Solusi Konflik Palestina & Israel Harus Negosiasi

Friday 4 June 2010
Konlfik Palestina dan Israel tidak dapat diselesaikan dengan jalan kekuatan militer. Kedua negara harus menyelesaikan melalui jalan negosiasi. Setidaknya hal tersebut tersebut diusahakan oleh kalangan politisi di Palestina.

Kondisi ini diceritakan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi dalam lanjutan petikan wawancara dengan wartawan okezone di ruang kerjanya, Kedubes Palestina, Jakarta, Rabu (2/6/2010).

Bagaimana situasi politik di Palestina sendiri dan apa yang akan dilakukan politisi Palestina terhadap insiden Mavi Marmara?


Seperti Anda ketahui Konflik Antara palestina dan Israel tidak dapat diselesaikan dengan kekuatan militer, karena kami tidak bisa menyaingi kekuatan militer Israel. Seperti diketahui Israel sangat ini sangatkuat saat berkaitan dengan militer. Negara itu memiliki lebih dari 200 hulu ledak nuklir bahkan dijual ke Rusia dan China.

Konflik kami dengan Israel tidak lebih dari perebutan wilayah. Alhamdulilah secara historis masih ada lima juta warga Palestina tetap tinggal di tanahnya, 1,5 jiwa di antaranya berada di Gaza sisanya di Tepi Barat. Jadi sulit bagi Israel untuk mengusir kami.

Apa yang dunia minta adalah membagi tanah yang diperebutkan menjadi dua. Satu wilayah untuk Israel dan wilayah lainnya tentunya untuk Palestina, dan kami pun menyetujui usul tersebut. Negara arab dan negara muslim serta dunia internasional bahkan mendukung proposal ini.

Tetapi untuk meraih kesepakatan untuk meraih Kebijakan dua negara ini diperlukan adanya negosiasi mengenai perbatasan, serta masalah-masalah lain yang mengikuti kesepakatan. Seperti pembagian sumber daya, penentuan ibu kota dan tentunya masalah pengungsi yang ingin kembali pulang. 

Bagaimana sikap PBB mengenai usaha perdamaian ini?

PBB bahkan juga mendukung pembagian wilayah ini, tetapi Israel berusaha sekuat tenaga agar semua itu tidak terjadi. Palestina pun telah menetapkan langkah agar proses pembagian wilayah ini dapat terjadi.

Pertama, tetap melakukan langkah politik untuk meloloskan solusi dua negara ini. Kedua, melakukan konsolidasi agar semua rakyat Palestina tetap tinggal di tanahnya sendiri.

Tantangan sebenarnya adalah menjaga soliditas dan bertindak cepat dalam mengatasi maslah di Palestina. Hal ini sudah dilakukan oleh Perdana Menteri Sallam Fayyed. Selain itu, pemerintah Palestina berusaha untuk membangun infrastruktur yang nantinya akan digunakan oleh warga Palestina. Tahun lalu pemerintah telah menjalankan 1.000 proyek yang terdiri dari berbagai macam bidang.

Jadi inilah kondisi politik yang terjadi di Palestina. Kini pemerintah terus melaksanakan proyek seperti halnya membangun sebuah pusat perbelanjaan. Kami terus melakukan perkembangan di segala bidang. Di saat bersamaan secara politis kami terbuka untuk melakukan pembicaraan untuk meraih kemerdekaan melalui negosiasi.

Apa respons Anda tentang dukungan yang diberikan Indonesia kepada Palestina?

Dunia biasa melihat penderitaan Palestina melalui televisi. Beberapa warga Indonesia sepertinya banyak yang tersentuh, beberapa dari mereka mungkin banyak yang pergi ke masjid untuk berdoa atau langsung mendonasi bantuan kepada kami.

Solidaritas warga sipil, khususnya Indonesia terus berkembang. Soladiritas ini bukan hanya mengikuti demonstrasi ataupun mengeluarkan kecaman. Solidaritas tersebut berupa kerelaan mereka mengeluarkan uang sendiri untuk mengikuti misi kemanusian. Jika memang siap untuk pergi berjuang, mereka akan berangkat untuk berjuang.

Solidaritas yang ditunjukan dunia internasional, bukan hanya Indonesia tentunya amat membantu warga Palestina. Mereka berkoordinasi, berkumpul mengumpulkan bantuan dan berangkat dengan konvoi untuk warga Palestina. Kami bangga atas perhatian yang diberikan, kami merasa tidak sendirian dalam perjuangan ini.

Kemenangan Palestina tentunya menjadi kemenangan dunia internasional karena terus menerus memberikan dukungan. Seperti contoh Afrika Selatan (Afsel), dunia mengatakan, tidak untuk rezim apartheid di Afsel. Rezim saat itu dikucilkan karena dunia internasional tidak ingin membuka internasional.

Israel harus memperhatikan pergerakan yang serupa saat ini. Dunia mulai menunjuk ke arah sana, kampanye isolasi Israel bisa saja dimulai kapanpun. Terbukti hingga saat ini ada sekitar 57 negara yang menolak untuk membuka hubungan diplomasi dengan Israel, selama Israel terus menduduki wilayah Palestina. 

Hal ini menunjukan bersatunya dunia internasional yang setuju standar perilaku negara jika ingin diterima di pergaulan internasional, tentunya harus disiplin dan patuh terhadap hukum internasional. Jika Israel tidak mau mengikuti, maka mereka harus membayar atas perilakunya


sumber : Oz

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News