PENANGANAN BANJIR SAMARINDA,JAANG BANTAH KALAU DI ANGGAP TAK BECUS

Friday 22 July 2011


Syaharie Jaang
SAMARINDA - Rencana Pemprov Kaltim menghentikan subsidi anggaran banjir ke Pemkot Samarinda, dibantah Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang. Saat ditemui sebelum menghadiri sebuah acara di kantor gubernur kemarin dia menyebutkan, sejauh ini belum ada kepastian mengenai penghentian bantuan subsidi banjir yang selama ini bergulir dari pemprov. “Tidak ada, itu belum pasti” ucap Jaang.
Informasi penghentian subsidi banjir pemprov itu semula diutarakan Sekretaris Komisi III DPRD Kaltim Jawad Siradjuddin. Dia mengatakan, pemprov tak akan memberi bantuan keuangan lagi ke pemkot untuk penanggulangan banjir. Alasannya, beberapa proyek banjir tak dilaksanakan dengan baik oleh pemkot. Contoh proyek Polder Gang Indra, penanganan banjir di Jalan Lambung, Jalan Gerilya, Jalan Antasari, dan lainnya.
Kembali ke Jaang, dia mencoba menyakinkan jika wacana yang muncul itu belum pasti. Sebab menurut wakil wali kota dua periode pendamping Achmad Amins ini, belum ada keputusan resmi dari pemprov terkait masalah tersebut. Bahkan dia belum tahu bila ada wacana penghentian subsidi banjir yang tahun-tahun sebelumnya diberikan pemprov ke pemkot, termasuk pembentukan instansi khusus yang menangani banjir membawahi pemprov.
“Itu ‘kan hanya wacana, bagaimana bentuk kebijakannya belum bisa dilihat sampai sekarang,” ujarnya.
Disinggung pemicu penghentian subsidi itu karena pemkot dinilai kurang becus menangani banjir Samarinda, Jaang membantanya. Menurut dia, penanganan banjir tidak bisa diselesaikan dalam waktu cepat, tapi harus melibatkan banyak pihak termasuk pemprov. “Menangani banjir tidak seperti menggosok lampu aladin. Jadi memang tidak bisa dalam waktu singkat,” imbuhnya.
Terkait keterlibatan pemprov yang semakin besar dalam menangani berbagai persoalan di Samarinda, seperti pengambilalihan proyek Bandara Samarinda Baru (BSB) dan perbaikan Jalan Cendana, Jaang seolah tidak mau terlalu jauh berkomentar. Hanya saja dia sempat mengatakan jika Kamis (21/7) hari ini bakal ada kunjungan resmi dari pemprov ke pemkot untuk mendengarkan program kerja pemkot.
“Kita lihat saja, kebetulan besok (hari ini. Red.) pemkot akan mempresentasikan program kerja dan segala persoalan yang ada dalam kunjungan resmi pemprov,” tambahnya. Jaang juga mengatakan jika apa yang disampaikan Jawad Siradjuddin adalah motivasi pemkot untuk menghadapi berbagai persoalan, seperti banjir dan lainnya. 


sumber:Kaltim post
»»  READMORE...

