Kutai Kartanegara dan Gizi Buruk

Monday 20 February 2012
ANGKA Rp 4,7 Triliun adalah nilai APBD terbesar untuk sebuah kabupaten pada tahun 2011. Angka itu dimiliki oleh Kutai Kartanegara  (Kukar)sehingga menempatkan Kukar sebagai kabupaten 'terkaya' se-Indonesia. Namun sungguh ironi, penderita gizi buruk di Kaltim tahun 2011 ternyata paling banyak berada di Kukar.

Berdasarkan survei Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim pada tingkat gizi anak-anak di 14 kabupaten-kota se-Kaltim tahun 2011, tercatat sebanyak 291 anak di Kaltim menderita gizi buruk, dengan Kabupaten Kukar menempati urutan pertama sebanyak 61 anak. Kasus gizi buruk terendah terjadi di Balikpapan dengan hanya 1 kasus.

Terhadap data ini, Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Syafak Hanung cenderung 'menyalahkan' masyarakat. Menurut Hanung, masih banyaknya ditemukan penderita gizi buruk disebabkan minimnya kesadaran dan pemahaman orang tua terhadap posyandu bagi anak, sehingga informasi nilai gizi pada anak terabaikan.

Dinkes Kaltim pun akan menggerakkan kader kesehatan dan seluruh posyandu di setiap kecamatan di masing-masing kabupaten-kota se Kaltim, termasuk melibatkan orang tua dalam sosialisasi peningkatan gizi anak-anak. Saya hanya akan menyoroti Kukar. Seandainya fakta ini dijadikan tema perbincangan dalam sebuah forum, niscaya akan ada komentar miring dengan kalimat sejenis seperti di bawah ini:




"Kukar daerah kaya, tapi bikin malu!"
"Gizi buruk Kukar tertinggi, ke mana saja APBD-nya? Dikorupsi ya?"
"Banyak pejabat Kukar tersangkut kasus korupsi, jembatannya runtuh, gizi buruk tertinggi. Ini bukti ada yang tidak beres dalam pengelolaan Kukar."

Tiga contoh komentar di atas bisa jadi mewakili suara masyarakat yang bernada marah, geram, sinis, antipati terhadap pemerintah Kukar. Pengamat dan tokoh politik di luar koalisi pemerintah pun mungkin saja bersuara sama alias mengkritik keras. Adapula sebagian kelompok pemuda dan mahasiswa berhaluan revolusioner ataupun moderat yang memilih aksi turun ke jalan alias demonstrasi sebagai wujud kepedulian (versi mereka).

Namun, apakah komentar miring, kritikan pedas, unjuk rasa mampu mengubah situasi? Pada suatu keadaan di tempat dan waktu yang lain boleh jadi tindakan tersebut membawa hasil yang positif. Tetapi, Kukar adalah area tersendiri yang `istimewa'. Kultur politik, sosial dan budaya Kukar tak memungkinkan aksi frontal atau revolusioner dapat mengubah keadaan. Penguasa Kukar adalah representasi mayoritas kekuatan sosial politik. Begitu pula etnis asli Kukar telah terbiasa dalam kehidupan masyarakat yang tenang dan damai tanpa kekerasan.

Kita rakyat kecil tak punya kekuatan dan akses kekuasaan untuk memposisikan Kukar sesuai dengan predikatnya sebagai daerah terkaya dan masyarakatnya juga kaya lagi sejahtera. Keluh kesah, suara negatif, dan aksi protes tak dapat diandalkan dalam menyelesaikan masalah, sebaliknya hanya akan membuat sakit hati saja.

Rakyat Kukar sudah berpartisipasi mendukung pemerintah membangun kabupaten dengan menyukseskan pilkada, membuat keamanan dan ketertiban daerah yang kondusif, aktif berperan serta dalam PNPM Mandiri, dan program lainnya.

Rakyat Kukar telah menggunakan daya dan upaya sesuai kapasitasnya sebagai obyek pembangunan. Sebagai insan yang berketuhanan, kita mempunyai `senjata rahasia' yang ampuh. Ya, doa kepada Sang Pencipta adalah kekuatan manusia saat daya dan upaya sudah dilakukan.

Mari kita doakan agar para pemimpin Kukar senantiasa menyadari bahwa kekuasaan yang diembannya adalah amanat yang bisa mempermudah langkah mereka menuju surga jika dilaksanakan dengan jujur dan adil. Mudah-mudahan pemangku kekuasaan di Kukar menempuh jalan surga sehingga memberikan manfaat yang positif bagi seluruh masyarakat. Amin.



sumber:Tribun kaltim

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News