Pengungsi Merapi Capai 69.000 Orang

Wednesday 3 November 2010
LAVA PIJAR, Guguran lava pijar keluar dari puncak Gunung Merapi pada pukul 20.00 WIB tadi malam, terlihat dari Dusun Hargobinangun, Sleman, DIY.

Aktivitas Gunung Merapi yang tidak pernah berhenti sejak erupsi pertama pada 26 Oktober lalu membuat ribuan warga di kawasan gunung teraktif di dunia tersebut meninggalkan kampung halamannya. Tercatat, hingga kemarin pengungsi korban Merapi melonjak dari 13.500 orang menjadi 69.000 orang. Mereka tersebar di barak pengungsian di Kabupaten Sleman, Yogyakarta; Kabupaten Magelang; Kabupaten Klaten; dan Kabupaten Boyolali,Jawa Tengah. 

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menjamin bahwa pemerintah bisa melayani pengungsi Merapi. Untuk diketahui, selain Merapi, saat ini pemerintah juga menanggung pengungsi korban gempa dan tsunami Mentawai, Sumatera Barat dan banjir bandang di Wasior, Papua Barat.“Pemerintah terus berupaya untuk penanganan para korban bencana mulai dari tahap tanggap darurat hingga masa pembangunan kembali,”katanya. 

Kondisi pengungsi Merapi mendapat perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).Kemarin Presiden mengunjungi pengungsi di tempat pengungsian Tanjung, Muntilan,Kabupaten Magelang. Kepada para pengungsi, Presiden meminta mereka bersabar karena tempat penampungan sementara tidak seperti keadaan di rumah. Tapi, dia menjanjikan pemerintah akan memberikan layanan berupa makanan, obat-obatan, dan bantuan lainnya agar diterima dengan baik. 

“Pemerintah pusat juga membantu pemerintah daerah menjalankan tugas-tugasnya,” katanya. Turut serta dalam kunjungan tersebut Ibu Negara Ani Yudhoyono dan rombongan antara lain Menko Kesra Agung Laksono, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Menteri Pendidikan Nasional M Nuh,Menpora Andi Mallarangeng, Kepala BNPB Syamsul Maarif, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, dan Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo. 

Sebelumnya saat memberi arahan kepada jajaran Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Bandara Ahmad Yani,Semarang, Presiden meminta pemerintah daerah untuk tidak lengah dengan penanganan tanggap darurat sampai aktivitas Gunung Merapi benar-benar tidak lagi membahayakan warga.“Jangan lengah, jangan lalai, harus sampai tuntas, sampai selesai aktivitas Merapi, sampai saudara-saudara kita kembali ke tempat masing-masing,” ujarnya. 

Setelah tahap tanggap darurat selesai, lanjut Presiden, pemerintah provinsi pun harus melakukan tahap rehabilitasi seperti memperbaiki bangunan rusak dan membersihkan tempat yang tertutup abu vulkanik. “Biasanya ada berkah kesuburan tanah yang bisa dimanfaatkan oleh penduduk,”ujarnya. Dalam arahannya,Presiden juga mengimbau para kepala daerah untuk tetap berada di daerahnya masing-masing dan secara langsung turun ke lapangan guna memantau penanganan bencana.

“Jangan ketika saya datang ada di situ, tapi begitu saya kembali,gubernurnya kembali, bupatinya kembali, diserahkan hanya kepada camat. Bukan itu kepemimpinan yang baik,”ujar Presiden. Hingga kemarin, penanganan terhadap pengungsi Merapi berjalan dengan baik, termasuk suplai kebutuhan makanan. Seperti di wilayah Jawa Tengah, ketersediaan logistik dipastikan aman untuk lima hingga tujuh hari ke depan. 

Bahkan, persediaan beras sebanyak 460 ton sewaktu-waktu bisa ditambah dari Perum Bulog. Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Yogyakarta juga menyediakan cadangan 100 ton beras. Sebelumnya Bulog Yogyakarta sudah menyalurkan 100 ton beras untuk Pemkab Sleman selama masa tanggap bencana.Kepala Perum Bulog Divre Yogyakarta Murino Mudjono mengatakan, total beras yang disalurkan Bulog untuk tanggap bencana sebanyak 700 ton beras, masing-masing kabupaten/kota mendapatkan 100 ton beras. 

Kepala BPBD Jawa Tengah Priyantono Djarot Nugroho menuturkan, selain beras, kebutuhan logistik lainnya yang telah disalurkan kepada para pengungsi juga sudah banyak,seperti family kit(keperluan keluarga) dan keperluan mandi. Sejumlah lembaga juga telah mengucurkan bantuannya,seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Sosial, Kementerian BUMN, Kementerian Kesehatan, dan sejumlah lembaga pemerintah maupun swasta. 

“Untuk bantuan kesehatan,kita telah mendirikan 72 pos kesehatan yang berada di lokasi pengungsian di tiga daerah itu.Di Kabupaten Magelang sebanyak 55 pos kesehatan, Boyolali ada 12 pos kesehatan, dan lima pos kesehatan lagi di Klaten. Masing-masing pos terdiri atas empat dokter,perawat, bidan,dan mobil ambulans,’’ papar Priyantono. Bantuan non-logistik juga sudah banyak berdatangan, seperti layanan psikososial anak yang dilakukan Kementerian Sosial, layanan luka traumatik (trauma healing) yang digelar Universitas Diponegoro Semarang,hingga hiburan badut.

