"Katanya Desa Warembungan Dilindungi Tatawiran dan Opo Lokon"

Sunday 17 July 2011


"Banyak cerita mitos di masa lampau yang sedikit menguak misteri mengapa saat gunung Lokon menyemburkan debu vulkanik, desa Warembungan selalu terlindung dari semburan debu vulkanik. Ternyata menurut mitos desa ini punya keterikatan hubungan cukup kuat dengan Tatawiaran maupun Opo Lokon yang dipercayai sebagai penjaga gunung Lokon."

Didorong rasa penasaran dengan cerita dan mitos yang berkembang di antara masyarakat desa Warembungan, Tribun Manado kemudian mencoba mencari informasi dari tetua kampung desa Warembungan.

Setelah menelusuri kampung yang masih masuk dalam wilayah kecamatan Pineleng ini, sekitar 15 menit akhirnya Tribun Manado bertemu seorang tetua kampung yang tahu banyak soal cerita mitos yang berkembang mengenai misteri mengapa tidak akan pernah terjadi hujan debu vulkanik di Warembungan saat Lokon beraksi.

Opa Laurens Tulus. Dialah satu diantara tetua kampung desa Warembungan yang mengerti dengan jelas cerita mitos ini. Di usianya yang menginjak 74 tahun, Opa Laurens masih mampu mengingat dengan jelas cerita orang tuanya di masa lalu mengenai keterikatan kuat hubungan antara desa Warembungan dengan gunung Lokon.

"Waktu saya masih kecil orang tua  selalu mengingatkan dengan tegas agar tidak melakukan hal-hal yang jahat dan tidak terpuji," ungkap Opa Laurens membuka perbincangan.

Alasannya menurut Opa Laurens, jika di desa Warembungan ada pemuda atau pemudi desa yang salah pergaulan atau sengaja melakukan hal-hal yang tidak bermoral maka gunung Lokon pasti meletus. "Menurut orang tua saya, setiap Lokon meletus pasti ada dosa atau kesalahan yang dilakukan warga, maka kami selalu diingatkan agar selalu menjaga sikap terutama menjelang dewasa," ungkapnya.

Dan memang terbukti, di waktu lalu, jika khususnya di kampung Warembungan ada warga desa yang kedapatan melakukan kesalahan atau kejahatan maka gunung Lokon pasti menyemburkan debu atau lava pijar. "Dan itu memang benar terjadi. Setiap ada warga yang buat kesalahan pasti Lokon bereaksi," tutur Opa Laurens.

Hanya saja menurut Opa Laurens, meskipun gunung Lokon meletus dengan kekuatan besar sambil menyemburkan material debu vulkanik tetapi desa Warembungan selalu terlindungi dari debu maupun terjangan material vulkanik lainnya. "Itu kata orang tua karena Warembungan dilindungi oleh Tatawiran yang menurut cerita merupakan mertua dari Lokon," ujar Opa Laurens.

Gunung Tatawiran yang saat ini lebih dikenal dengan kawah aktifnya Tampoluan, dipercayai tua-tua Warembungan dulu sebagai pelindung warga desa Warembungan dari semburan debu vulkanik gunung Lokon. "Itulah mengapa sejak dari dulu desa ini tidak pernah kena debu vulkanik, kalaupun ada pasti sangat sedikit," ungkap Opa Laurens.

Selain itu, menurut cerita juga dari tetua kampung Warembungan di masa silam terdapat ikatan psikologis yang sangat kuat antara desa Warembungan dengan Opo Lokon yang dipercayai sebagai penjaga utama gunung Lokon. "Tua-tua dulu punya hubungan erat sekali dengan Opo Lokon karena orang warembungan juga adalah orang Tombulu asli yang terkenal sangat dekat dengan Opo Lokon. Makanya tua-tua dulu sering membawa sesajen untuk Opo Lokon," tutur Opa Laurens.

Karena ikatan yang terjalin sangat erat inilah, maka saat gunung Lokon beraksi, Warembungan selalu terlindung dari dampak buruk berkat perlindungan dari Tatawiran yang dipercaya sebagai mertua Lokon serta Opo Lokon yang dipercaya juga sebagai penjaga Lokon juga penjaga warga desa Warembungan.

Jika suatu ketika ternyata ditemukan ada salah seorang warga entahkan dia warga Warembungan atau warga desa di wilayah lain yang masih merupakan keturunan orang Tombulu melakukan kesalahan fatal atau suatu kejahatan sehingga Lokon meletus, maka tua-tua kampung desa Warembungan akan berkumpul di suatu tempat yang saat ini dinamakan kampung baru untuk menyerahkan sesajen sebagai tanda perminataan maaf dan ampun atas kesalahan warga yang mengakibatkan Lokon mengamuk.

"Tua-tua akan membawa sesajen sebagai tanda minta ampun juga sapu lidi yang akan digunakan untuk mengusir bala keluar dari kampung," ungkap Opa Laurens.

Hal ini menurut Laurens harus dilakukan tua-tua kampung, karena saat Lokon mengamuk akibat kesalahan fatal yang dilakukan warga desa membuat roh-roh jahat berkumpul dan memenuhi kampung. "Itulah mengapa, saat Lokon menyembur waktu lalu dalam seminggu bisa terjadi lebih dari tiga kali kematian warga desa, hal ini dipercayai karena ulah roh jahat, makanya harus diusir," ucap Opa Laurens.

Ritual ini menurut Opa Laurens masih dilakukan sampai tahun 1950 an. "Sejak saat itu sampai sekarang sudah tidak dilakukan lagi," ungkapnya.

Meskipun saat ini kepercayaan mengenai mitos ini makin pudar di kalangan warga desa Warembungan, tetapi cerita mitos tetap masih hangat dibicarakan dan diceritakan di antara warga saat Lokon meletus." Meskipun saat ini pemikiran warga makin terbuka mengenai letusan gunung Lokon, tetapi cerita mitos ini tetap terdengar dan dibicarakan warga saat Lokon meletus, meskipun hanya sampai di cerita saja," tutur Opa Laurens yang  tetap meyakini mitos dan cerita orang tua di masa lalu ini tidak akan pernah dipisahkan dari perjalanan hidup warga desa Warembungan.


sumber:Tribun Manado

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News