JALAN BERLUBANG SEPANJANG SANGATA - TELUK GOLOK ,TEPATNYA DI MALOY

MEDAN BERAT: Satu-satunya jalur darat menuju Maloy

PETINGGI negeri berkumpul di Istana Bogor, pada 18 dan 19 April 2011. Kala itu, dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, rapat Master-plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) berlangsung.
Belum lama ini, Kaltim menjadi pilar utama pembangunan ekonomi serta koridor ekonomi nasional, sejak dikeluarkannya Instruksi Presiden 1/2010. Pelabuhan Maloy yang berada tepat di bawah “moncongnya” Pulau Kalimantan, lantas menjadi poin penting dalam program MP3EI.
Maloy, sebuah nama yang menjadi sohor di Kaltim beberapa tahun belakangan. Itu tak lain setelah Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengunggah kepada publik tentang rencana kawasan industri di Maloy serta pelabuhan internasional di Teluk Golok, Kecamatan Kaliorang, Kutai Timur. Rencana Kawasan Industri Maloy memerlukan 4.305 hektare, sementara Pelabuhan Internasional Teluk Golok --sekira 12 kilometer dari Maloy-- memakai lahan 1.000 hektare.
Dalam pertemuan di Bogor, diputuskan jalur Samarinda-Bontang-Sangatta-Simpang Perdau-Maloy yang sudah berstatus jalan nasional akan ditingkatkan. Dengan kalimat lain, segala tanggungan terhadap pemeliharaan, perbaikan, dan pembangunan jalan diambil dari kantong pemerintah pusat. Maka mulai periode 2010 hingga 2015, Kementerian Pekerjaan Umum mengucurkan dana dengan total Rp 290 miliar untuk ruas jalan Samarinda-Maloy.
Tetapi 2015 masih empat tahun lagi. Kondisi di ruas tersebut pada masa sekarang masih jauh dari kata mulus. Dari Bontang ke Sangatta sepanjang 65 kilometer, terhampar 465 lubang kecil dan sedang. Ditambah lagi, 25 lubang besar. Dari Sangatta ke Simpang Perdau yang 40 kilometer, terdapat 338 lubang kecil, bersanding dengan 32 bolongan berukuran besar.
Simpang Perdau menuju Maloy (Bengalon-Kaliorang) yang sekitar 70-an kilometer, sedikitnya 600 lubang besar dan kecil. Dua segmen di ruas ini juga belum ditimpa aspal. Total, hampir 1.500 lubang jalanan dari ibu kota Kutai Timur menuju rencana pelabuhan itu.
Di Bengalon, tidak kurang dari lima perlintasan batu bara melintang di jalan negara. Sejumlah pemegang izin usaha pertambangan yang dikeluarkan Pemkab Kutai Timur sedang giat-giatnya mengeluarkan batu bara di kawasan ini. Sementara kondisi jalan, selain taburan seribu lubang tadi, juga sangat-sangat berlumpur di saat hujan dan sangat-sangat berdebu di kala cerah. Sama seperti hampir seluruh jalur Trans Kalimantan di kabupaten ini.
“Kondisinya memang seperti ini. Memerlukan waktu yang lebih lama untuk sampai ke Kaliorang,” terang Kepala Desa Bangun Jaya Juen Lon. Di desa Bangun Jaya dan sekitarnya, sekitar 15 kilometer dari Teluk Golok yang menjadi lokasi Maloy, bermukim sejumlah transmigran yang hidup dari bertani.
Di desa ini sedang dibangun bendungan dan saluran irigasi senilai Rp 40 miliar oleh Pemprov Kaltim. Dikerjakan PT Wijaya Karya, bendungan ini akan menghidupi 1.500 hektare sawah di kecamatan itu. Sisanya juga dimanfaatkan untuk kepentingan kawasan industri Maloy, ketika nanti beroperasi.
Sementara di Teluk Golok, baru beberapa tiang pancang yang ditancap, seperti yang ditemukan anggota DPRD Kaltim ketika berkunjung ke sana, beberapa pekan lalu. Belum ada kegiatan lainnya. Menurut Sekkab Kutim Ismunandar, pihaknya sedang menyelesaikan pembebasan lahan kawasan industri.
Sekretaris Badan Percepatan KIPI Maloy Rudi Kusnandar mengungkapkan, dalam waktu dekat, sejumlah perusahaan perkebunan melaksanakan pekerjaan land clearing di kawasan Maloy. “Sejauh ini, baru Rp 7 miliar dana APBD yang keluar untuk Maloy,” ungkapnya.

sumber:Kaltim post
»»  READMORE...

