Tiga Istri Ikhlaskan Noordin

Friday 2 October 2009
Untuk kali pertama, tiga istri Noordin M Top berkumpul bersama di satu tempat. Mereka “akur” saat diundang oleh Mabes Polri mengidentifikasi jasad Noordin untuk terakhir kalinya sebelum dimakamkan di Malaysia hari ini.

”Mereka datang untuk mengenali jenazah,” ujar Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Sulistyo Ishak yang menemani ketiganya di ruang forensik RS Polri, Karamat Jati, Jakarta timur, kemarin. Istri-istri datang tidak secara bersamaan.

Pertama kali yang hadir adalah Ariani Rahmah, istri ketiga Noordin. Ariani, yang sering dipanggil Arina itu, juga mengajak dua anaknya Daud, dan Khaula. Dengan didampingi pengacaranya Asludin Hatjani, Arina langsung masuk ke ruang forensik sekitar pukul 08.20. Mereka dikawal oleh tiga orang Polwan Mabes Polri.

Istri pertama Noordin, Siti Rahma binti Rusdi datang di urutan kedua. Rahma yang ditemani kakak kandung Noordin, Yahya dan tiga anggota polisi diraja Malaysia terbang dari Malaysia menggunakan pesawat Malaysian Air MAS 711.

Mereka tiba di Bandara Soekarno-Hatta, pukul 10.10 WIB. Ditemani lima orang anggota Densus 88 Mabes Polri, keluarga Noordin langsung menuju Bareskrim Mabes Polri. Disana, mereka menandatangani surat-surat dan berkas yang diperlukan untuk memulangkan jenazah.

Pukul 13.20 WIB iring-iringan mobil Innova warna silver dan sedan Camry masuk ke RS Polri. Turun dari mobil, Rahma tak langsung melihat jasad Noordin melainkan masuk ke ruang transit. Baru 10 menit kemudian ditemani seorang polisi wanita Malaysia, Rahma masuk ke ruang jenazah.

Istri kedua Noordin Munfiatun datang pukul 14.00 WIB, ditemani dua orang rekannya yang juga mengenakan cadar. Dia disambut sorakan oleh ibu-ibu penjaga pasien rumah sakit yang bergerombol di sekitar ruang forensik. ”Huu, jihad kok bunuh orang, huu...,” teriak mereka.

Sumber yang ikut menemani ketiga istri Noordin itu menceritakan, saat bertemu di ruang transit RS Polri, ketiganya saling berkenalan. ”Mereka tampak canggung,” kata sumber itu. Yang paling lama menjabat tangan Siti Rahma adalah Munfiatun. Saat pertama kali dinikahi Noordin, 22 Juni 2004, Munfiatun sudah diberitahu jika suaminya masih dalam status menikah. Saat itu Munfiatun diberitahu jika istri pertama Noordin bernama Mardiyah Hafid Sakillah. Bahkan, Noordin sempat menitip surat untuk Mardiyah pada Munfiatun melalui kurir bernama Irun. Surat tersebut bertuliskan, ”Kepada isteriku yang terkasih, Ukhti Mardiyah Hafid Sakillah, pengirim Abu Hafs al Muhadjir, tanggal 26 Jumadi awal 1425.” Noordin berpesan agar Munfiatun menyerahkan surat itu langsung pada istri pertamanya.

Setelah ditangkap di Pondok Pesantren Miftahul Huda, Subang, Jawa Barat, 22 September 2004, surat-surat itu disita oleh Densus 88. Munfiatun terakhir bertemu Noordin, 19 Juli 2004 atau tak sampai sebulan hidup bersama, itupun berpindah-pindah. Sejak Noordin diberitakan tewas, Munfiatun mengaku tak lagi mempermasalahkannya. Sejak selesai menjalani masa penahanannya, Munfiatun meminta tak lagi dikait-kaitkan dengan Noordin.

Menurut sumber Jawa Pos, meski bertemu bersama dalam satu ruangan, tiga belahan jiwa Noordin tidak memperbincangkan sepak terjang suaminya. ”Mereka meminta agar tidak masuk bersama-sama ke ruang jenazah. Melainkan sendiri-sendiri,” katanya.

Ketiganya memastikan pria yang tewas di Kepuhsari, Mojosongo, Jebres, Solo, itu adalah suaminya. ”Assalamualaikum Abang, kami datang,” kata Siti Rahma seperti ditirukan Kabid Binamitra Polri Kombes Zulkarnaen yang menjemput Siti Rahma dari bandara. Saat melihat jenazah, setiap istri Noordin berdoa di samping jasadnya.

Pada wartawan, Yahya kakak kandung Noordin meminta maaf. ”Mewakili keluarga, saya memohon maaf apabila ada pihak–pihak yang tersinggung,” katanya. Anak ke 9 dari 10 bersaudara itu menjelaskan bahwa keluarga Noordin termasuk Siti Rahma sudah mengikhlaskan kematiannya. ”Kami sekarang dalam keadaan menerima. Sudah ikhlas,” kata Yahya.

Mereka memastikan tidak akan melakukan gugatan hukum apapun pada Mabes Polri. ”Kami berterima kasih pada polisi Indonesia atas bantuannya dalam pemulangan jenazah,” kata Yahya. Pegawai perusahaan swasta itu mengenali Noordin lewat tanda tahi lalat di samping kiri hidungnya.

Dia tidak menjawab pertanyaan Jawa Pos soal status syahid pada kematian adiknya. ”Terimakasih atas dukungannya, ” jawabnya saat ditanya apakah yakin Noordin mati syahid.

Sebelumnya, pada wawancara dengan wartawan Jawa Pos di hotel Seri Malaysia, Johor Bahru, 22 September 2009 lalu, Yahya mengaku, bersikap netral pada jalan yang ditempuh Noordin. ”Ada banyak jalan menuju ke surga. Tapi, kami hormat karena dia memiliki pilihan hidup dan memperjuangkan pilihan itu sampai akhir hayatnya. Soal dia salah atau benar, masuk surga atau neraka, biarlah itu urusan pribadinya dengan Allah SWT. Wallahu a’lam,” kata Yahya saat itu.

Tiga istri Noordin pergi meninggalkan RS Polri juga tidak bersamaan. Munfiatun pergi pertama kali sekitar pukul 15. 45. Setelah itu Ariani Rahmah dan dua anaknya. ”Saya akan fokus membesarkan anak-anak,” kata Arina sebelum masuk mobil. Dia dinikahi Noordin dengan nama Ade Abdul Halim. Apakah Anda ikhlas ? Arina mengangguk.

Menurut pengacara Arina, Asludin Hatjani, keluarga Arina akan langsung pulang ke Cilacap. ”Sudah selesai semua proses hukumnya. Jadi akan kembali ke kehidupan normal lagi,” katanya.

Siti Rahmah dan Yahya pulang paling akhir. Mereka ditemani Komisioner Pengarah Pasukan Khusus Anti Teror Malaysia Datuk Fauzi Harun dan petugas dari Kedutaan Malaysia yang mengurusi akomodasi dan keamanan mereka selama berada di Jakarta. Pagi ini mereka akan datang kembali ke RS Polri pukul 8 pagi. Noordin akan dibawa menggunakan pesawat Malaysia Airlines pukul 11.10 hari ini dan dimakamkan di Pontian.

Selain Noordin, kemarin tiga jasad teroris yang lain yakni Aji, Susilo dan Urwah juga sudah dibawa pulang dan akan dimakamkan masing-masing oleh keluarganya.

sumber : kp

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News