Namun, bukan berarti pengungsi tidak ada masalah. Sejumlah penyakit mulai mengancam mereka, di antaranya hipertensi. Hal ini seperti dialami 86 pengungsi letusan Gunung Merapi di barak pengungsian Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. “Setelah lebih dari satu minggu warga berada di barak pengungsian, mereka mulai mengeluhkan sejumlah serangan penyakit dan pada umumnya yang berusia di atas 40 tahun mulai terserang hipertensi,” kata kemarin. 

Selain hipertensi, pengungsi mengalami pegal-pegal (87 orang), infeksi saluran pernapasan akut (81 orang),sakit kepala (61 orang), (mual 39 orang),dan gatal-gatal (39 orang). “Serangan hipertensi ini memang banyak menyerang kalangan pengungsi. Mungkin dipicu karena mereka merasa jenuh,stres saat proses evakuasi, dan masalah pikiran terkait harta benda, ternak serta rumah yang ditinggal mengungsi, ”katanya. 

Pasangan suami istri yang mengungsi juga mengeluhkan tidak adanya bilik khusus untuk mereka. Menurut Surono, 45, warga Desa Sidorejo,Kecamatan Kemalang, mengaku harus pisah dengan istrinya di lokasi pengungsian. Sejak seminggu lalu, dirinya harus menahan hasrat untuk menggauli sang istri. “Bagi kami yang sudah menikah, ruangan khusus itu penting. Sebab, kami mempunyai kebutuhan lain,”ujar Surono. 

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta warga bersabar tinggal di pengungsian. Dia menegaskan, situasi tanggap darurat bencana erupsi Gunung merapi masih akan terus diberlakukan hingga batas waktu yang belum ditentukan.Menurut Sultan, kondisi Gunung Merapi hingga saat ini masih sangat berbahaya sehingga masyarakat diwajibkan untuk tinggal di pengungsian. 

“Pokoknya kalau Pak Surono (Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) belum menyatakan aman, ya masih tetap tanggap darurat,”ujarnya di Kepatihan kemarin. Selama situasi ini, lanjutnya, pemerintah bisa menggunakan dana dalam APBD untuk penanganan pengungsian. Bukan hanya dana tak terduga yang biasanya digunakan untuk penanganan bencana, namun dana dalam pos lain untuk sementara juga bisa dialihkan pada pos tanggap darurat. Sebelumnya direncanakan situasi tanggap darurat akan dilaksanakan selama 14 hari terhitung sejak erupsi pertama Gunung Merapi,26 Oktober lalu. 

Lava Pijar 

Sementara itu, lava pijar sebagai awal terbentuknya kubah baru di puncak Gunung Merapi mulai terlihat. Mulai sekitar pukul 18.50 WIB tadi malam lava pijar muncul dengan disertai beberapa guguran ke arah Kali Gendol.Munculnya lava pijar tersebut terlihat sangat jelas dalam CCTV di Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. 

Kepala BPPTK Yogyakarta Subandriyo mengatakan,munculnya lava pijar ini sebagai awal terbentuknya kubah baru Merapi. “Jika konstan dan hanya disertai guguran-guguran, maka lava pijar itu kemudian akan menjadi kubah baru,”ungkapnya tadi malam. Menurut dia,munculnya lava pijar juga membuat awan panas yang keluar tidak sebesar sebelumnya. Pasalnya, kandungan gas yang berada di perut Merapi energinya tidak besar sehingga berpotensi tidak terjadi letusan eksplosif.“

Namun, kubah baru yang terbentuk itu juga berpotensi menyumbat keluarnya gas atau awan panas karena terbentuknya di bagian barat puncak,”ungkapnya. Aktivitas Merapi seharian ke- marin didominasi guguran dan gempa multifase. Sejak pagi sampai siang juga terjadi delapan kali awan panas dengan jarak luncur 3,5 kilometer ke arah Kali Gendol. 

Guguran awan panas ini relatif lebih kecil dibanding sebelumnya. Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM R Sukhyar mengungkapkan, pada pagi hari awan panas kembali meluncur namun tidak disertai dentuman. Ini menandakan energi yang dilepaskan lebih kecil dibanding energi pada letusan sebelumnya. “Awan panas tersebut murni berasal dari magma yang runtuh,”katanya di Yogyakarta. Menurut dia, jika hal tersebut terus berlangsung maka kondisi Merapi semakin baik. 

Karena dengan begitu,Gunung Merapi melepaskan energinya dalam skala kecil sehingga tidak menimbulkan erupsi eksplosif.Menurut dia, guguran awan panas sebagian besar menuju Kali Gendol dengan jarak luncur sekitar 3,5 kilometer dengan ketinggian asap sekitar 700 meter. Sukhyar menambahkan, meski guguran awan panas relatif kecil dibanding sebelumnya, bukan berarti kondisi Merapi sudah aman. Dia menegaskan, status Merapi masih pada level awas (IV) sehingga radius 10 km dari puncak Merapi harus tetap steril dari aktivitas warga.


sumber:SI

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News