PROYEK BANJIR YANG TAK BERES DI TANGANI PEMKOT

Thursday 21 July 2011

NUSYIRWAN ISMAIL


SAMARINDA – Proyek penanganan banjir di Samarinda yang diambil alih oleh Pemprov Kaltim tak dimungkiri oleh Wakil Wali Kota Nusyirwan Ismail. Dia menyebut proyek penanganan banjir itu sebenarnya memang upaya kerja sama yang dilakukan Pemprov Kaltim dan Pemkot Samarinda.
Menurut Nusyirwan, beberapa proyek penanganan banjir, seperti normalisasi Sungai Karang Mumus (SKM) sebenarnya pengerjaannya dilakukan bersama-sama. Karena sumber dana berasal dari APBD Provinsi dan APBD Kota. “Pengerjaan proyek banjir itu wajar saja jika pemprov ingin bantu. Itulah mungkin wujud kepedulian pemprov untuk membangun kota ini,” jelas Nusyirwan.
Disinggung bahwa pemprov mulai tahun ini tidak memberikan subsidi dana banjir lagi ke pemkot karena kurang beres menangani proyek banjir, Nusyirwan mengatakan wajar bila pemprov mengambil alih proyek itu. Karena anggaran itu memang masuk pos subsidi provinsi, yang jika pemprov sendiri yang mengerjakan adalah bentuk kewajaran.  
Pemutusan subsidi banjir dari pemprov yang dikelola pemkot selama ini, sebelumnya disampaikan Sekretaris Komisi III DPRD Kaltim Jawad Siradjuddin. Dia mengatakan, pemprov tak akan memberi bantuan keuangan lagi ke pemkot untuk penanggulangan banjir. Alasannya, beberapa proyek banjir tak dilaksanakan dengan baik oleh pemkot. Contoh proyek Polder Gang Indra, penanganan banjir di Jalan Lambung, Jalan Gerilya, Jalan Antasari, dan lainnya.
Jawad bahkan menjelaskan, pemprov berencana membentuk instansi khusus penanggulangan banjir dan mengelola anggarannya. “Instansi tersebut baru dalam perencanaan yang di bawah pemprov,” ucapnya. Untuk keseluruhan anggaran penanggulangan banjir di Samarinda akan dianggarkan sekitar Rp 1,8 triliun hingga 2012.


sumber: Kaltim post
»»  READMORE...

SIMPANG MALL LEMBUSWANA SAMARINDA LANGGANAN TETAP BANJIR


salah satu badan jalan di samping mall lembuswana samarinda yang terendam bajir

Ada anekdot  yang saya dengar dari orang samarinda bahwa di samarinda hujan sebentar saja pasti sudah akan banjir di mana-mana,tetapi ada yang paling parah,yaitu di simpang mall lembuswana,mendung saja simpang  lembus itu sudah banjir,,,,itu berarti simpangan lembuswana sangat rawan banjir...sampai saat ini setiap hujan di atas satu jam,wilayah simpang lembuswana pasti terendam dan ironisnya Kediaman dinas Walikota Samarindapun berada persis di samping Mall Lembuswana dan sudah pasti akses ke kediaman Walikota Wamarinda ikut tergenang banjir.
berharap ada penanganan yang serius dari pemerintah kota agar kota samarinda bebas dari banjir.
»»  READMORE...

