AWAN PANAS LOKON MASIH MENGANCAM

Tuesday 19 July 2011
BERBAHAYA: Asap terus mengepul dari kawah Gunung Lokon.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengucurkan dana darurat Rp 500 juta, untuk penangan letusan Gunung Lokon. Pasca letusan Minggu kemarin (17/7), BNPB mencatat ada 5.205 jiwa yang mengungsi. BNPB masih belum mencabut status awas terhadap gunung yang berada di Kota Tomohon, Sulawesi Utara itu.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat dihubungi kemarin, menuturkan kronologi letusan gunung dengan ketinggian 1.580 meter tersebut. Dia menjelaskan, letusan terjadi sekitar pukul 10.34 WITA atau 09.34 WIB. Dia mengatakan, letusan Gunung Lokon kali ini terpantau setinggi 3.500 meter. Bisa dibayangkan, tinggi letusan itu setara dengan 25 kali tinggi monas yang tingginya 137 meter.
Sebelum meletus hebat kemarin, Sutopo menjelaskan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekam aktivitas vulkanis Gunung Lokon. Di antara pada Sabtu (16/7) petang hingga dini hari (18.00-00.00 WITA) tercatat ada 4 kali gempa vulkanik dalam, 16 kali gempa vulkanik dangkal, 4 kali embusan asap. Selain itu juga ada letusan pukul 19.32 WITA yang mengakibatkan munculnya asap tebal yang membubung hingga 150 meter.
’’Intinya hingga saat ini aktivitas kegempaan Gunung Lokon masih tinggi dan masih berpeluang meletus,’’ tegas Sutopo yang mengaku sedang di Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado. Untuk itu, PVMBG masih belum mencabut status awas di gunung yang pernah meletus besar pada 1991 itu. Aktivitas vulkanologi juga belum menunjukkan tanda-tanda bakal berhenti.
Sutopo mengatakan, sejak 10 Juli lalu status Gunung Lokon ditingkatkan dari siaga ke awas. Dia masih belum berani memperkirakan sampai kapan status gunung ini bakal diturunkan. Karena masih berstatus awas, Sutopo menuturkan jika saat ini pemerintah setempat sedang menjalankan proses tanggap darurat bencana letusan Gunung Lokon.
Sampai saat ini, BNPB telah melakukan intervensi dengan menurunkan bantuan uang, barang, dan tenaga. Sutopo menguraikan, pihaknya telah menyalurkan bantuan uang tunai kepada Pemkot Tomohon sebesar Rp 300 juta. Sutopo berharap uang ini segera dipergunakan. ’’Jika sudah habis dan masih kurang, pemkot bisa mengajukan permohonan lagi ke BNPB,’’ sambungnya.
Selain itu, BNPB juga memberikan pasokan logistik seperti bahan makanan, perlengkapan istirahan, dan peralatan darurat lainnya senilai Rp 200 juta.Selanjutnya, BNPB juga telah menerjukan tim reaksi cepat yang terdiri dari sepuluh orang. Tim ini di antaranya diambil dari Deputi Logistik dan Peralatan serta Deputi Penanganan Darurat BNPB. ’’Tim dari BNPB bekerjasama dengan tim dari daerah. Prioritas kami adalah penanganan pengungsi dan warga sekitar letusan,’’ tutur Sutopo.
Untuk penanganan warga di sekitar letusan, tim memetakan lokasi rawan menjadi dua jenis. Pertama, mulai dari pusat letusan atau kawah Gunung Lokon hingga radius 3,5 kilometer. Di radius yang berpotensi terdampak lahar dan awan panas ini, terdapat 12 ribu orang saat gunung meletus.
Sutopo menjelaskan, tidak seluruh penduduk di radius pertama ini diungsikan. Sebab, ada penduduk yang dinyatakan aman dari dampak letusan karena terhadang badan gunung. ’’Posisi kawah tidak persis di pucuk, tapi agak turun,’’ kata dia.
Peta rawan kedua adalah yang berada di radius mulai dari 3,5 kilometer hingga 5 kilometer. Sutopo menjelaskan, di radius ini berpotensi dihujani batu pijar yang dimutahkan dari perut Gunung Lokon dan semburan debu pasir yang cukup pekat. Di radius ini jumlah penduduk juga mencapai belasan ribu.
Meskipun bahaya pasca letusan yang cukup besar, Sutopo mengatakan hingga kemarin sore tidak ada catatan korban jiwa. ’’Korban luka-luka juga nihil,’’ kata dia. Kondisi ini terjadi karena Gunung Lokon sebelumnya sudah meletus pada Kamis (14/7) lalu dan statusnya masih awas. Jadi, masyarakat setempat sudah waspada.
Kondisi pengungsi yang jumlahnya mencapai 5.205 jiwa cukup baik. Sutopo melaporkan jika seluruh pasokan logistik untuk seluruh pengungsi itu dalam kondisi baik.
Dia menambahkan, hari ini 3.947 jiwa pengungsi yang tersebar di empat titik pengungsian akan direlokasi. Pasalnya, mereka menggunakan sekolahan sebagai tempat pengungsian. Empat sekolah itu adalah SMA Kristen Binous, SMA Kristen 1 dan 2, SMPN 1 Tomohon, dan SD GMIM (Gereja Masehi Injili Minahasa). ’’Besok (hari ini, red) sekolahan itu kan digunakan untuk belajar,’’ kata Sutopo.
Tim tanggap darurat sudah memiliki mekanisme relokasi pengungsi tersebut. Diantaranya, pengungsi dengan kelompok rentan seperti cacat, lansia, dan ibu hamil, serta balita beserta keluarganya akan ditempatkan di Universitas Manado (Unima). Tercatat pengungsi kelompok ini sejumlah 991 orang. Sisa pengungsi lainnya, akan ditempatkan di 23 titik balai desa.
Sutopo menuturkan, pengungsi sudah diberikan informasi tentang kondisi di relokasi. Diantaranya, informasi ketersediaan dapur umum, transportasi, pos kesehatan, dan kelengkapan-kelengkapan lainnya.

sumber : Kaltim post

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News