LOKON BELUM LETUSAN UTAMA

Sunday 17 July 2011
 Setelah proses erupsi (Letusan, red) yang disertai muntahan lava pijar Kamis (14/7) malam pukul 23.30 Wita, Jumat (15/7) kemarin Gunung Lokon kembali terjadi dua kali erupsi. Erupsi pertama terjadi pukul 16:52 Wita yang ditandai keluarnya kepulan asap putih dari kawah Tompaluan. Tak berselang lama, pukul 18:34 Wita, erupsi kembali terjadi tapi skalanya tidak terlalu besar.
Menurut Kepala Pos Pemantau Gunung Lokon, Farid Bina, letusan yang terjadi kemarin masuk kategori kecil atau tidak sedahsyat letusan Kamis malam yang mengeluarkan lava pijar dengan tinggi kurang lebih 1500 meter.
Hanya saja, ungkap Farid, pihaknya belum mengetahui apakah letusan itu sudah merupakan letusan utama atau tidak. “Belum bisa dipastikan. Semua tergantung tekanan energi yang berasal dari dalam kawah,” terangnya seraya menambahkan erupsi masih berpeluang terjadi karena aktivitas kegempaan masih terlihat signifikan di sesmograf.
Mengenai letusan dahsyat pada Kamis malam, Farid menyebut itu terjadi karena akumulasi energi dari dalam kawah selama 16,5 jam. “Puncaknya terjadi pada Kamis malam itu,” ungkapnya.
Farid menjelaskan, saat ini Lokon masih mengeluarkan hembusan-hembusan asap dalam bentuk letusan kecil, sebagai bentuk pelepasan energi yang tersimpan di dalamnya.  “Karakteristik Gunung Lokon tidak sama dengan Gunung Merapi, Karangetang dan Soputan. Tiga gunung tadi bisa membentuk kuba lava,” ungkapnya.
Terkait dengan aktivitas Lokon yang kadang meletus di malam hari, Farid menyebut hal itu kebetulan saja. “Letusan tidak memandang jam dan waktu. Semua tergantung energi yang terkumpul di dalamnya,” jelasnya sambil tersenyum.
Warno, anggota pos pemantau Gunung Lokon menegaskan, letusan yang terjadi Kamis malam belumlah sehebat  1991 silam. Saat itu ada seorang pendaki gunung asal Swiss Viviane Clavel yang tewas dan jasadnya sampai sekarang tak ditemukan karena tertimbun debu.
“Belum hebat letusannya. Malah abu vulkanik tidak sampai ke warga karena ditiup angin,” terangnya. Diketahui, wilayah yang terkena semburan debu vulkanik Gunung Lokon adalah Desa Ranotongkor, Lolah, Lemoh, Tateli, dan beberapa desa lain di Kecamatan Tombariri dan Pineleng, Minahasa.
Pantauan koran ini di Kelurahan Kinilow I, masih banyak warga yang melakukan aktivitas biasa seperti pergi berkebun. Hanya saja akses jalan ke Gunung Lokon di Kelurahan Kakaskasen I sudah dijaga anggota Linmas. “Untuk sementara ditutup,” terang Berty Rompis dan Janny Tamaka yang menjaga pos di Kakaskasen 1 Lingkungan IV.
Sementara, pengungsi di sekolah-sekolah bakal “diekspor” ke lokasi pengungsian lain. Pasalnya kehadiran warga di sekolah dinilai akan mengganggu kegiatan belajar mengajar yang dimulai Senin pekan depan. Pemkot Tomohon sendiri mulai menginventarisasi sejumlah lokasi seperti aula kantor lurah, gedung-gedung perguruan tinggi dan gedung besar lainnya.
“Pengungsi akan dipindahkan dalam waktu dekat karena sebagian sekolah akan mulai proses belajar mengajar. Saat ini balai kelurahan menjadi alternatif utama,” terang Plt Sekkot Tomohon Drs Arnold Poli SH MAP saat memimpin rapat koordinasi yang diaksanakan di Pos Komando Tanggap Darurat Letusan Gunung Lokon di Eks Rindam Kakaskasen III, Jumat (15/7), kemarin.
Terkait dengan dampak Lokon jika meletus seperti 1991, Poli menukas pendek. ”Pastinya Pemkot siap mengevakuasi besar-besaran khususnya yang tinggal di daerah Tomohon Utara,” tegasnya.
Kabag Humas Pemkot Tomohon Ruddie Lengkong SSTP menambahkan, selain taman kota yang menampung 883 pengungsi, sebanyak 4544 pengungsi yang tersebar di enam lokasi pengungsian rencananya akan direlokasi,. “Ada sekira 3661 jiwa akan dipindahkan ke tempat pengungsian lainnya,” kuncinya. 


sumber: Manado Post

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News