WALIKOTA SAMARINDA,SYARI JAANG INGIN SUSUT 50 % INVENTARISASI LAHAN TAMBANG.PKP2B TERGANTUNG PUSAT

Tuesday 19 July 2011




Permasalahan pertambangan batu bara di Samarinda sudah sangat memuncak dengan banyaknya kerugian materi dan nyawa. Untuk meminimalisasi dampak aktivitas pertambangan, Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang mengusulkan agar dilakukan penyusutan lahan tambang.
“Saya sebenarnya berharap agar lahan tambang di Samarinda ini menyusut sebanyak 50 sampai 60 persen dari total luas tambang yang mencapai 72,16 persen luas Samarinda atau seluas 51.808,26 hektare dari luas Samarinda yang hanya 718 kilometer persegi,” beber Jaang.
Keseluruhan luas areal tambang itu merupakan total luas pertambangan dengan izin usaha pertambangan (IUP) atau Kuasa Pertambangan (KP) dan PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara).
Mengapa pemkot tidak mengusulkan penghapusan PKP2B dari Samarinda? Jaang mengatakan, sebenarnya dia sangat ingin jika hal itu bisa dilakukan. “Tapi itu bergantung dengan pemerintah pusat,” terangnya.
Tetapi saat ini, pemkot telah meminta seluruh perusahaan pertambangan batu bara di Samarinda untuk menginventarisasi lahan mereka. “Jika ada yang kurang produktif atau tidak bisa ditambang, maka kami berharap lahan itu bisa dikeluarkan dari lahan konsesi,” ucapnya.
Jaang meyakinkan Kaltim Post, jika pemkot serius dalam mengusulkan penyusutan lahan tambang milik seluruh perusahaan. “Kalau hanya dikurangi 1 persen atau 5 persen saja, ya sama saja bohong. Bisa dapat 30 persen sudah bagus. Kalau bisa 50 sampai 60 persen, itu lebih baik lagi,” tegasnya.
Sementara Ketua DPRD Samarinda Siswadi mengaku sangat mendukung usulan penyusutan lahan tambang yang digulirkan pemkot, terutama lahan berstatus PKP2B. “Perusahaan dari pusat inilah yang paling banyak menguasai lahan untuk pertambangan,” tegasnya.
Data yang dia miliki, IUP yang dikeluarkan pemkot seluas 20 ribu hektare atau sekitar 27,8 persen dari luas Samarinda untuk 63 perusahaan. Ini tak sebanding luas yang diberikan pemerintah pusat dalam bentuk PKP2B hanya untuk 5 perusahaan memiliki luas wilayah operasi mencapai 22.000 atau sekitar 30,6 persen. Sedangkan IUP yang dikeluarkan Pemprov Kaltim hanya 1 buah dengan total wilayah operasi seluas 2.337 hektare atau sekitar 3,2 persen.
“Dari data ini saja sudah jelas kalau PKP2B itu justru menjadi bahaya laten bagi Samarinda. Sebelum semua lahan dikupas untuk tambang, maka usulan penyusutan lahan itu menjadi pilihan tepat. Malah kalau perlu dihapuskan saja,” tegasnya.


sumber:Kaltim post
»»  READMORE...

