperti biasa.Area penambangan galian C di Kecamatan Kemalang,Klaten,justru dibanjiri armada truk pengangkut pasir dan batu (situ) yang datang dari Klaten danYogyakarta.

Peningkatan jumlah truk terlihat sejak dua hari terakhir hingga menimbulkan kemacetan di beberapa ruas jalan. Kondisi ini memperparah arus lalu lintas di jalur evakuasi. Padahal 80% kondisi jalur evakuasi di Klaten sepanjang 36,5 km telah mengalami kerusakan berat. Kemacetan terparah terjadi di Pasar Kembang,Kecamatan Kemalang.




sumber:SI


0 comments:

Post a Comment

 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News