JALAN BERLUBANG SEPANJANG SANGATA - TELUK GOLOK ,TEPATNYA DI MALOY

Friday 22 July 2011
MEDAN BERAT: Satu-satunya jalur darat menuju Maloy

PETINGGI negeri berkumpul di Istana Bogor, pada 18 dan 19 April 2011. Kala itu, dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, rapat Master-plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) berlangsung.
Belum lama ini, Kaltim menjadi pilar utama pembangunan ekonomi serta koridor ekonomi nasional, sejak dikeluarkannya Instruksi Presiden 1/2010. Pelabuhan Maloy yang berada tepat di bawah “moncongnya” Pulau Kalimantan, lantas menjadi poin penting dalam program MP3EI.
Maloy, sebuah nama yang menjadi sohor di Kaltim beberapa tahun belakangan. Itu tak lain setelah Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengunggah kepada publik tentang rencana kawasan industri di Maloy serta pelabuhan internasional di Teluk Golok, Kecamatan Kaliorang, Kutai Timur. Rencana Kawasan Industri Maloy memerlukan 4.305 hektare, sementara Pelabuhan Internasional Teluk Golok --sekira 12 kilometer dari Maloy-- memakai lahan 1.000 hektare.
Dalam pertemuan di Bogor, diputuskan jalur Samarinda-Bontang-Sangatta-Simpang Perdau-Maloy yang sudah berstatus jalan nasional akan ditingkatkan. Dengan kalimat lain, segala tanggungan terhadap pemeliharaan, perbaikan, dan pembangunan jalan diambil dari kantong pemerintah pusat. Maka mulai periode 2010 hingga 2015, Kementerian Pekerjaan Umum mengucurkan dana dengan total Rp 290 miliar untuk ruas jalan Samarinda-Maloy.
Tetapi 2015 masih empat tahun lagi. Kondisi di ruas tersebut pada masa sekarang masih jauh dari kata mulus. Dari Bontang ke Sangatta sepanjang 65 kilometer, terhampar 465 lubang kecil dan sedang. Ditambah lagi, 25 lubang besar. Dari Sangatta ke Simpang Perdau yang 40 kilometer, terdapat 338 lubang kecil, bersanding dengan 32 bolongan berukuran besar.
Simpang Perdau menuju Maloy (Bengalon-Kaliorang) yang sekitar 70-an kilometer, sedikitnya 600 lubang besar dan kecil. Dua segmen di ruas ini juga belum ditimpa aspal. Total, hampir 1.500 lubang jalanan dari ibu kota Kutai Timur menuju rencana pelabuhan itu.
Di Bengalon, tidak kurang dari lima perlintasan batu bara melintang di jalan negara. Sejumlah pemegang izin usaha pertambangan yang dikeluarkan Pemkab Kutai Timur sedang giat-giatnya mengeluarkan batu bara di kawasan ini. Sementara kondisi jalan, selain taburan seribu lubang tadi, juga sangat-sangat berlumpur di saat hujan dan sangat-sangat berdebu di kala cerah. Sama seperti hampir seluruh jalur Trans Kalimantan di kabupaten ini.
“Kondisinya memang seperti ini. Memerlukan waktu yang lebih lama untuk sampai ke Kaliorang,” terang Kepala Desa Bangun Jaya Juen Lon. Di desa Bangun Jaya dan sekitarnya, sekitar 15 kilometer dari Teluk Golok yang menjadi lokasi Maloy, bermukim sejumlah transmigran yang hidup dari bertani.
Di desa ini sedang dibangun bendungan dan saluran irigasi senilai Rp 40 miliar oleh Pemprov Kaltim. Dikerjakan PT Wijaya Karya, bendungan ini akan menghidupi 1.500 hektare sawah di kecamatan itu. Sisanya juga dimanfaatkan untuk kepentingan kawasan industri Maloy, ketika nanti beroperasi.
Sementara di Teluk Golok, baru beberapa tiang pancang yang ditancap, seperti yang ditemukan anggota DPRD Kaltim ketika berkunjung ke sana, beberapa pekan lalu. Belum ada kegiatan lainnya. Menurut Sekkab Kutim Ismunandar, pihaknya sedang menyelesaikan pembebasan lahan kawasan industri.
Sekretaris Badan Percepatan KIPI Maloy Rudi Kusnandar mengungkapkan, dalam waktu dekat, sejumlah perusahaan perkebunan melaksanakan pekerjaan land clearing di kawasan Maloy. “Sejauh ini, baru Rp 7 miliar dana APBD yang keluar untuk Maloy,” ungkapnya.

sumber:Kaltim post

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News