AWAN PANAS LOKON MASIH MENGANCAM

BERBAHAYA: Asap terus mengepul dari kawah Gunung Lokon.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengucurkan dana darurat Rp 500 juta, untuk penangan letusan Gunung Lokon. Pasca letusan Minggu kemarin (17/7), BNPB mencatat ada 5.205 jiwa yang mengungsi. BNPB masih belum mencabut status awas terhadap gunung yang berada di Kota Tomohon, Sulawesi Utara itu.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat dihubungi kemarin, menuturkan kronologi letusan gunung dengan ketinggian 1.580 meter tersebut. Dia menjelaskan, letusan terjadi sekitar pukul 10.34 WITA atau 09.34 WIB. Dia mengatakan, letusan Gunung Lokon kali ini terpantau setinggi 3.500 meter. Bisa dibayangkan, tinggi letusan itu setara dengan 25 kali tinggi monas yang tingginya 137 meter.
Sebelum meletus hebat kemarin, Sutopo menjelaskan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekam aktivitas vulkanis Gunung Lokon. Di antara pada Sabtu (16/7) petang hingga dini hari (18.00-00.00 WITA) tercatat ada 4 kali gempa vulkanik dalam, 16 kali gempa vulkanik dangkal, 4 kali embusan asap. Selain itu juga ada letusan pukul 19.32 WITA yang mengakibatkan munculnya asap tebal yang membubung hingga 150 meter.
’’Intinya hingga saat ini aktivitas kegempaan Gunung Lokon masih tinggi dan masih berpeluang meletus,’’ tegas Sutopo yang mengaku sedang di Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado. Untuk itu, PVMBG masih belum mencabut status awas di gunung yang pernah meletus besar pada 1991 itu. Aktivitas vulkanologi juga belum menunjukkan tanda-tanda bakal berhenti.
Sutopo mengatakan, sejak 10 Juli lalu status Gunung Lokon ditingkatkan dari siaga ke awas. Dia masih belum berani memperkirakan sampai kapan status gunung ini bakal diturunkan. Karena masih berstatus awas, Sutopo menuturkan jika saat ini pemerintah setempat sedang menjalankan proses tanggap darurat bencana letusan Gunung Lokon.
Sampai saat ini, BNPB telah melakukan intervensi dengan menurunkan bantuan uang, barang, dan tenaga. Sutopo menguraikan, pihaknya telah menyalurkan bantuan uang tunai kepada Pemkot Tomohon sebesar Rp 300 juta. Sutopo berharap uang ini segera dipergunakan. ’’Jika sudah habis dan masih kurang, pemkot bisa mengajukan permohonan lagi ke BNPB,’’ sambungnya.
Selain itu, BNPB juga memberikan pasokan logistik seperti bahan makanan, perlengkapan istirahan, dan peralatan darurat lainnya senilai Rp 200 juta.Selanjutnya, BNPB juga telah menerjukan tim reaksi cepat yang terdiri dari sepuluh orang. Tim ini di antaranya diambil dari Deputi Logistik dan Peralatan serta Deputi Penanganan Darurat BNPB. ’’Tim dari BNPB bekerjasama dengan tim dari daerah. Prioritas kami adalah penanganan pengungsi dan warga sekitar letusan,’’ tutur Sutopo.
Untuk penanganan warga di sekitar letusan, tim memetakan lokasi rawan menjadi dua jenis. Pertama, mulai dari pusat letusan atau kawah Gunung Lokon hingga radius 3,5 kilometer. Di radius yang berpotensi terdampak lahar dan awan panas ini, terdapat 12 ribu orang saat gunung meletus.
Sutopo menjelaskan, tidak seluruh penduduk di radius pertama ini diungsikan. Sebab, ada penduduk yang dinyatakan aman dari dampak letusan karena terhadang badan gunung. ’’Posisi kawah tidak persis di pucuk, tapi agak turun,’’ kata dia.
Peta rawan kedua adalah yang berada di radius mulai dari 3,5 kilometer hingga 5 kilometer. Sutopo menjelaskan, di radius ini berpotensi dihujani batu pijar yang dimutahkan dari perut Gunung Lokon dan semburan debu pasir yang cukup pekat. Di radius ini jumlah penduduk juga mencapai belasan ribu.
Meskipun bahaya pasca letusan yang cukup besar, Sutopo mengatakan hingga kemarin sore tidak ada catatan korban jiwa. ’’Korban luka-luka juga nihil,’’ kata dia. Kondisi ini terjadi karena Gunung Lokon sebelumnya sudah meletus pada Kamis (14/7) lalu dan statusnya masih awas. Jadi, masyarakat setempat sudah waspada.
Kondisi pengungsi yang jumlahnya mencapai 5.205 jiwa cukup baik. Sutopo melaporkan jika seluruh pasokan logistik untuk seluruh pengungsi itu dalam kondisi baik.
Dia menambahkan, hari ini 3.947 jiwa pengungsi yang tersebar di empat titik pengungsian akan direlokasi. Pasalnya, mereka menggunakan sekolahan sebagai tempat pengungsian. Empat sekolah itu adalah SMA Kristen Binous, SMA Kristen 1 dan 2, SMPN 1 Tomohon, dan SD GMIM (Gereja Masehi Injili Minahasa). ’’Besok (hari ini, red) sekolahan itu kan digunakan untuk belajar,’’ kata Sutopo.
Tim tanggap darurat sudah memiliki mekanisme relokasi pengungsi tersebut. Diantaranya, pengungsi dengan kelompok rentan seperti cacat, lansia, dan ibu hamil, serta balita beserta keluarganya akan ditempatkan di Universitas Manado (Unima). Tercatat pengungsi kelompok ini sejumlah 991 orang. Sisa pengungsi lainnya, akan ditempatkan di 23 titik balai desa.
Sutopo menuturkan, pengungsi sudah diberikan informasi tentang kondisi di relokasi. Diantaranya, informasi ketersediaan dapur umum, transportasi, pos kesehatan, dan kelengkapan-kelengkapan lainnya.

sumber : Kaltim post
»»  READMORE...

PT BBE melalui dana CSR bantu semua peralatan laboratorium bahasa Untag Samarinda serta Dewan Adat Dayak Kaltim

Monday 18 July 2011
Dari kanan Direktur utama PT BBE Bpk Rosihan Arsyad, Direktur  General Affair.PT BBE Bpk Matheus  Rukmasaleh Arif,Gubernur Kaltim Bpk Awang Faruk Ishak ,Sesepuh  Untag Bpk Awang Faisal dan Komisaris Utama PT BBE Bpk Wismoyo Arismunandar meresmikan Gedung Pusat Kajian Bahasa(PKB) dan laboratorium Bahasa Universitas 17 Agustu 1945(Untag).

