Nana Tulis Surat buat Keluarganya

Saturday 15 August 2009

Sketsa wajah yang diduga pelaku bom JW Marriott dan Ritz-Carlton Jakarta

Jumat, 14 Agustus 2009 03:02 WITA
PANDEGLANG - Keluarga Nana Supriatna alias Nana Ikhwan Maulana (28), pengebom bunuh diri di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, pada 17 Juli silam, sudah diketahui. Dia putra Jubaedah (65), anak bungsu dari lima bersaudara, asal Kampung Kebon Cawu, Desa/Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Ahmad Fathoni, kerabat korban yang juga pemuka masyarakat setempat mengungkapkan, kecurigaan tentang keterlibatan Nana dalam tindak kejahatan sebenarnya sudah lama mencuat. Sebab beberapa hari sebelum terjadi ledakan, dia berkirim surat kepada kakaknya Endang dan Oman yang tinggal di Bandung, Jawa Barat."Awalnya kecurigaan, si Nana ini kirim surat kepada kakaknya di Bandung. Isinya menyebut jangan cari saya, tenang saja. Saya sedang kerja di daerah Jakarta. Mohon maaf sebesar-besarnya," kata Ahmad Fathoni, yang tinggal dekat keluarga Jubaedah saat dihubungi Tribun, Kamis (13/8) malam. Kecurigaan semakin kuat setelah Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri mengumumkan nama dia Sabtu lalu. Setelah nama Nana tersiar melalui media massa, kawan-kawannya di Labuan memberitahukan kepada ibunya, Jubaedah. "Teman-teman sekelilingnya mulai bertanya-tanya, karena mereka tahu, nama Nana Ikhwan Maulana memang nama dia. Lalu disampaikan kepada keluarga," kata Fathoni.Kendati menerima surat, pihak keluarga tidak begitu curiga mendalam atas nama yang diekspose Kapolri. Sebab, kata Fathoni, nama pemberian orangtuanya adalah Nana Supriatna, nama khas Sunda. "Namun dia mengubah sendiri namanya menjadi Nana Ikhwan Maulana. Dan nama beken ini diketahu kawan-kawannya." Menurut Fathoni, sejak informasi itu sampai ke telinga Jubaedah, ibu renta itu langsung syok dan jatuh sakit. Walau demikian, Kamis kemarin, dia mendatangi Polda Banten guna menjalani pemeriksaan DNA (deoxyribo nucleic acid) apakah cocok dengan DNA Nana. Polisi juga mendatangi kediaman dua kakak korban di Bandung, Endang dan Oman.Menurut Fathoni, Nana adalah sosok pendiam dan suka prihatin. Kalau melihat orang lain tidak makan, dia melamun, prihatin. Kalau ada kegiatan, dia lebih mengutamakam pemuda lainnya daripada dirinya sendiri. "Misalnya ketika dia dan kawan-kawannya di Karang Taruna punya uang hasil parkir Rp 70 ribu, uang dikasih ke teman-teman. Sedangkan dia, karena tidak punya uang, datang ke saya," ujar Fathoni.Sehari-hari Nana bekerja serabutan. Sesekali kerja buruh di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuan. Lain waktu bekerja ke luar kota. "Dia suka melanglang buana. Kadang pergi empat bulan, kadang tiga bulan. Terakhir ini dia sudah menghilang kira-kira dua bulan. Tetapi tidak terlalu dirisaukan, karena sudah biasa," ujar dia.Fathoni mengungkapkan, Nana sedang mendalami dan mencintai agama Islam. "Walau dia hanya tamatan SD, dia punya kelebihan di bidang agama. Kalau ada pengajian, kalau dia tahu pasti hadir. Dia sedang mencitai agamanya, yang jadi cinta buta," kata Fathoni yang juga Ketua Forum Kemitraan Kepolisian dan masyarakat labuan.

sumbaer : tribun kaltim online

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News