SYAIFUDIN ZUHRI DAN M SYAHRIR TEWAS DI TANGAN DENSUS 88 ANTI TEROR INDONESIA

Saturday 10 October 2009
Team Densus 88 antiteror dengan hasil buruannya kantong jenasah berisi jasad para teroris

Dua buron teroris yang diduga Syaifudin Zuhri dan M Syahrir dinyatakan tewas dalam penggerebekan oleh Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri di sebuah rumah di Ciputat kemarin.

Polisi belum memastikan mereka adalah Syaifudin Zuhri dan M Syahrir karena masih menunggu identifikasi forensik. ”Dugaan kita adalah dua DPO (daftar pencarian orang), yaitu Syaifudin Zuhri dan M Syahrir,” kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna di Jakarta kemarin. Saat ini jenazah kedua anggota teroris itu diperiksa secara forensik di RS Polri Kramatjati,Jakarta. Menurut Direktur Rumah Sakit Polri Kramat Jati Brigjen Aidy Rawas,untuk mempercepat proses identifikasi, tadi malam juga dilakukan tes DNA dari pihak keluarga sebagai sampel.

Hasil identifikasi akan diumumkan Senin (12/10) depan. Syaifudin Zuhri dan M Syahrir dituduh sebagai anggota teroris yang terlibat dalam jaringan yang meledakkan Hotel JW Marriott dan Hotel The Ritz Carlton pada 17 Juli 2009.Data kepolisian,M Syahrir memiliki ciri khusus dengan tinggi 165 cm,bentuk kepala bulat, memiliki warna mata hitam, dan bentuk bibir tipis. Polisi mendeteksi Syahrir sebagai warga Kampung Melayu, Teluk Naga, Tangerang dan Sukmajaya,Depok,Jawa Barat.

Adapun ciri khusus Syaifudin Zuhri adalah memiliki tinggi badan 165 cm dengan bentuk alis bulat, mata hitam, bentuk bibir tebal,dan ada kantong mata warna hitam. Syahrir menurut pihak kepolisian tercatat sebagai warga Perum Telaga Kahuripan,Parung, Bogor,Jawa Barat. Penggerebekan atas kedua anggota teroris itu dilakukan di sebuah rumah indekos di Jalan Semanggi II Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat sekitar pukul 11.15 WIB. Menurut Nanan, Tim Densus 88 terpaksa menembak mati keduanya karena tidak mau menyerahkan diri saat diberi peringatan.

Kedua buron malah tiga kali melemparkan bom kecil untuk melancarkan perlawanan. Setelah jenazah keduanya dievakuasi, di dalam kontrakan tersebut juga ditemukan tujuh bom kecil yang masih aktif. Nanan lalu menjelaskan kronologi hingga Tim Densus 88 bisa menemukan persembunyian keduanya. Awalnya, pada pagi hari kemarin Tim Densus sudah menangkap satu orang anggota jaringan teroris berinisial FR di Bekasi. Dari informasi FR itulah kemudian Tim Densus mendeteksi keberadaan Syaifudin dan Syahrir.

Bahkan, menurut Nanan, FR itulah yang menyewa kamar kontrakan di Ciputat. FR diketahui sebagai Fajar Firdaus, 25, warga Perumahan Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi. Penangkapan Fajar oleh Tim Densus dalam kaitan aksi terorisme membuat warga sekitar kaget. Mereka mengenal Fajar sebagai pemuda yang supel,sopan, dan sering membantu tetangga. Dari pengamatan harian Seputar Indonesia (SI) kemarin petang, puluhan warga tampak berkerumun di depan rumah yang dihuni Fajar di Perumahan Margahayu Jalan Mahoni 3 RT 06/16 Blok C 378, Bekasi Timur,Kota Bekasi.

Dia tinggal bersama kedua orangtuanya, Herman Oeteng, 54, dan Eni Masnuni Rahman, 47. Ketua RT setempat Makmuri mengaku sempat melihat Fajar sebelum ditangkap. Saat itu Fajar hendak pergi menggunakan sepeda motor warna merah. Makmuri kaget ketika menyaksikan televisi ada berita tentang penangkapan Fajar. Menurut Makmuri, Fajar merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Herman Oteng dan Eni Masnuni. Herman merupakan asisten bedah di RSCM Jakarta dan Eni merupakan seorang guru SMP di Jakarta.