Gedung Pusat Kajian Bahasa(PKB) dan laboratorium Bahasa Universitas 17 Agustu 1945(Untag) Samarinda,yang selama ini di tunggu-tunggu mahasiswa dan masyarakat.akhirnya di resmikan jumat 15 juli 2011. Hadir dalam acara peresmian  gedung PKB dan laboratorium bahasa tersebut,mantan Wakil Gubernur  Kaltim Bapak Yurnalis Ngayoh,Anggota DPR RI asal Kaltim H Bambang Susilo,Ketua dewan Adat KAltim Bapak Eddy Gunawan serta jajaran Komisaris dan Direktur PT BBE.
Penyerahan bantuan tidak saja kepada PKB Untag tapi juga kepada Dewan Adat Dayak untuk pembangunan Lamin Adat di Samarinda.
Direktur PKB Untag ibu Nora suzuki Mokodompit mengatakan gedung PKB dan laboratorium bahasa di bangun sejak tahun lalu dengan dana bantuan dari pemprov Kaltim sedangkan alat-alat perlengkapan Lab.bahasa sepenuhnya merupakan bantuan dari Corporate Sosial Responsibility(CSR) PT BBE.

sumber: Ernesto Silangen

»»  READMORE...

LOKON BELUM LETUSAN UTAMA

Sunday 17 July 2011
 Setelah proses erupsi (Letusan, red) yang disertai muntahan lava pijar Kamis (14/7) malam pukul 23.30 Wita, Jumat (15/7) kemarin Gunung Lokon kembali terjadi dua kali erupsi. Erupsi pertama terjadi pukul 16:52 Wita yang ditandai keluarnya kepulan asap putih dari kawah Tompaluan. Tak berselang lama, pukul 18:34 Wita, erupsi kembali terjadi tapi skalanya tidak terlalu besar.
Menurut Kepala Pos Pemantau Gunung Lokon, Farid Bina, letusan yang terjadi kemarin masuk kategori kecil atau tidak sedahsyat letusan Kamis malam yang mengeluarkan lava pijar dengan tinggi kurang lebih 1500 meter.
Hanya saja, ungkap Farid, pihaknya belum mengetahui apakah letusan itu sudah merupakan letusan utama atau tidak. “Belum bisa dipastikan. Semua tergantung tekanan energi yang berasal dari dalam kawah,” terangnya seraya menambahkan erupsi masih berpeluang terjadi karena aktivitas kegempaan masih terlihat signifikan di sesmograf.
Mengenai letusan dahsyat pada Kamis malam, Farid menyebut itu terjadi karena akumulasi energi dari dalam kawah selama 16,5 jam. “Puncaknya terjadi pada Kamis malam itu,” ungkapnya.
Farid menjelaskan, saat ini Lokon masih mengeluarkan hembusan-hembusan asap dalam bentuk letusan kecil, sebagai bentuk pelepasan energi yang tersimpan di dalamnya.  “Karakteristik Gunung Lokon tidak sama dengan Gunung Merapi, Karangetang dan Soputan. Tiga gunung tadi bisa membentuk kuba lava,” ungkapnya.
Terkait dengan aktivitas Lokon yang kadang meletus di malam hari, Farid menyebut hal itu kebetulan saja. “Letusan tidak memandang jam dan waktu. Semua tergantung energi yang terkumpul di dalamnya,” jelasnya sambil tersenyum.
Warno, anggota pos pemantau Gunung Lokon menegaskan, letusan yang terjadi Kamis malam belumlah sehebat  1991 silam. Saat itu ada seorang pendaki gunung asal Swiss Viviane Clavel yang tewas dan jasadnya sampai sekarang tak ditemukan karena tertimbun debu.
“Belum hebat letusannya. Malah abu vulkanik tidak sampai ke warga karena ditiup angin,” terangnya. Diketahui, wilayah yang terkena semburan debu vulkanik Gunung Lokon adalah Desa Ranotongkor, Lolah, Lemoh, Tateli, dan beberapa desa lain di Kecamatan Tombariri dan Pineleng, Minahasa.
Pantauan koran ini di Kelurahan Kinilow I, masih banyak warga yang melakukan aktivitas biasa seperti pergi berkebun. Hanya saja akses jalan ke Gunung Lokon di Kelurahan Kakaskasen I sudah dijaga anggota Linmas. “Untuk sementara ditutup,” terang Berty Rompis dan Janny Tamaka yang menjaga pos di Kakaskasen 1 Lingkungan IV.
Sementara, pengungsi di sekolah-sekolah bakal “diekspor” ke lokasi pengungsian lain. Pasalnya kehadiran warga di sekolah dinilai akan mengganggu kegiatan belajar mengajar yang dimulai Senin pekan depan. Pemkot Tomohon sendiri mulai menginventarisasi sejumlah lokasi seperti aula kantor lurah, gedung-gedung perguruan tinggi dan gedung besar lainnya.
“Pengungsi akan dipindahkan dalam waktu dekat karena sebagian sekolah akan mulai proses belajar mengajar. Saat ini balai kelurahan menjadi alternatif utama,” terang Plt Sekkot Tomohon Drs Arnold Poli SH MAP saat memimpin rapat koordinasi yang diaksanakan di Pos Komando Tanggap Darurat Letusan Gunung Lokon di Eks Rindam Kakaskasen III, Jumat (15/7), kemarin.
Terkait dengan dampak Lokon jika meletus seperti 1991, Poli menukas pendek. ”Pastinya Pemkot siap mengevakuasi besar-besaran khususnya yang tinggal di daerah Tomohon Utara,” tegasnya.
Kabag Humas Pemkot Tomohon Ruddie Lengkong SSTP menambahkan, selain taman kota yang menampung 883 pengungsi, sebanyak 4544 pengungsi yang tersebar di enam lokasi pengungsian rencananya akan direlokasi,. “Ada sekira 3661 jiwa akan dipindahkan ke tempat pengungsian lainnya,” kuncinya. 


