Bantuan Gempa Terkendala Distribusi

Monday 7 September 2009
Bantuan untuk korban gempa di Jawa Barat belum terdistribusi secara merata hingga hari keempat pascagempa berkekuatan 7,3 Skala Richter (SR),Rabu lalu (2/9). Masih banyak pengungsi di sejumlah lokasi hingga kemarin yang belum mendapatkan bantuan, baik makanan, obat-obatan maupun tenda.

Jalur distribusi yang tidak mudah dilalui menjadi salah satu kendala yang menghambat penyaluran bantuan bagi korban gempa. “Bantuan untuk korban bencana cukup banyak, tapi memang masih ada kendala dalam distribusi sehingga beberapa titik belum terjangkau,” ujar Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal Bakrie di Jakarta kemarin.

Dia memaparkan, penyaluran bantuan terganggu lantaran sebagian jalan menuju ke lokasi-lokasi yang terkena dampak gempa tidak mudah dilalui. Menurutnya, pemerintah daerah harus segera mengatasi masalah distribusi bantuan ini. Aburizal menambahkan, pemerintah kabupaten dan provinsi punya otoritas untuk mengeluarkan stok beras demi memenuhi kebutuhan korban gempa.

“Jadi seharusnya itu tidak jadi masalah,”katanya. Gempa berkekuatan 7,3 SR yang berpusat di 142 km barat daya Tasikmalaya pada kedalaman 30 km mengguncang wilayah Jawa.Di Jawa Barat,gempa mengakibat kan kerusakan masif di beberapa kabupaten.

Berdasarkan laporan sementara yang dikumpulkan Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satkorlak PB) Jawa Barat dari kabupaten/kota yang terkena dampak gempa tektonik 7,3 SR, hingga kemarin jumlah korban tewas mencapai 73 jiwa, hilang 34 jiwa, dan luka-luka 900 jiwa.

Korban tewas terbanyak di Kabupaten Cianjur, yakni 29 jiwa, kemudian Kabupaten Bandung 16 jiwa, Kabupaten Garut 7 jiwa,dan Kabupaten Ciamis 6 jiwa. Kemudian Kota Tasikmalaya 5 jiwa, Kabupaten Tasikmalaya 4 jiwa,Kabupaten Sukabumi 3 jiwa, Kabupaten Bogor 2 jiwa, dan Kabupaten Bandung Barat 1 jiwa.

Jumlah pengungsi mencapai 81.995 orang. Gempa juga mengakibatkan ribuan bangunan rusak, di antaranya 178.770 rumah, 2.569 masjid, 2.898 sekolah, 434 kantor, dan 47 pondok pesantren.Taksiran kerugian total Rp303,3 miliar. Satkorlak PB Jawa Barat mengakui masih banyak kendala dalam pendistribusian bantuan bagi para korban gempa.

Kepala Bidang Komunikasi Publik Tim Penanggulangan Bencana Gempa Bumi Jawa Barat Deny Juanda Puradimadja mengatakan, tidak meratanya pendistribusian bantuan juga disebabkan data acuan yang kurang lengkap dan tidak akurat. “Memang masih banyak daerah belum tersentuh bantuan karena juga kendala geografis.

Banyak rumah warga di lembah-lembah dan bukit-bukit yang sulit dijangkau.Tapi kami akan terus menyisir dan mencari daerahdaerah yang belum (menerima) dan kekurangan bantuan,”ujar Deny. Banyak lokasi pengungsian dan titik-titik berkumpulnya korban gempa di berbagai kabupaten/kota yang belum mendapat bantuan secara memadai.

Di Tasikmalaya, misalnya, bantuan lebih banyak menumpuk di kawasan pengungsi Desa Jayapura, Kecamatan Cigalontang.Padahal para korban gempa di kecamatan lain juga membutuhkan bantuan secepatnya seperti di Kecamatan Taraju, Bojonggambir, Salawu, Cisayong, Rajapolah, Sukahening, Sodonghilir, Tanjungjaya, Bantarkalong, Pancatengah,dan Pageurageung.

Masyarakat korban gempa di Kabupaten Bandung juga mengeluhkan pendistribusian bantuan yang kurang merata.Di Kecamatan Pangalengan, misalnya, bantuan berupa bahan makanan, tenda, selimut, dan lainnya cenderung terfokus di beberapa titik yang dekat dengan posko logistik di pusat Desa Pangalengan.

Sementara desa-desa lain di Kecamatan Pangalengan yang lokasinya jauh dari Desa Pangalengan hingga kemarin belum mendapat suplai bantuan mencukupi. Di antaranya dirasakan para korban gempa di Desa Margaluyu. Sekretaris Desa Margaluyu, Yayat, mengungkapkan, akibat minimnya pasokan bantuan,setiap hari pihaknya rata-rata baru bisa mendistribusikan 1 dus mi instan,2 lembar selimut, dan beberapa kebutuhan lain yang jumlahnya sangat terbatas.

