SETELAH 17 KALI JEJAK NOORDIN M TOP TERCIUM OLEH DENSUS 88 ANTI TEROR,AKHIRNYA BERAKHIR TEWAS MENGENASKAN

Friday 18 September 2009
Polisi berjaga di depan rumah yang telah ditutup seng seusai penyergapan oleh tim polisi antiteror dan Brimob Polda Jawa Tengah di Kampung Kepuhsari RT 03 RW 11, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah, Kamis (17/9). Sebanyak empat orang yang diduga terlibat dalam jaringan teroris tewas dalam penyergapan tersebut.

Teroris warga negara Malaysia, Noordin M Top, setidaknya sudah tercium jejaknya sebanyak 17 kali oleh polisi sejak ”perantauannya” ke Indonesia pada tahun 2002. Tim satuan tugas antiteror Polri akhirnya menangkap Noordin di Kampung Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Solo, Jawa Tengah, pada 17 September 2009, genap dua bulan setelah peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton pada 17 Juli 2009.

Rabu (16/9) siang, tim satuan tugas antiteror Polri sebenarnya menuju Urwah alias Bagus Budi Pranoto, bekas terpidana terorisme yang pernah ditangkap polisi pada Juli 2004. Urwah lolos dalam operasi di Solo pada 7-8 Agustus 2009.

Setelah menangkap Rohmad Puji Prabowo alias Bejo dan Supono alias Kedu di Solo, Rabu siang, polisi langsung bergerak menuju rumah kontrakan Susilo di Kepuhsari. Berdasarkan keterangan Bejo, Urwah ada di rumah Susilo.

Bejo sendiri merupakan rekan Urwah selama ini. Tak disangka, saat penyergapan yang diwarnai baku tembak, terungkap ada dua buronan penting di rumah Susilo, yakni Ario Sudarso dan Noordin M Top.

Ario Sudarso sendiri merupakan perakit bom yang juga melatih Sugi, perakit bom di Kelompok Palembang yang diringkus pada 2008.

Berdasarkan catatan kepolisian, Noordin M Top bertanggung jawab atas empat peristiwa peledakan bom di Indonesia, yaitu bom Marriott 2003, bom Kedutaan Besar Australia 2004, bom Bali 2005, dan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton Jakarta, 17 Juli 2009.

Awal tahun 2002 Noordin tiba di Pekanbaru, Riau, dari Malaysia. Di kota ini, Noordin bahkan sempat menikah lagi.

Berdasarkan catatan tim satuan tugas antiteror Polri, mulai dari Pekanbaru, polisi setidaknya sudah 17 kali mencium jejak Noordin sebelum akhirnya terdeteksi kembali di Kepuhsari.

Noordin memang amat licin. Namun, satu hal yang amat menentukan pelariannya adalah jejaring simpatisan yang senantiasa melindunginya.

Pada Januari 2003, misalnya, Noordin tercium di Bukittinggi, Sumatera Barat. Kemudian, pada Januari 2003, Noordin, Rais, dan Azhari Husin (warga negara Malaysia, sudah tewas) pindah lagi ke Bengkulu. Di Bengkulu inilah Noordin terlecut ide untuk menggelar aksi peledakan bom spektakuler, yang lalu berujung pada sasaran Hotel JW Marriott pada 5 Agustus 2003.

Setelah itu, Noordin juga sempat singgah di Lampung (2003), Bandung (2003), Solo (2004), Surabaya (2004), Tangerang (2004), Jakarta (saat bom Kedubes Australia 2004), Cikampek (2004), Semarang (2005), Solo (2005), Temanggung (2005), Cilacap (2006), Palembang (2007), Cilacap (2009), dan Jakarta (17 Juli 2009).

Saat penyergapan di Bandung, Jawa Barat, Oktober 2003, Noordin bahkan sudah sempat berhadap-hadapan dengan polisi, tetapi lolos. Ketika itu polisi sempat khawatir Noordin membawa bom dan nekat meledakkan diri di areal padat penduduk.

Noordin—lulusan Universiti Teknologi Malaysia—selama ini menjalankan aksinya dengan memanfaatkan orang dari organisasi Al Jamaah Al Islamiyah atau Jemaah Islamiyah (JI). Noordin sendiri menganggap dirinya sebagai pemimpin sayap militer JI. Namun, banyak dari anggota JI memandang kelompok Noordin sebagai kelompok sempalan JI. Diperkirakan sejak tahun 2003 Noordin dan kelompoknya merencanakan dan menjalankan aksinya sendiri.

Sejak sekitar tahun 2004, Noordin kerap merekrut orang- orang muda dari organisasi lain ataupun yang tak berpayung dalam suatu organisasi.

Saat bersekolah mengambil gelar sarjana S-1 di Universiti Teknologi Malaysia, sekitar tahun 1995, Noordin mulai kerap bersinggungan dengan Pondok Pesantren Luqmanul Hakiem, yang tak jauh dari kampusnya.

Pondok pesantren ini merupakan salah satu sekolah jaringan JI di Malaysia. Belakangan Noordin telah menjadi kepala sekolah di pondok pesantren itu hingga 2001. Saat Malaysia intensif memberangus jaringan JI, pondok pesantren itu pun berhenti beroperasi tahun 2002.


sumber - k

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News