sumber: Manado Post
»»  READMORE...

"Katanya Desa Warembungan Dilindungi Tatawiran dan Opo Lokon"



"Banyak cerita mitos di masa lampau yang sedikit menguak misteri mengapa saat gunung Lokon menyemburkan debu vulkanik, desa Warembungan selalu terlindung dari semburan debu vulkanik. Ternyata menurut mitos desa ini punya keterikatan hubungan cukup kuat dengan Tatawiaran maupun Opo Lokon yang dipercayai sebagai penjaga gunung Lokon."

Didorong rasa penasaran dengan cerita dan mitos yang berkembang di antara masyarakat desa Warembungan, Tribun Manado kemudian mencoba mencari informasi dari tetua kampung desa Warembungan.

Setelah menelusuri kampung yang masih masuk dalam wilayah kecamatan Pineleng ini, sekitar 15 menit akhirnya Tribun Manado bertemu seorang tetua kampung yang tahu banyak soal cerita mitos yang berkembang mengenai misteri mengapa tidak akan pernah terjadi hujan debu vulkanik di Warembungan saat Lokon beraksi.

Opa Laurens Tulus. Dialah satu diantara tetua kampung desa Warembungan yang mengerti dengan jelas cerita mitos ini. Di usianya yang menginjak 74 tahun, Opa Laurens masih mampu mengingat dengan jelas cerita orang tuanya di masa lalu mengenai keterikatan kuat hubungan antara desa Warembungan dengan gunung Lokon.

"Waktu saya masih kecil orang tua  selalu mengingatkan dengan tegas agar tidak melakukan hal-hal yang jahat dan tidak terpuji," ungkap Opa Laurens membuka perbincangan.

Alasannya menurut Opa Laurens, jika di desa Warembungan ada pemuda atau pemudi desa yang salah pergaulan atau sengaja melakukan hal-hal yang tidak bermoral maka gunung Lokon pasti meletus. "Menurut orang tua saya, setiap Lokon meletus pasti ada dosa atau kesalahan yang dilakukan warga, maka kami selalu diingatkan agar selalu menjaga sikap terutama menjelang dewasa," ungkapnya.