“Bantuan yang sampai ke desa kami tidak seimbang dengan bantuan yang masuk ke desa lain.Di satu sisi ada desa yang mendapat bantuan melimpah,di sisi lain ada desa-desa yang sangat kekurangan bantuan,” terang Yayat saat ditemui harian Seputar Indonesia(SI) di Balai Desa Margaluyu kemarin.

Padahal, kata dia, kondisi para korban gempa di Desa Margaluyu sama memprihatinkan nya dengan kondisi di desa-desa lain yang selama ini dinilai paling parah terkena dampak gempa seperti Desa Pangalengan, Desa Sukamanah, Desa Marga Mukti, dan Desa Sida Mukti. Di Desa Margaluyu, sedikitnya ada 480 bangunan baik rumah, sekolah, tepat ibadah atau yang lainnya rusak berat serta 810 bangunan rusak ringan.

Sekitar 800 jiwa hingga kemarin masih bertahan di pengungsian karena trauma bakal terjadi gempa susulan yang lebih besar daripada gempa dahsyat pada Rabu (2/9). Desa Margaluyu terdiri atas 14 RW.Tiap RW rata-rata terdiri atas 200 KK. “Jika dihitung per hari, setiap KK hanya menerima 3 bungkus mi instan, 1 botol air minum kemasan, dan selimut. Itu pun mungkin mesti dipakai bergantian oleh para pengungsi,”jelas Yayat. Kondisi tak jauh berbeda dialami para pengungsi di Desa Sukaluyu.“

Kami baru menerima bantuan beras hari ini (kemarin). Sejak gempa terjadi,setiap harinya kami hanya mendapat mi instan masingmasing 3 bungkus per KK (kepala keluarga),” beber Atep, seorang pengungsi di Sukaluyu. Pengungsi di Kecamatan Kertasari yang berbatasan dengan Kecamatan Pangalengan pun mengeluhkan timpangnya distribusi bantuan.

Temukan Jenazah

Sementara itu, tim pencari gabungan kemarin hanya berhasil menemukan satu jasad korban di antara timbunan bebatuan raksasa di Kampung Babakan Caringin,RT 04/01, Desa Cikangkareng, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur. Jasad ditemukan terbenam di Rawa Hideung di ujung Kampung Babakan Caringin.

Longsoran batu-batu besar bercampur pasir dan tanah dari Bukit Urug Hanafi yang mengelilingi kampung mengubur hiduphidup belasan rumah berikut puluhan jiwa di dalamnya saat gempa dahsyat terjadi pada Rabu (2/9) siang lalu. Awalnya, tim evakuasi sempat kesulitan mengidentifikasi identitas korban yang ditemukan lantaran kondisi jasad sudah sangat rusak dan busuk sehingga susah dikenali.

Namun,setelah tiga jam melakukan pencocokan dan identifikasi, jasad yang ditemukan dipastikan atas nama Nuryani,30,warga Kampung Pamoyanan,Desa Pamoyanan, Kecamatan Cibinong. Kepala Desa Pamoyanan,Sulaeman, menyebutkan, dengan penemuan satu mayat kemarin, jumlah korban tertimbun longsoran Bukit Urug Hanafi yang sudah ditemukan menjadi 27 orang.

Adapun jumlah korban yang belum ditemukan sebanyak 33 orang. Kegiatan pencarian korban dan evakuasi di Kampung Babakan Caringin amat terkendala medan yang sangat terjal. Karena itu, kemarin muncul wacana, jika dalam waktu satu pekan ke depan puluhan korban yang masih hilang tak juga ditemukan, lokasi longsoran akan ditetapkan sebagai “Makam Para Syuhada”.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cianjur Abdul Halim mengaku telah berkoordinasi dengan Menteri Agama Maftuh Basyuni mengenai hal ini. “Kami akan patok dengan tanda di atas longsoran ini sebagai tanda bahwa di bawahnya ada banyak jasad belum ditemukan,”ujarnya.

Inventarisasi Sekolah

Di bagian lain, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) akan menginventarisasi sekolahsekolah yang rusak akibat gempa. Menurut Mendiknas Bambang Sudibyo, proses inventarisasi dilakukan untuk mengetahui jumlah sekolah yang rusak berat. “Pemerintah pusat hanya memberi bantuan bagi sekolah yang rusak berat atau hancur, sedangkan yang rusak ringan atau sedang itu urusannya walikota atau bupati,” katanya di Cianjur Jawa Barat kemarin.

sumber : si

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News