Dua tahun lalu Fajar telah menikah dengan seorang gadis yang tinggal di Ciputat. Sejak menikah dan mempunyai 2 anak Fajar lebih sering menetap di Ciputat. Berdasarkan informasi yang dihimpun SI, Ibu Fajar, yakni Eni, merupakan adik Nur, istri M Syahrir, salah satu buron teroris.

Lima Hari Dipantau

Sementara itu,penggerebekan terhadap rumah indekos yang ditempati dua anggota teroris sudah dipantau anggota Densus 88 sejak lima hari lalu.Rumah di Ciputat itu diketahui milik Jatnah. Warga sekitar tidak mengetahui bahwa yang diintai adalah teroris yang sudah lama menjadi buron. ”Sejak lima hari lalu kami sudah tahu banyak polisi.Saya kira hanya penggerebekan apa.

Ternyata teroris,” kata Yahya, 32, warga setempat. Penggerebekan yang berlangsung pukul 11.15 WIB kemarin membuat warga terkejut. Mereka sempat mendengar beberapa kali suara tembakan. Di rumah bercat merah muda dan berpagar putih tersebut warga melihat puluhan anggota Densus 88 berseragam lengkap dan berpakaian preman dengan senjata laras panjang merangsek masuk ke lantai 2. Di lantai itu ada sekitar 4 hingga 5 kamar.Beberapa orang tampak masuk ke salah satu kamar yang diduga dihuni dua anggota teroris itu. Pukul 11.45 WIB, warga kembali mendengar suara tembakan dari dalam kamar.

Terdengar juga bunyi kaca yang pecah dari lantai. ”Setelah itu tidak ada tembakan lagi.Tidak lama kemudian datang dua mobil ambulans,” kata Iwan Wahyudin,29. Rumah indekos itu memiliki 20 kamar yang baru satu tahun disewakan. Sewanya Rp 432.000 per bulan.Mulyono, 40,warga lainnya, tidak mengetahui pasti siapa saja penghuninya. ”Setahu saya yang kos di situ mahasiswa. Tapi, saya tidak tahu kalau di tempat itu ada terorisnya,”ungkapnya. Dua anggota teroris diketahui baru tinggal di tempat itu selama satu bulan.Kakak beradik ini tidak pernah bersosialisasi dengan tetangga kamarnya.

Selama mengontrak kamar, baru pertama kali mereka bertemu dengan tetangga samping kamar. Mereka, salah satunya menyebut bernama Soni, mengaku sebagai mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN). ”Kalau pergi pagi hari dan kalau pulang malam sekitar pukul 22.00- an,” kata Sepmujani, salah satu penghuni kamar. Hingga kemarin sore, lokasi penggerebekan yang berlokasi di belakang kampus Bina Sarana Informatika (BSI) itu dikerumuni ratusan warga. Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri setelah salat Jumat sempat meninjau rumah indekos tersebut.

Hanya berselang beberapa menit, Kapolri lantas meninggalkan lokasi.Tidak lama kemudian, polisi membawa keluar dua kantong mayat dimasukkan ke dalam mobil ambulans. Malam harinya, Kapolri menghadiri rapat terbatas bidang politik dan keamanan di kediaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas, Bogor. Seusai rapat,Presiden melalui Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng meminta kepolisian terus mengungkap kasus terorisme hingga ke akarnya.

Presiden memberikan dorongan kepada kepolisian untuk terus mengejar dan membebaskan negeri ini dari jaringan terorisme. ”Kita ingin bangun bangsa ini, bahkan ke depan jangan sampai ada yang merusaknya dengan melakukan tindakan yang justru mengancam sendi perekonomian dan orang yang tidak bersalah, dengan motivasi yang betul-betul berupa kejahatan,” ujar Andi Mallarangeng mengutip pernyataan Presiden SBY

sumber : si

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News