Dan memang terbukti, di waktu lalu, jika khususnya di kampung Warembungan ada warga desa yang kedapatan melakukan kesalahan atau kejahatan maka gunung Lokon pasti menyemburkan debu atau lava pijar. "Dan itu memang benar terjadi. Setiap ada warga yang buat kesalahan pasti Lokon bereaksi," tutur Opa Laurens.

Hanya saja menurut Opa Laurens, meskipun gunung Lokon meletus dengan kekuatan besar sambil menyemburkan material debu vulkanik tetapi desa Warembungan selalu terlindungi dari debu maupun terjangan material vulkanik lainnya. "Itu kata orang tua karena Warembungan dilindungi oleh Tatawiran yang menurut cerita merupakan mertua dari Lokon," ujar Opa Laurens.

Gunung Tatawiran yang saat ini lebih dikenal dengan kawah aktifnya Tampoluan, dipercayai tua-tua Warembungan dulu sebagai pelindung warga desa Warembungan dari semburan debu vulkanik gunung Lokon. "Itulah mengapa sejak dari dulu desa ini tidak pernah kena debu vulkanik, kalaupun ada pasti sangat sedikit," ungkap Opa Laurens.

Selain itu, menurut cerita juga dari tetua kampung Warembungan di masa silam terdapat ikatan psikologis yang sangat kuat antara desa Warembungan dengan Opo Lokon yang dipercayai sebagai penjaga utama gunung Lokon. "Tua-tua dulu punya hubungan erat sekali dengan Opo Lokon karena orang warembungan juga adalah orang Tombulu asli yang terkenal sangat dekat dengan Opo Lokon. Makanya tua-tua dulu sering membawa sesajen untuk Opo Lokon," tutur Opa Laurens.

Karena ikatan yang terjalin sangat erat inilah, maka saat gunung Lokon beraksi, Warembungan selalu terlindung dari dampak buruk berkat perlindungan dari Tatawiran yang dipercaya sebagai mertua Lokon serta Opo Lokon yang dipercaya juga sebagai penjaga Lokon juga penjaga warga desa Warembungan.

Jika suatu ketika ternyata ditemukan ada salah seorang warga entahkan dia warga Warembungan atau warga desa di wilayah lain yang masih merupakan keturunan orang Tombulu melakukan kesalahan fatal atau suatu kejahatan sehingga Lokon meletus, maka tua-tua kampung desa Warembungan akan berkumpul di suatu tempat yang saat ini dinamakan kampung baru untuk menyerahkan sesajen sebagai tanda perminataan maaf dan ampun atas kesalahan warga yang mengakibatkan Lokon mengamuk.

"Tua-tua akan membawa sesajen sebagai tanda minta ampun juga sapu lidi yang akan digunakan untuk mengusir bala keluar dari kampung," ungkap Opa Laurens.

Hal ini menurut Laurens harus dilakukan tua-tua kampung, karena saat Lokon mengamuk akibat kesalahan fatal yang dilakukan warga desa membuat roh-roh jahat berkumpul dan memenuhi kampung. "Itulah mengapa, saat Lokon menyembur waktu lalu dalam seminggu bisa terjadi lebih dari tiga kali kematian warga desa, hal ini dipercayai karena ulah roh jahat, makanya harus diusir," ucap Opa Laurens.

Ritual ini menurut Opa Laurens masih dilakukan sampai tahun 1950 an. "Sejak saat itu sampai sekarang sudah tidak dilakukan lagi," ungkapnya.

Meskipun saat ini kepercayaan mengenai mitos ini makin pudar di kalangan warga desa Warembungan, tetapi cerita mitos tetap masih hangat dibicarakan dan diceritakan di antara warga saat Lokon meletus." Meskipun saat ini pemikiran warga makin terbuka mengenai letusan gunung Lokon, tetapi cerita mitos ini tetap terdengar dan dibicarakan warga saat Lokon meletus, meskipun hanya sampai di cerita saja," tutur Opa Laurens yang  tetap meyakini mitos dan cerita orang tua di masa lalu ini tidak akan pernah dipisahkan dari perjalanan hidup warga desa Warembungan.


sumber:Tribun Manado
»»  READMORE...
 
 
 

About Me

My Photo
Ernesto Silangen
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
View my complete profile

Followers

 
Copyright © Mahakam News